Biografi Bung Tomo: Tokoh Pembakar Semangat Juang Surabaya

Mengenang dan mengenal pahlawan memang kewajiban setiap warga negara. Karena jika tak ada perjuangan para pahlawan, pastinya Anda tak bisa menikmati kemerdekaan seperti sekarang. Seperti para warga Surabaya yang terus mempelajari dan mencoba mengenal biografi Bung Tomo, selaku pahlawan nasional dari kota tersebut.

Beliau merupakan salah satu pahlawan yang paling berpengaruh pada pertempuran kebangkitan pada 10 november 1945. Dari peristiwa inilah tercetus semboyan “Merdeka atau Mati!” oleh pahlawan nasional satu ini. Penasaran dengan kisah heroiknya? Yuk, simak penjelasan ini sampai habis!

Asal-Usul Bung Tomo Kecil

Sutomo merupakan salah satu pahlawan paling berpengaruh di Surabaya, bahkan kemerdekaan Indonesia. Serta menjadi pelopor bangkitnya semangat perjuangan kemerdekaan pada saat itu. Peristiwa yang Anda kenal sebagai “Pertempuran Surabaya”, jadi salah satu penentu perlawanan untuk kemerdekaan kala itu.

Karena walaupun pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan sudah berkumandang, namun serangan Belanda masih cukup getol untuk menundukkan Indonesia. Dalam biografi Bung Tomo, pahlawan Indonesia ini sendiri lahir pada tanggal 3 Oktober 1920 di Surabaya.

Beliau adalah anak sulung dari 6 bersaudara yang lahir dari pasangan suami istri Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita. Ayah dari Bung Tomo merupakan seorang priyayi golongan menengah yang pernah menjadi salah satu staf pemerintahan, asisten kantor pajak, hingga ekspor impor pemerintah Belanda. 

Sedangkan ibunya merupakan mantan polisi Kotapraja dan juga Anggota Sarekat Islam. Walaupun orang tuanya memiliki riwayat pekerjaan yang lumayan, namun keluarga Tomo kecil hidup dalam keadaan yang cukup sulit dan memiliki keterbatasan ekonomi. 

Setelah masa pendirikannya berakhir, Sutomo muda mulai merasakan apa yang dinamakan dunia percintaan. Karena pada waktu itu ada sosok wanita muda yang menjadi dambaan hati dari Sutomo. Wanita tersebut bernama Sulistina yang berasal dari Batu, Malang. Pernikahan pun mereka lakukan pada 19 Juni 1947.

Bung Tomo memiliki kepribadian yang lembut dan romantis kepada istrinya, pria yang dijuluki Jendral Kancil oleh Bung Karno ini selalu memperlakukan belahan jiwanya dengan kelembutan. Sapaan hangat dan berbagai macam panggilan sayang diberikan kepada istrinya Sulistina. 

Dari hasil dari pernikahannya, Bung Tomo dan Sulistina dikaruniai lima orang anak. Bung Tomo tergolong orang yang cukup keras, beliau memberikan dan menerapkan prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh anak-anaknya, yaitu kejujuran. 

Walaupun itu menyakitkan, tetapi anak-anaknya diajarkan tetap tidak boleh berbohong sama sekali. Dalam berumah tangga, beliau memegang teguh sebuah komitmen, yakni menolak keras poligami.

Biografi Pendidikan Bung Tomo 

Bung Tomo lahir dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi dan mencintai dunia religi serta pendidikan. Hal inilah yang membuat Bung Tomo kuat dalam menjalani dunia pendidikannya hingga akhir. Berikut adalah riwayat pendidikannya secara lengkap:

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan Bung Tomo dimulai dari SR atau Sekolah Rakyat di Surabaya, tentunya dengan standarisasi kurikulum pendidikan dari pemerintahan Belanda. Sekolah dasar dari pahlawan satu ini adalah sekolah khusus keturunan pribumi yang diberi nama Bumiputera Belanda pada kala itu.

Beliau bersekolah di salah satu Sekolah Rakyat pertama di zaman penjajahan. Masa kurikulum ini beliau tempuh dalam kurun waktu 7 tahun. Dari sini, Bung Tomo kecil sudah memiliki tekad untuk menjadi pendidik. Bahkan memiliki cita-cita menjadi pejuang yang membela bangsa dan negaranya.

