Penasaran bagaimana sebuah benua bisa terbentuk? Jawabannya adalah berkat gerak epirogenesa. Apa yang dimaksud dengan istilah tersebut? Lalu, apa faktor-faktor pendorongnya, hingga proses, karakteristik, dampak berikut contohnya?
Daftar ISI
- Pengertian Gerak Epirogenesa
- Klasifikasi, Proses, dan Faktor Penyebab Gerak Epirogenesa
- Karakteristik Gerak Epirogenesa
- Dampak Gerak Epirogenesa
- Contoh Lengkap Dampak Gerak Epirogenesa
- Mengenal Orogenesa dan Perbedaannya dengan Epirogenesa
- Dampak Gerak Epirogenesa dan Orogenesa dalam Kehidupan
- Cara Menjaga Stabilitas Gerak Epirogenesa
- Sudah Mengenal Apa itu Gerak Epirogenesa?
Pengertian Gerak Epirogenesa
Epirogenesa merupakan serapan dari dua kata dalam Bahasa Latin, espiros yang berarti benua dan genesis yang bermakna pembentukan. Secara sederhana, dapat Anda artikan sebagai proses pembentukan suatu benua.
Lebih jauh, gerak epirogenesa merupakan suatu peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dengan kawasan yang sangat luas dan kecepatan sangat lambat. Kurun waktu panjang itu juga yang membuat jumlah benua di dunia tidak bertambah dengan mudah.
Klasifikasi, Proses, dan Faktor Penyebab Gerak Epirogenesa
Gerakan pergeseran kerak bumi ini terbagi menjadi dua jenis berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu :
1. Epirogenesa Positif
Terjadi pergeseran lapisan bumi ke arah bawah sehingga permukaan laut naik – dengan kata lain, ketinggian daratan menjadi lebih rendah. Contoh peristiwa epirogenesa positif adalah penurunan ketinggian permukaan 1 cm di Kepulauan Maluku yang terjadi setiap tahun.
Apa yang memicu epirogenesa positif? Faktor penyebabnya tidak lain adalah tambahan beban pada daratan sehingga permukaan laut menjadi naik. Semakin besar beban tersebut, permukaan lautan otomatis ikut mengalami kenaikan.
2. Epirogenesa Negatif
Gerak epirogenesa negatif adalah kondisi di mana permukaan laut mengalami penurunan sehingga daratan jadi lebih tinggi. Contoh epirogenesa negatif, yaitu kenaikan daratan Pulau Simeulue, Aceh.
Hal yang menyebabkan peristiwa epirogenesa negatif merupakan kebalikan epirogenesa positif, yaitu pengurangan beban daratan yang umumnya terjadi karena pencairan lapisan es. Semakin banyak permukaan es di seluruh dunia mencair, permukaan laut akan mengalami penurunan dan berganti menjadi daratan.
Karakteristik Gerak Epirogenesa
Lantas, bagaimana cara mengetahui saat proses epirogenesa sedang terjadi? Pergeseran kerak bumi bukan suatu peristiwa kecil, sehingga menimbulkan ciri-ciri khas yang mudah dikenali, antara lain:
1. Garis Pantai
Wilayah perairan, tepatnya garis pantai, menjadi karakteristik utama penanda terjadinya gerak epirogenesa. Ketika air laut mengalami penurunan dan kenaikan yang signifikan secara terus menerus, berarti kerak bumi sedang mengalami perubahan tersebut.
2. Daerah Kepulauan
Ketika wilayah daratan, khususnya yang berbentuk kepulauan tiba-tiba nampak memiliki perbukitan yang menonjol. Sebenarnya ini adalah peristiwa epirogenesa yang tengah terjadi.
Dampak Gerak Epirogenesa
Ketika pergeseran kerak bumi terjadi, ada empat dampak utama yang terjadi. Apa saja? Berikut penjabarannya:
1. Patahan Bumi
Efek pertama gerak epirogenesa adalah terjadinya patahan pada lempengan bumi. Patahan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Graben / Slenk
Jenis patahan ini membuat lapisan paling atas daratan tampak lebih rendah dari sekitarnya.
