Puisi Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar, Lengkap dengan Maknanya!

Tentu saja Anda sudah tidak asing lagi dengan puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar. Karya ini menceritakan tentang perjuangan pribumi di wilayah Karawang dan Bekasi dalam mengusir para penjajah di masa kemerdekaan. Puisi ini mempunyai makna mendalam dengan sudut pandang yang sangat luas.

Mulai dari bunyi, arti, dan metafisis di dalamnya. Bahkan, berkat penyampaiannya yang sangat mendalam, puisi ini merupakan salah satu karya sastra paling populer di Indonesia. Karena, mengandung kisah perjuangan era kemerdekaan dengan sudut pandang mendalam. Apa makna puisi karya Chairil Anwar ini? Yuk, cek disini!

Latar Belakang Puisi Karawang Bekasi

Salah satu fungsi puisi adalah sebagai karya sastra, catatan, atau semacam diary tersendiri yang ditulis oleh penulis dan menggambarkan suatu kisah. Selain itu, penyampaian puisi juga harus penuh makna dengan bahasa yang mendalam. Chairil Anwar sendiri adalah salah satu penulis puisi besar yang populer di indonesia.

Karya-karya Chairil Anwar sering dipakai sebagai catatan perjalanan sejarah dan juga politik serta kondisi sosial budaya di indonesia secara umum. Melalui karya asli Chairil Anwar, Anda bisa flashback atau semacam melihat sebuah catatan sejarah di masa lalu atau tepatnya di masa penjajahan.

Salah satu puisi karya sastra buatan Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi merupakan sebuah catatan sejarah Indonesia yang ditulis pada tahun 1946. Sebuah masa sulit yang mana pada saat itu, rakyat Indonesia berada dalam situasi era perjuangan guna mempertahankan kemerdekaan negara republik Indonesia.

Sebenarnya, tahun 1945 indonesia sudah memproklamasikan diri sebagai salah satu negara berdaulat merdeka melalui ajang proklamasi tanggal 17 agustus 1945. Namun, sejak saat itu, Belanda sebagai pihak penjajah terus berupaya untuk kembali merebut Indonesia ke tangan para kompeni.

Dari sinilah para pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tak kenal kata menyerah mempertahankan kemerdekaan dari kembalinya para penjajah dan sekutu. Merdeka Deru kerasnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan inilah yang tergambar dalam karya Chairil Anwar dengan judul Karawang Bekasi. 

Bait dan Isi Puisi Karawang Bekasi

Sebelum masuk ke pembahasan tentang maknanya, simak terlebih dahulu bait dan isi Karawang Bekasi. Berikut adalah penggalan karya Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi:

Karawang Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

tidak bisa berteriak “Merdeka” dan harus angkat senjata lagi,

Tapi siapakah yang tak dapat lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami berbicara padamu dalam hening pada malam sepi

Jika dada terasa begitu hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan

arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi kami adalah kepunyaanmu

Kaulah yang masih ada tentukan nilai tulang-tulang yang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan

kemenangan dan harapan

atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, dan kami tidaklah bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami berbicara padamu dalam hening dimalam sepi

Jika dada terasa begitu hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garisan batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

Analisis dan Penjelasan Puisi Karawang Bekasi

Bila melihat dari isi dan baitnya, puisi ini memang memiliki makna mendalam tentang arti sebuah perjuangan. Namun, apa sebenarnya makna yang tersirat dalam bait puisi karya Chairil Anwar ini? Simak penjelasan lengkapnya berikut:

1. Penjelasan Makna Menurut Lapis Bunyi Puisi

Pada bait pertama puisi ini, mengandung bunyi yang senada atau sama. Di mana pada bait satu terdapat sebuah asonansi huruf “a” dan “i”, serta aliterasi huruf “k-l”.  Lalu, pada bait satu juga memiliki sajak awal, tengah, dan akhir dengan akhiran huruf sama yaitu “i”. Lalu, asonansi huruf “a” dan “i” juga terlihat pada bait kedua. 

Begitu juga aliterasi dalam bait kedua yang sama-sama menggunakan huruf “k-l”. Namun, sajak yang dipergunakan tidaklah senada. Pada bait ketiga dan keempat puisi ini mengandung sebuah asonansi “a” dan “i”. Selain itu, kedua bait tersebut mengandung aliterasi dengan huruf “t” dan “d”. 

Kemudian, persajakan awalnya menggunakan sajak “I”, lalu tengahnya ‘u”, dan akhirnya menggunakan sajak “I”. Bait kelima dan bait keenam mempunyai asonansi bunyi yaitu huruf “a” dan “I”serta diselingi dengan bunyi huruf “u”. 

Aliterasi antara kedua bait tersebut berbeda. Pada bait kelima, punya aliterasi huruf “ k-m”. Sedangkan pada bait ke enam mempunyai aliterasi huruf “ k-b”. Perbedaan aliterasi itu bertujuan agar bunyi yang dihasilkan puisi ini berbeda dan punya variasi. 

Selain asonansi dan aliterasi, kedua bait tengah pada puisi Karawang Bekasi ini punya persajakan yang hampir sama. Keduanya bersajak awal huruf  “I”, tengah “ I” serta sajak akhir huruf ” a”. 