2. Pendidikan Kedua Setingkat SLTP

Setelah lulus dari pendidikan dasar, beliau lanjut ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Dalam pendidikan lanjut ini, beliau banyak mempelajari pendidikan umum dan beberapa bahasa seperti Inggris, Prancis, dan Jerman. MULO sendiri adalah sekolah setara SMP yang diperuntukkan untuk berbagai golongan.

Dari sinilah kedewasaan Sutomo kecil mulai tumbuh, bahkan kegemarannya akan perjuangan kemerdekaan kian bertumbuh. Sayangnya, setelah usia 12 tahun Sutomo harus melepaskan harapannya dalam jalur pendidikan, karena adanya kesulitan di seluruh dunia. 

Kondisi tersebut membuat semua aspek pembangunan terhambat, termasuk aspek pendidikan. Hingga memaksa Bung Tomo kecil untuk ikut mencari nafkah serabutan agar dapat menghidupi keluarga dan kelima adiknya. 

3. Pendidikan Ketiga

Biografi pendidikan Bung Tomo tidak berhenti begitu saja. Walaupun serba kesulitan, dalam keluarganya pendidikan adalah nomor satu. Ini membuat Tomo dimasukkan ke HBS (Hogere Burgerschool). HBS sendiri adalah sekolah tinggi menengah atas pada era kolonial Belanda dan merupakan sekolah campuan untuk berbagai lapisan

Walaupun begitu, Bung Tomo harus menempuh waktu sekolah hingga 5 tahun untuk mengejar ketertinggalannya semasa putus sekolah sebelumnya. Bahkan pelajaran yang HBS berikan termasuk cukup berat bagi pribumi. Pembayarannya pun cukup mahal. 

Walaupun begitu, Tomo dan keluarga tetap berusaha melanjutkan pendidikannya hingga lulus. Dari sinilah, jiwa pemberontakan dan kesadaran akan penjajahan mulai tumbuh. Hal tersebut terjadi karena kentalnya diskriminatif dari pihak Belanda pada pribumi.

4. Pendidikan Tingkat Lanjut

Kemudian riwayat pendidikan Bung Tomo berlanjut ke jenjang perguruan tinggi atas desakan kedua orang tuanya. Hal tersebut membuatnya melanjutkan pendidikan lanjut di UI (Universitas Indonesia) dan mengambil fakultas Ekonomi.

Setelah berusia 17 tahun, Bung Tomo muda mulai aktif dalam organisasi, yakni BPRI (Barisan Pemberontakan Indonesia) untuk organisasi pertamanya. Pendidikannya bahkan sempat terhambat karena beliau harus fokus mengikuti pergerakan perjuangan kebangsaan. Hingga membuatnya harus molor lulus hingga tahun 1969.

Karir Bung Tomo 

Dalam biografi Bung Tomo pastinya juga menjelaskan karir yang beliau tempuh. Karena berdasarkan jenjang karirnya, beliau menjadi salah orang yang berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia. Bung Tomo mulai bergabung dengan organisasi KBI, hingga beliau menjabat menjadi sekretaris Parindra (Partai Indonesia Raya).

Bung Tomo bertugas di Ranting Anak Cabang tepatnya di Tembik Duku Surabaya pada tahun 1937. Kemudian beliau mulai berkecimpung dengan bidang kewartawanan dan menjadi jurnalis lepas pada beberapa surat kabar. Mulai dari Soeara Oemoem Surabaya pada tahun 1937.

Lalu, beliau pindah ke surat kabar mingguan Pembela Rakyat Surabaya tahun 1938. Kemudian, di tahun berikutnya pindah lagi ke surat kabar harian Jawa Ekspres. Jenjang karir Bung Tomo berlanjut ke majalah Poestaka Timoer Yogyakarta untuk Surabaya di bawah naungan Anjas Asmara pada tahun 1940.

Di tahun 1940 ini juga, beliau mulai aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, yaitu di organisasi Gerakan Pemuda Ansor. Hingga akhirnya beliau memimpin sebuah kantor redaksi berita Antara di Surabaya tahun 1945.

Bung Tomo juga pernah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa Indonesia (PBI) dan bertugas di Jawa Tengah. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Bung Tomo mendukung perjuangan kemerdekaan dan bergabung dengan Laskar Rakyat Surabaya.

Agar dapat melawan pasukan sekutu yang ingin merebut kembali kendali atas Indonesia. Pada tanggal 10 November 1945, Bung Tomo memimpin perlawanan rakyat Surabaya melawan pasukan Belanda. 

