Aliran Fauvisme: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Contoh Karyanya

Aliran fauvisme menjadi sebuah gerakan yang menggebrak tren kesenian pada awal abad ke-20, karena menonjolkan penggunaan warna-warna mencolok dengan penuh keberanian. Dalam aliran ini, seniman-seniman mengeksplorasi kebebasan ekspresi dengan menghadirkan karya-karya yang penuh gairah dan energi. 

Lukisan-lukisan fauvisme sering kali menciptakan sensasi visual yang kuat melalui kombinasi warna-warna yang kontras dan berani. Sehingga, menghadirkan perasaan dan emosi dengan cara yang mengagumkan dan menggelora. Untuk tahu lebih mendalam mengenai aliran fauvisme, mari baca artikel ini sampai selesai!

Apa Itu Aliran Fauvisme?

Fauvisme adalah satu aliran seni yang muncul pada awal abad ke-20 di Prancis yang menunjukkan pendekatan berbeda dari aliran sebelumnya. Fauvisme menekankan ekspresi dan penggunaan warna kuat, bahkan lebih dari representasi yang realistis. 

Para seniman fauvisme berusaha untuk mengungkapkan perasaan dan emosi melalui warna-warna yang ekspresif, yang sering kali tidak sesuai dengan warna alamiah objek yang tergambarkan. Fenomena ini menciptakan suatu perasaan yang lebih subjektif dan mendalam, melepaskan keterikatan representasi yang akurat.

Istilah les Fauves atau binatang buas berarti keberanian dan ketidakpatuhan para seniman terhadap norma seni yang ada pada masa itu. Meskipun awalnya istilah ini berguna sebagai sindiran, namun seiring waktu, aliran fauvisme terkenal sebagai aliran seni yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan seni modern.

Penting untuk Anda ingat bahwa setiap aliran seni memiliki ciri dan konsep yang unik. Kemudian, fauvisme menonjolkan ekspresi individu, penggunaan warna yang kuat, dan pemisahan diri dari keterikatan pada realisme visual. Karakteristik tersebut menjadikannya sebagai satu aliran yang penting dalam evolusi seni rupa modern.

Asal Usul Fauvisme

Konsep mendasar dari aliran fauvisme pertama kali dapat Anda temukan dalam sebuah komentar seorang pria bernama Paul Gauguin kepada Paul Serusier pada tahun 1888. Dalam komentarnya, Gauguin menyampaikan pendapatnya tentang cara menginterpretasikan sebuah pemandangan sebagai berikut:

“Bagaimana Anda melihat pohon itu? Kuning, jadi tambahkan warna kuning. Bayangannya agak biru, jadi tambahkan ultramarine. Daun merah? Tambahkan vermilion.”

Pendapat tersebut menunjukkan pergeseran dari pendekatan pengamatan objektif dan realistis, yang menemukannya dalam lukisan aliran naturalis, menuju interpretasi yang lebih emosional dan imajinatif.

Akibat dari pendekatan emosional dan imajinatif ini, penggunaan warna dan konsep ruang dalam lukisan mendapatkan nuansa puitis. Warna yang seniman gunakan akan menjadi lebih eksploratif dan tidak lagi terikat pada warna alamiah, melainkan muncul dari perasaan dan inspirasi pelukis.

Dalam aliran fauvisme, penggunaan garis menjadi lebih sederhana, yang mana memungkinkan penikmat seni mengenali garis-garis yang kuat dan jelas dalam lukisan. Aplikasi tersebut menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih mudah dikenali tanpa perlu memperhatikan detail yang berlebihan.

Seniman-seniman fauvisme juga menentang konvensi seni yang mapan. Dengan dukungan pendekatan objektif ilmu pengetahuan seperti dalam aliran impresionisme. 

Meskipun demikian, pengetahuan dari seniman-seniman sebelumnya tetap menjadi dasar bagi karya seni mereka. Perubahan ini terjadi selama periode ketika aliran fauvisme mulai populer, yakni sekitar tahun 1904 hingga 1907.

Tokoh Seniman dalam Aliran Seni Fauvisme

Berikut adalah beberapa tokoh seniman yang terkait dengan aliran seni ini:

1. Henri Matisse, Bapak Aliran Fauvisme

Selain dengan julukan “Bapak Fauvisme”, Matisse juga merupakan rival paling signifikan bagi Pablo Picasso. Meskipun tertarik pada aliran kubisme, Matisse berbeda pendapat dengan prinsip-prinsip umum kubisme. 

Ia memilih untuk terus mengembangkan fauvisme bersama kelompoknya. Kemudian ia berpendapat bahwa seni seharusnya tetap lembut, menenangkan, dan bebas alih-alih terikat pada ketegasan kubisme.