Pada bait ketujuh hingga kesepuluh memiliki sajak akhir yaitu “a”, lalu sajak tengah “a” dan sajak akhir huruf “u”. Kemudian, Asonansinya adalah “a-I” dan diselingi dengan “u-e”. Lalu, Aliterasi yang dominan ada bait ini adalah “k-m”, diselingi b-p-t”. 

Terakhir, pada bait ini merupakan inti cerita yang menjelaskan tentang peperangan warga Karawang dan Bekasi dalam pertempuran melawan penjajah. Pada bait ini asonansi bunyinya adalah “a-u” dan diselingi dengan “e-i”.

2. Penjelasan Makna Secara Arti Puisi

Pada dasarnya, karya Karawang Bekasi menceritakan tentang kronologis perjuangan kemerdekaan Indonesia. Khususnya di wilayah Karawang dan Bekasi. Di mana, pada zaman itu Indonesia telah masuk dalam masa kemerdekaan atau telah lepas dari belenggu penjajahan Belanda beserta sekutunya.

Hal tersebut sangat tampak dari penggalan bait yang berisi “Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi”. Pada kalimat tersebut, jelas tertulis kata terbaring, yang menggambarkan situasi perlawanan dari rakyat Karawang dan Bekasi yang begitu gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kemudian, pada kalimat tersebut tertulis “Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa”, jelas tergambarkan betapa kejamnya para penjajah untuk merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia. Bahkan, pada bait ini juga menjelaskan tentang banyaknya korban jiwa akibat perang tersebut.

Sebuah pengorbanan menjadi total saat segenap jiwa dan raga adalah taruhannya. Bumi pun bahagia bila putranya menyiramkan air dengan darah para pejuang. Makna tersebut mungkin sangat menggambarkan bagaimana kerasnya perjuangan rakyat Indonesia demi mempertahankan bumi pertiwi tercinta.

Kemudian, isi inti dari penggalan puisi ini tercermin pada bait tengah, hingga akhir puisi. Di mana, pada penggalan bait tersebut menjelaskan tentang kemerdekaan bukanlah sekedar syarat dan bahasa lisan saja. Namun, kemerdekaan adalah kebebasan tanpa adanya pertumpahan darah di negeri sendiri.

3. Penjelasan Makna Menurut Sejarah Penciptaannya

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, puisi Karawang Bekasi adalah sebuah puisi yang dibuat tahun 1946 oleh seorang penulis yang bernama Chairil Anwar. 

Pada awalnya, karya sastra legendaris ini tercipta setelah Chairil Anwar mendapatkan sebuah inspirasi dari kisah perjuangan warga di kota Karawang dan Bekasi dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa. 

Selain itu, puisi ini menceritakan secara detail tentang bagaimana perjuangan para pejuang bangsa dalam mempertahankan dan menjaga sosok tokoh negara, yakni Bung Karno. Mereka yang gugur dalam usaha pertempuran ini adalah pahlawan sesungguhnya. Hal itu dapat terlihat dari pilihan kata dalam bait puisi tersebut.

4. Penjelasan Makna Secara Metafisis

Lapis metafisis yang terdapat pada bait puisi ini menunjukan sikap rendah hati dari penyair terhadap pembaca. Hal tersebut secara tegas terlihat pada frasa kata pengharapan yang terdapat pada bait berikut ini:

Kenang,kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belumlah usai,belum bisa kami memperhitungkan 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Pada bait tersebut, dapat terlihat betapa penyair dengan kalimat penuh harapan kepada pembacanya, menggunakan pilihan akhiran “lah” pada kata “kenanglah” dan “belumlah”. Kemudian, rasa rendah hati ini dipertegas dengan kalimat berikutnya yang berbunyi: “Kami sudah coba apapun yang kami bisa”

Pada kalimat tersebut dapat Anda ketahui bahwa perjuangan yang pahlawan lakukan sangat penuh dengan risiko. Akan tetapi, sang penyair mengatakan bahwa ia telah mencoba berbagai cara walaupun nyawa yang jadi taruhannya. 

Meskipun begitu, penulis tetap menyatakan bahwa apa yang sedang diperjuangkan belumlah selesai. Memang selamanya perjuangan akan terus berlanjut sampai akhir hayat dikandung badan. 

Kalimat lain yang menyatakan rasa rendah hati tercermin pada bait :”Kami hanyalah tulang-tulang yang berserakan, tapi kami adalah kepunyaanmu”. Terlihat pada kalimat tersebut, ada kata “hanyalah” yang seakan memiliki makna tidak berarti. Karena penulis menyatakannya dalam ungkapan tulang-tulang yang berserakan. 

Padahal tulang-tulang yang berserakan ini merupakan tulang dari para pejuang yang telah rela mengorbankan nyawanya untuk tanah air dan bangsa Indonesia. Selain itu, puisi ini juga sangat menggambarkan betapa sang penulis berharap di kemudian hari para penerus bangsa akan terus mengingat jasa para pahlawan terdahulu.

Sudah Memahami Makna dalam Puisi Karawang Bekasi?

Sekian penjelasan lengkap tentang makna pada bait puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi. Puisi ini jelas menggambarkan kisah perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa. Karena itu, kita sebagai generasi penerus harus tetap mengenang dan menghormati jasa para pahlawan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page