Dalam Pertempuran Surabaya ini, Bung Tomo menjadi sosok yang sangat dihormati oleh rakyat, karena kepemimpinannya dalam perjuangan melawan Belanda.

Setelah perlawanan Surabaya, Bung Tomo melanjutkan perjuangannya dalam gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan kemudian menjadi anggota Dewan Pertahanan Negara yang dibentuk pada tahun 1948. 

Di masa revolusi di beberapa tahun sebelumnya, beliau menjabat sebagai ketua umum BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia) pada 12 Oktober 1945. Bung Tomo juga terpilih sebagai anggota Konstituante dari Partai Murba pada tahun 1955.

Peran Bung Tomo dalam Peristiwa Suroboyo

Dalam biografi Bung Tomo, beliau adalah sosok pahlawan nasional yang terkenal karena perannya dalam memimpin perlawanan rakyat pada Pertempuran Surabaya. Perannya dalam peristiwa ini sangat penting karena beliau berhasil mempersatukan rakyat Surabaya dan memicu semangat juang peperangan. Berikut uraian lengkapnya:

1. Kedatangan RAPWI

Perlawanan ini menjadi momen penting dalam sejarah Indonesia, karena menunjukkan bahwa rakyat Indonesia siap untuk mempertahankan kemerdekaannya dan tidak akan menyerah kepada penjajah. Pada saat itu, pihak Belanda berusaha merebut kembali kendali Indonesia setelah proklamasi kemerdekaannya 17 Agustus 1945.

Pada 25 Oktober 1945, Pasukan RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners War And Internees) datang untuk memberikan bantuan untuk melucuti senjata dan pembebasan tentara perang. Kedatangan pasukan sekutu ini membuat suasana semakin tegang, bahkan mulai terjadi gesekan dengan kaum pemuda dan pejuang Surabaya.

Dalam upaya perlawanan, para pasukan Indonesia sempat berhasil merobek bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945. Insiden inilah yang memicu polemik lanjutan pada 27 Oktober 1945 dan membuat pasukan Inggris mulai menduduki gedung pemerintahan Surabaya.

Kemudian, dengan bantuan yang ada, seluruh rakyat yang dipimpin oleh Bung Tomo dan tokoh nasionalis lainnya melakukan perlawanan dengan gigih dan sengit pada pasukan Belanda. Beberapa tokoh nasionalis lain tersebut adalah Dr. Soetomo dan Mayor Jenderal T.B. Simatupang.

Hingga akhirnya pada tanggal 29 Oktober 1945, Presiden Soekarno datang ke Surabaya untuk menghentikan pertempuran. Hingga menghasilkan kesepakatan gencatan senjata antara sekutu dan para pejuang Surabaya. 

2. Konflik Susulan 

Biografi peran Bung Tomo masih belum selesai. Karena konflik tersebut menewaskan salah satu komandan pasukan sekutu Jawa Timur, yakni Mayor Jenderal Aubertin Mansergh dari Divisi 5 Inggris. Hingga akhirnya keluarlah ultimatum pada rakyat Surabaya yang berisi:

  • Para pemimpin Surabaya harus melaporkan atau menyerahkan diri;
  • Seluruh senjata yang pihak Indonesia miliki di Surabaya Harus diserahkan kepada pasukan Inggris;
  • Para pemimpin harus menandatangani pernyataan menyerah secara sukarela tanpa syarat.

Sontak, peringatan ini membuat pasukan Surabaya naik pitam dan membuat segenap lapisan masyarakat melakukan pemberontakan. Sehingga memicu perang besar yang membombardir tanah Surabaya.

Pasukan Belanda juga melakukan pengeboman dan penembakan ke arah warga sipil yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Namun, perlawanan rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Belanda selama beberapa minggu.

Melalui pidato melalui siaran radio yang disampaikannya menimbulkan semangat juang para pemuda Surabaya. Bung Tomo mengorganisir PPRI (Pimpinan Pemberontakan Rakyat Indonesia) membentuk barisan pertahanan dan mengadakan serangan gerilya melawan pasukan Inggris-Belanda. 

Dalam upayanya, Bung Tomo meminta sokongan internasional PBB untuk menjangkau audiens asing. Melalui cara menyebarkan perjuangan indonesia melalui para rakyat yang memiliki kemampuan bahasa asing. 

Melalui siaran tersebut, mulai muncul bantuan luar negeri, seperti dari Thailand, Australia, dan pasukan Indonesia di luar pulau Jawa. Bung Tomo meminta bantuan tambahan pasukan dan juga tenaga medis untuk menyokong peperangan tersebut.

