Indonesia adalah negara yang kaya akan kesenian. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing mulai dari seni tari, seni rupa, hingga seni musik. Salah satu bentuk kesenian musik adalah alat musik tifa. Mungkin sebagian dari Anda masih awam karena namanya tidak sepopuler alat musik lain seperti gitar.
Namun, tifa memiliki keunikan yang tidak semua alat musik lain miliki. Dari segi bahan pembuatannya misalnya. Di mana sisi-sisi tifa terbuat dari kulit binatang kering yang proses pembuatannya memakan waktu yang lama. Bentuk tifa sendiri mirip dengan drum. Namun, hasil suara keduanya berbeda, karena tifa lebih ringan.
Daftar ISI
Sejarah Alat Musik Tifa
Ini merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia Timur, tepatnya di pulau Maluku dan Papua. Alat musik ini memiliki bentuk yang unik, sekilas seperti dua kerucut digabung dengan ukuran atas dan bawah yang berbeda.
Sejarah asal mula tifa menurut cerita turun-temurun berawal dari dua bersaudara bernama Fraimun dan Sarenbeyar. Di mana mereka meninggalkan desa yang mereka tinggali, yaitu desa Maryendi karena hampir tenggelam.
Dalam perjalanannya, mereka menemukan sebuah desa bernama Wambemper dan memutuskan untuk tinggal di desa tersebut. Seperti pada umumnya orang dahulu yang mencari makan dengan berburu, dua bersaudara tersebut juga berburu.
Ketika sedang berburu pada malam hari, mereka menemukan sebuah pohon bernama Opsur. Pohon opsur sendiri merupakan pohon yang mengeluarkan suara dan merupakan tempat tinggal madu hutan serta biawak. Karena sudah larut malam, mereka memutuskan untuk pulang dan melanjutkan berburu pada keesokan harinya
Rasa penasaran Fraimun dan Sarenbeyar yang tinggi, membuat mereka keesokan hari mendatangi pohon Opsur lagi dan menebangnya. Mereka menebangnya menggunakan alat bernama Nibong. Setelah menebang, mereka membuang bagian tengahnya dibakar dan salah satu sisinya ditutup menggunakan kulit.
Kulit yang digunakan untuk menutup adalah kulit soa-soa atau kadal air yang merupakan hewan reptil Indonesia Timur. Hasilnya, kedua bersaudara tersebut menemukan alat musik bernama Tifa yang kita kenal hingga hari ini.
Kegunaan tifa ini sama seperti halnya alat musik Bali, yaitu untuk mengiringi upacara adat. Tifa juga demikian, awal mulanya memang hanya untuk menghibur diri. Namun, lambat laun berguna untuk mengiringi acara-acara tradisi.
Untuk mempertahankan keberadaannya agar tidak musnah begitu saja, tifa kini menjadi alat untuk mengiringi lagu-lagu dan tarian tradisional. Tak jarang adalah akan beberapa lomba untuk memainkannya.
Cara Pembuatan Alat Musik Tifa
Bahan-bahan untuk membuat tifa yang paling utama adalah kulit hewan (soa-soa atau rusa) dan kayu (susu atau linggua). Pemotongan kayu ini biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis tifa.
Batang kayu tersebut akan dilubangi bagian tengahnya agar kosong hingga terbentuk tifa. Tujuan pembentukan lubang adalah agar tifa menghasilkan bunyi yang nyaring. Umumnya, proses ini tidak akan memakan waktu lama. Sebab, ada alat khusus yang bisa mempermudah prosesnya.
Selanjutnya adalah tahapan untuk membuat penutupnya. Penutup dari kulit hewan harus dipanaskan hingga kering. Semakin kering kulitnya, maka akan semakin baik. Kulit yang akan ditempel bisa menggunakan lem turi yang berasal dari getah pohon turi.
Terakhir adalah tahap pengukiran. Ukiran yang terdapat pada tifa biasanya tergantung dari kreativitas pembuat tifa, namun tentunya memiliki makna masing-masing. Perawatan tifa adalah dengan cara menyimpannya pada tempat kering dengan tujuan agar bunyi dari tifa tidak berubah.
Jenis Alat Musik Tifa
Alat musik ini berdasarkan daerah asalnya terbagi menjadi 2, yaitu Maluku dan Papua. Perbedaan yang paling menonjol dari keduanya adalah dari segi bentuk. Tifa dari Papua memiliki bentuk melengkung pada bagian tengah dan memiliki pegangan. Sedangkan Maluku berbentuk tabung tanpa pegangan.
Sedangkan jenis tifa sendiri meliputi tifa jekir, tifa chop, tifa bass, dan tifa basic. Agar dapat menghasilkan musik yang memukau, maka bisa memadukan beberapa jenis tifa. Dalam band pun tidak hanya terdapat satu alat musik saja, melainkan juga terdapat drum, gitar, piano sehingga menghasilkan musik yang harmonis.
Apalagi, setiap jenis tifa memiliki suara yang unik. Di mana ketika berpadu secara bersamaan akan menghasilkan ritme yang harmonis dan tidak monoton jika mendengarnya.