2. Maurice de Vlaminck

Maurice de Vlaminck adalah salah satu tokoh penting selain Matisse dalam persaingan dengan para seniman kubisme, terutama Pablo Picasso. Kedua seniman pemberontak ini memiliki kesamaan yang menonjol, yaitu kemampuan mereka untuk berinovasi dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru.

3. André Derain

André Derain memiliki peran besar dalam perkembangan dua gerakan seni yang sangat penting pada awal abad ke-20. Bersama Henri Matisse dan Maurice de Vlaminck, ia menjadi bagian dari pendukung gerakan aliran fauvisme. 

Menariknya, Derain memiliki hubungan dengan sosok yang dianggap sebagai pesaing fauvisme, yakni Pablo Picasso. Keberadaan Derain menghasilkan sintesis antara fauvisme dan gagasan-gagasan Picasso, yang menjadi bagian penting dari gerakan kubisme awal.

4. Kees Van Dongen

Kees Van Dongen adalah salah satu seniman fauvisme yang menghasilkan lukisan-lukisan fauvisme paling kuat. Meskipun tidak termasuk sebagai inovator utama seperti tiga tokoh lainnya dalam gerakan ini.

Van Dongen berhasil menggabungkan warna-warna fauvisme dengan garis-garis untuk menggambarkan wanita-wanita yang hidup dalam kemewahan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan perhiasan wanita. Karya ini dianggap brilian karena menggambarkan pakaian mewah para penari dan seniman.

Namun, karya-karya Van Dongen setelah tahun 1920 kurang mengesankan daripada dengan karya-karya sebelumnya. Ia dinilai terlalu terfokus pada melukis kehidupan duniawi dan banyak anggapan untuk karya-karyanya yang kurang berdaya saing dengan karya aliran fauvisme lainnya pada saat itu.

5. Raoul Dufy

Tokoh Fauvisme berikutnya adalah seniman asal Prancis, Raoul Dufy. Dalam karya-karyanya, Dufy sering mengangkat subjek yang mewah dan eksklusif. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah lukisan “La Fee Electricite“, yang menggambarkan sejarah dan pentingnya listrik pada abad ke-20.

Tak seperti seniman fauvisme lainnya, Dufy juga terlibat dalam dunia mode dengan berkolaborasi bersama desainer busana bernama Paul Poiret. Kolaborasi ini membantu Dufy mencapai stabilitas keuangan.

Ciri-ciri Seni Rupa Aliran Fauvisme

Ciri-ciri lukisan aliran seni fauvisme sangat menonjolkan penggunaan garis kontur yang kuat dan memprioritaskan penggunaan warna yang penuh ekspresi atau tidak terpaku pada realitas. Dasar teorinya adalah semangat melukis tanpa terlalu memikirkan makna yang dalam. 

Gaya lukisan ini serupa dengan lukisan dinding zaman prasejarah neolitik, di mana garis-garis objek sangat tegas dan jelas terlihat. Beberapa ciri lain dari lukisan aliran fauvisme adalah sebagai berikut:

  • Gambar model pada lukisan tidak harus akurat sesuai dengan referensinya.
  • Objek pada lukisan menggambarkannya dengan garis yang tegas dan jelas, seperti pada gambar tokoh kartun.
  • Penggunaan warna pada lukisan cenderung cerah dan mencolok. Warna-warna ini tidak perlu mengikuti warna asli objek referensi.
  • Warna-warna mencolok ini mencerminkan ekspresi artistik dan gagasan murni dari sang seniman.
  • Goresan kuas sangat terlihat, kontras, dan tidak memperhalus dengan shading.
  • Beberapa seniman fauvisme melukis pemandangan alam (landscape), sementara yang lain fokus pada jenis objek tertentu.

Kesimpulannya, fauvisme mengedepankan penggunaan warna dan garis dengan cara yang ekspresif. Kemudian, fauvisme juga lebih mengutamakan perasaan dan kreativitas seniman daripada representasi yang realistis.

Contoh Karya Seniman Aliran Fauvisme

Berikut ini adalah contoh-contoh karya dari seniman fauvisme beserta analisisnya:

1. Green Stripe

Green Stripe
Green Stripe | Image Source: Henrimatisse

Lukisan “Green Stripe” menggambarkan istri seniman Henri Matisse, Amelie. Karya dari Matisse ini terkenal pada abad ke-20 dan mencerminkan gaya modern pada masanya. 

Pentingnya mengambil subjek dalam pakaian sehari-hari adalah salah satu ciri dari seniman modern pada periode tersebut. Berbeda dengan lukisan Renaissance yang sering menggambarkan orang dengan pakaian terbaik, seniman-seniman modern lebih suka menghadirkan keseharian.