2. Horst / Sembul
Patahan horst membuat kulit bumi yang bergeser terangkat sehingga jadi lebih tinggi dari permukaan lain di sekelilingnya.
3. Normal
Ketika epirogenesa menghasilkan dua patahan, keduanya menunjukkan hasil berbeda. Satu lempengan naik, sedangkan patahan lain turun.
4. Rebah
Inilah dampak yang terjadi ketika gerak epirogenesa menghasilkan patahan di tempat yang sama karena terjadi lebih dari sekali.
2. Lipatan Bumi
Selain patahan, peristiwa ini juga menciptakan lipatan-lipatan pada lempengan bumi. Lipatan juga dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Normal
Lipatan normal terbentuk dari tekanan dua endogen berbeda, namun mempunyai kekuatan seimbang. Lipatan ini lantas membentuk dua lapisan lereng yang sama kokoh.
2. Asimetris
Selanjutnya, lipatan asimetris merupakan hasil tekanan dua endogen berbeda skala kekuatan – kuat dan lemah. Hal tersebut kemudian menciptakan lereng curam.
3. Tumpang Tindih
Jenis lipatan terakhir adalah tumpang tindih yang terjadi akibat tekanan beberapa endogen berbeda dalam waktu bersamaan. Endogen dengan tekanan paling besarlah yang menang hingga membentuk lereng paralel.
3. Lengkungan
Dampak dari gerak epirogenesa ini sulit dilihat dengan mata telanjang karena memang tak begitu tampak jelas. Lengkungan ini diakibatkan oleh tekanan vertikal terhadap kerak bumi sehingga membuat permukaan cekung menyerupai basin yang samar.
4. Retakan
Dampak terakhir dari pergeseran lapisan bumi ini, yaitu retakan pada permukaan daratan. Sama seperti lengkungan, retakan yang muncul juga samar, bahkan kadang tampak tetap halus seperti sebelumnya.
Contoh Lengkap Dampak Gerak Epirogenesa
Masih bingung dengan imbas dari gerak epirogenesa? Rangkaian contoh di bawah ini akan memudahkan dalam memahami sekaligus belajar mengidentifikasi dampak-dampak lain:
1. Patahan Bumi
- Graben: Pegunungan Ural Rusia & Patahan San Andreas Amerika Serikat.
- Horst: Bukit Barisan Sumatera & Perbukitan Kendeng Jawa Tengah.
- Normal: Dataran Tinggi Dieng.
- Rebah: Pegunungan Alpanichi, Amerika Serikat.
2. Lipatan
- Normal: Lembah di Pulau Jawa & Bali.
- Asimetris: Lembah di Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Timur, Nusa Tenggara Timur.
- Tumpang Tindih: Lembah di Papua.
3. Lengkungan
Lokasi terjadinya lengkungan berada hampir di semua titik yang pernah terjadi gerak epirogenesa. Baik di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT dan lainnya.
4. Retakan
Meskipun retakan mudah terjadi, namun mayoritas dampak dari pergeseran lapisan bumi ini paling banyak terjadi mulai dari Pulau Jawa ke arah selatan. Termasuk Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Mengenal Orogenesa dan Perbedaannya dengan Epirogenesa
Proses pergerakan dan perubahan pada lapisan bumi tidak hanya gerak epirogenesa, namun ada peristiwa lain yang bertolak belakang, yaitu orogenesa. Apa itu gerak orogenesa?
Orogenesa juga merupakan kejadian pergeseran kerak bumi namun dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan epirogenesa. Perbedaan orogenesa terletak pada:
- Durasi kejadian yang lebih atau bahkan sangat cepat.
- Luas wilayah yang lebih kecil dari jangkauan epirogenesa.
- Membentuk pegunungan atau dataran tinggi, bukan benua.