Fungsi Alat Musik Tifa
Alat musik ini biasa diperuntukkan untuk mengiringi upacara adat masyarakat Papua. Ritme suara yang muncul dari tifa mampu menghadirkan suasana yang semakin khidmat. Dalam sebuah acara, pemanfaatan tifa tidak asal sembarang saja. Namun, akan menyesuaikan lagu dan tarian dalam upacara.
Alat musik ini biasanya dimainkan oleh laki-laki dewasa. Ini karena cara memainkannya yang dipukul tentu membutuhkan tenaga ekstra. Namun, tidak semua laki-laki dewasa boleh memainkan alat musik ini. Harus ada tata cara tradisional, seperti izin ke kepala suku dan melakukan tradisi lainnya terlebih dahulu.
Selain itu, perempuan tidak boleh memainkan tifa. Ini merupakan aturan turun temurun dan hingga kini masyarakat masih percaya akan hal tersebut. Oleh karena itu, alat musik satu ini dikenal sebagai sesuatu yang sakral bagi masyarakat.
Cara Memainkan Alat Musik Tifa
Perlu Anda ketahui bahwa, cara memainkan tifa akan berbeda-beda. Ini tergantung dengan jenis tifa yang dimainkan. Jika memainkannya bersama alat musik tambahan lain. Maka, tifa menjadi suara utama dan mengatur ritme suara alat lainnya. Namun, jika memainkannya dengan jenis tifa lainnya ada cara tersendiri.
Secara umum, cara memainkannya adalah dengan memukul atasnya sama seperti gendang. Meskipun hanya memukul bagian atasnya, memainkan alat musik ini tidak semudah seperti yang ada pada bayangan. Karena untuk bisa menghasilkan suara indah dan nyaman didengar memerlukan pengalaman bermusik yang mumpuni.
Fakta Alat Musik Tifa
Berbanding dengan sejarahnya yang merupakan cerita turun-temurun dan terkadang masyarakat sebut sebagai mitos, alat musik ini memiliki berbagai fakta yang menarik. Berikut merupakan beberapa fakta mengenai tifa:
1. Dibuat oleh Suku Asmat Asli
Suku Asmat adalah 1 di antara banyak suku yang ada di Papua. Pembuatan dan pengukiran tifa dilakukan oleh suku Asmat asli. Ini karena bahan untuk membuat tifa seperti kulit soa-soa juga hanya ada di Papua. Suku Asmat sendiri menghasilkan ukiran yang sangat unik, di mana terdapat garis dan bentuk yang luar biasa.
2. Kayu Bahan Berasal dari Hutan Papua
Kayu-kayu untuk membuat tifa sebagaimana penjelasan sebelumnya, yaitu pohon susu hanya terdapat di hutan wilayah Papua. Selain itu, tifa memiliki berbagai ukuran. Mulai dari kecil, sedang, dan besar. Sehingga dalam memotong kulit pohonnya pun menyesuaikan ukuran tifa yang ingin dibuat.
3. Berbentuk Menyerupai Gendang
Alat musik tifa dan gendang bentuknya memanglah mirip. Bagian bawahnya terbuka dan bagian atas tertutup oleh kulit hewan. Perbedaannya sendiri terletak pada jenis kulitnya. Di mana tifa menggunakan kulit soa-soa atau biawak. Sedangkan gendang menggunakan kulit kambing atau sapi.
4. Memiliki Ukuran yang Estetik
Papua memanglah menyimpan pesona kekayaan tradisi dan budaya. Ukiran yang terdapat dalam tifa ini juga sangatlah estetik dari sisi bawah hingga atas. Umumnya, ukiran pada tifa menggunakan ukiran terakota dengan warna merah, putih, dan hitam.
5. Ukiran Mengandung Makna
Fakta terakhir dari tifa, yaitu ukiran tidaklah sembarang tanpa makna. Justru di dalamnya terdapat banyak sekali makna dan filosofi yang sangat kental bagi masyarakat Papua. Sama seperti Bali yang masih kental dengan status sosialnya, suku Asmat pun demikian.
Ukuran tifa akan berbeda-beda tergantung dengan status sosial pemiliknya. Misalnya, ukiran milik kepala suku tentu akan berbeda dengan ukiran milik rakyat biasa. Jadi, orang yang mengetahui hal tersebut pasti akan dengan mudah mengetahui perbedaan status sosialnya.
Dalam konteks sosial budaya, alat musik ini punya fungsi sebagai atribut kebesaran kepala suku atau Ondoafi. Masyarakat Papua meyakini tifa sebagai sarana untuk terhubung kepada Tuhan, kekuatan alam, leluhur, dan lain sebagainya. Tidak hanya sekadar alat musik biasa, karena terdapat makna penting di dalamnya
Sudah Tahu Keunikan Alat Musik Tifa?
Demikian keunikan demi keunikan yang tifa miliki. Perlu Anda ketahui juga bahwa, alat musik ini harus dimainkan ketika ada orang hamil, melahirkan, dewasa, hingga meninggal dunia. Intinya, alat musik ini memang sangat berguna untuk berbagai kegiatan adat. Menarik, bukan?
Karena kekentalan tradisi yang masyarakat Papua dan Maluku miliki, alat musik ini masih eksis dan dipergunakan untuk berbagai macam acara hingga sekarang. Mari kita turut melestarikan kekayaan budaya Indonesia agar tetap bertahan dan lestari!