2. The Dancer at Rat Mort

The Dancer at Rat Mort
The Dancer at Rat Mort | Image Source: Bridgemanimages

Lukisan ini menggambarkan seorang penari di sebuah klub malam bohemia di Paris yang disebut Le Rat Mort atau Tikus Mati. Meski menggunakan model, Vlaminck tampaknya ingin menghindari kategorisasi lukisan ini sebagai potret. 

Kondisi tersebut terlihat dari banyaknya fitur yang disederhanakan, seperti mata yang besar dan proporsi yang tidak sesuai. Selain menjadi ciri khas aliran seni fauvisme modern, mata yang besar ini mungkin menjadi simbol dari penari yang berani tampil di hadapan penonton.

3. Turning Road in L’Estaque

Turning Road in L’Estaque
Turning Road in L’Estaque | Image Source: Bridgemanimages

Lukisan ini menggambarkan lokasi yang banyak terlukis oleh seniman modern lainnya, termasuk Cézanne dan Braque. Meski terpengaruh oleh pendahulu artistiknya, Derain mengembangkan gayanya ke arah baru. 

Meskipun banyak orang tertarik pada pemandangan L’Estaque di Prancis Selatan, versi Derain memiliki pendekatan yang berbeda. Karyanya bukan hanya pemandangan, melainkan juga mencampur tokoh-tokoh dalam alam.

Mirip dengan tema Arcadian yang sering muncul dalam lukisan simbolisme. Lukisan ini menciptakan ide “deformasi dekoratif” yang terkenal oleh para Simbolis, yang mana menggugah kebenaran yang mendasari dalam pencarian seni abadi.

4. Restaurant de la Machine at Bougival

Restaurant de la Machine at Bougival
Restaurant de la Machine at Bougival | Image Source: Bridgemanimages

Karya ini menggambarkan pemandangan restoran yang terletak di Bougival, sebuah desa di sepanjang sungai Seine di dekat Paris. Dalam lukisan ini, Maurice de Vlaminck menangkap suasana santai dan rekreasi yang seringkali dikaitkan dengan tepi sungai Seine pada masa itu. 

Ia menggunakan teknik impresionisme yang ditandai oleh penggunaan sikat lembut dan goresan pendek untuk menciptakan efek cahaya dan atmosfer yang khas. Warna-warna cerah dan terang digunakan sebagai karakteristik dari gerakan aliran fauvisme.

5. La Tranchee

La Tranchee
La Tranchee | Image Source: Bridgemanimages

L’Attente (La Tranchée) adalah salah satu karya seni yang dibuat oleh seniman Belanda, Kees van Dongen. Lukisan ini mengacu pada “The Trench” dalam bahasa Inggris, merujuk pada parit atau lubang perlindungan yang digunakan dalam perang. 

Karya ini mungkin menggambarkan suasana perang atau pengalaman perang yang melibatkan tentara yang menunggu di dalam parit. Ini dapat diartikan sebagai pernyataan tentang trauma perang dan ketidakpastian yang melingkupi pengalaman para prajurit di medan perang.

6. La Fee Electricite Karya Raoul Dufy

La Fee Electricite Karya Raoul Dufy
La Fee Electricite Karya Raoul Dufy | Image Source: Bridgemanimages

La Fée Électricité adalah mural monumental yang diciptakan oleh seniman Prancis Raoul Dufy. Karya ini menggambarkan sejarah dan perkembangan listrik dari masa lampau hingga masa kini. Dufy mencampurkan aliran fauvisme dengan elemen-elemen dekoratif yang menciptakan komposisi yang mengalir dan energik.

Dufy menggunakan palet warna cerah untuk menciptakan penggambaran yang ekspresif dan dinamis tentang perjalanan listrik melalui berbagai tahap sejarah. Mural ini terdiri dari sejumlah adegan yang meliputi kilat petir, teknologi listrik, serta potret tokoh-tokoh ilmiah dan inovator yang terlibat dalam pengembangan listrik.

Sudah Paham Tentang Aliran Seni Fauvisme?

Dengan demikian, aliran seni fauvisme merupakan gerakan revolusioner yang menggebrak dunia seni pada awal abad ke-20. Para seniman fauvisme mengedepankan ekspresi emosional melalui penggunaan warna yang mencolok dan garis yang tegas. 

Seniman merayakan kebebasan artistik dengan menjauhkan diri dari keterikatan realisme, menghasilkan karya-karya yang penuh vitalitas dan imajinasi. Gaya ini memicu perubahan dalam pandangan seni, mendorong eksperimen, dan memberikan pijakan bagi perkembangan seni modern.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page