Namun dari segi proses kejadian, tidak ada yang berbeda dengan gerak epirogenesa. Contoh dampak orogenesa, yaitu pegunungan, tebing, dan sesar transform.
Dampak Gerak Epirogenesa dan Orogenesa dalam Kehidupan
Kedua proses gerak yang merupakan bagian dari getaran tektonik ini tidak hanya berimbas pada daratan dan lautan sebagaimana telah dijabarkan di atas. Gerak epirogenesa dan orogenesa dapat memberikan banyak efek juga pada kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Positif
Pembahasan terlebih dahulu adalah imbas positif yang dihasilkan sebagai berikut:
- Terbentuknya dataran tinggi baik perbukitan maupun pegunungan yang membantu menjaga ekosistem alami sekitarnya.
- Selain ekosistem alami yang terjaga. Sehingga, siklus kehidupan tidak terganggu, wilayah-wilayah dataran tinggi juga berpotensi menjadi lokasi wisata.
- Lipatan dan patahan yang dialami kerak bumi juga memudahkan komoditas tambang naik ke permukaan. Sehingga efektivitas dan produktivitas industri mengalami peningkatan.
- Munculnya pemandangan alami yang indah melalui keanekaragaman bentuk dari permukaan bumi.
2. Negatif
Ada sisi positif, tentu gerak epirogenesa dan orogenesa juga memiliki dampak-dampak negatif, yaitu:
- Potensi kekeringan dan kehilangan kesuburan tanah akibat ancaman gunung meletus (erupsi) yang mengintai.
- Kerugian dari segi industri hingga perekonomian masyarakat jika bencana benar terjadi.
- Ancaman terjadi bencana dalam skala yang lebih besar, yaitu tanah longsor, banjir bandang, hingga tsunami.
- Potensi tenggelamnya sebuah pulau jika penurunan daratannya terus terjadi.
- Cadangan air yang berkurang ketika penurunan ketinggian laut berkelanjutan.
Cara Menjaga Stabilitas Gerak Epirogenesa
Gerak epirogenesa bukanlah sesuatu yang dapat dicegah karena terjadi secara alami. Meskipun demikian, proses pergeseran kerak bumi tersebut bisa dijaga agar terjadi dalam tempo yang stabil dan meminimalisir kerusakan akibat potensi bencana yang ditimbulkan. Cara-cara untuk menjaga stabilitas epirogenesa antara lain:
- Tidak melakukan aktivitas penebangan pohon ilegal dan menggalakkan penanaman kembali (reboisasi). Pepohonan membantu menguatkan lapisan kerak bumi agar tidak mudah bergeser.
- Mengurangi upaya pencemaran lingkungan. Contohnya dengan tidak membuang sampah plastik yang tidak bisa terurai dan pembuangan limbah pabrik ke sungai dan laut. Lapisan bumi akan lebih kokoh saat tidak tercemari zat-zat kimia berbahaya dari tindakan-tindakan itu.
- Mengurangi emisi gas karena polusi udara juga menyebabkan kerusakan lempengan bumi yang membuatnya rentan mengalami pergeseran.
- Membatasi aktivitas eksplorasi industri pertambangan yang tidak hanya menghabiskan cadangan minyak bumi dan gas alam. Namun, juga menimbulkan kerentanan pada kerak bumi.
Sudah Mengenal Apa itu Gerak Epirogenesa?
Meskipun gerak epirogenesa menghasilkan hal-hal positif bagi alam maupun kehidupan sehari-hari, namun jika dipicu berbagai kelalaian tentu akan berujung bencana. Umumnya, ini berhubungan erat dengan gunung berapi.
Oleh karena itu, sebisa mungkin manusia turut aktif untuk menjaga agar frekuensinya tetap stabil sehingga dampak negatifnya dapat diminimalisir. Jadi, meskipun alam memiliki aktivitas tersendiri, kehidupan manusia tidak terancam.