Bahkan dengan suntikan sponsor dari Jepang dari sejumlah tokoh politik, Pemuda Republik Indonesia di Surabaya berhasil memukul mundur pihak Belanda. Akhirnya, pasukan Belanda berhasil merebut kembali kendali atas kota Surabaya pada tanggal 29 November 1945.

Biografi Bung Tomo Pasca Perang Kemerdekaan

Setelah perang kemerdekaan Indonesia, Bung Tomo terus aktif dalam pergerakan sosial dan politik Indonesia. Sayangnya, pada tahun 1952 hubungan Bung Tomo dan Soekarno mulai memburuk. Hal tersebut terjadi karena adanya penolakan pada hubunganya dengan Hartini yang kala itu masih memiliki suami.

Walaupun akhirnya pada tahun 1953 Soekarno dan Hartini melangsungkan pernikahan. Kemudian, pada tahun 1956 beliau memulai karir politiknya menjadi anggota Konstituante mewakili Partai Rakyat Indonesia. Bung Tomo juga menjadi wakil rakyat hingga badan tersebut dibubarkan paksa lewat Dekrit Presiden 1959.

Kala itu, Bung Tomo memprotes keras kebijakan Sukarno dan membuat hubungannya semakin buruk. Hingga akhirnya, karir politik Bung Tomo sempat terhenti setelah ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1965 hingga 1976.

Kemudian Bung Tomo kembali aktif dalam gerakan politik dan sosial Indonesia dengan bergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1982. Selain aktif dalam politik, Bung Tomo juga aktif dalam berbagai organisasi sosial. 

Beliau sempat menjadi ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1973 dan kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada tahun 1974. Beliau juga aktif dalam Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan menjadi presiden IMI pada tahun 1978.

Namun, pada tahun 1978, beliau kembali mendapat konflik dengan presiden Indonesia. Masalahnya karena mengkritik kebijakan presiden kedua Indonesia. Tepatnya karena kritikan Bung Tomo terhadap rancangan pembangunan TMII (Taman Mini Indonesia Indah).

Ini karena Bung Tomo mendapatkan info bahwa Bu Tien (Istri Soeharto) meminta para pengusaha memberikan 10% keuntungan usaha untuk pembangunan TMII. Kritikan ini dinilai tindakan subversif dan dipenjara tanpa jalur meja hijau. Hingga sikap vokalnya terhadap pemerintahan negara sedikit meredup.

Masa-Masa Terakhir Bung Tomo 

Biografi Bung Tomo kali ini akan membahas masa terakhirnya. Ketika memasuki usia senja, kondisi fisik Bung Tomo semakin melemah. Pada saat itu, beliau dan keluarga berada di tanah suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika berada di Jeddah, beliau mulai merasakan badannya sudah tidak kuat untuk melanjutkan aktivitas. 

Ini membuatnya harus berbaring lemas dirumah sakit Jeddah untuk beberapa waktu.  Keesokan harinya, Sulistina harus menahan kesedihan mendalam karena Bung Tomo dinyatakan telah meninggal dunia, Bung Tomo wafat pada tanggal 7 Oktober 1981. 

Awalnya, jenazah Bung Tomo akan dimakamkan di tanah suci. Akan tetapi, jika itu terjadi, berarti Bung Tomo yang terkenal sebagai seorang revolusioner di Indonesia akan menjadi tokoh yang makamnya sulit diziarahi oleh siapapun. 

Akhirnya, jenazah Bung Tomo dipulangkan ke Indonesia untuk kemudian dikebuminkan di pemakaman umum Ngagel Surabaya seperti wasiat dari mendiang selama hidupnya. Gelar Pahlawan Nasional sendiri diberikan atas peringatan hari pahlawan tahun 2008 di Istana Merdeka.

Kala itu, istri mendiang yang menerima langsung surat keputusan dengan nomor surat 041/T/Tahun 2008. Isinya berisi putusan gelar Pahlawan Nasional untuk Bung Tomo. Surat tersebut langsung diberikan oleh Presiden Indonesia kala itu, yakni Susilo Bambang Yudhoyono.

Biografi Penghargaan Bung Tomo

Berkat berbagai gerakan perjuangannya semasa hidup, Bung Tomo mendapatkan beberapa penghargaan dan gelar. Contohnya seperti:

  • Bintang Gerilya, penghargaan ini diberikan katas perjuangannya dan pergerakan gerilyanya melawan penjajah pada masa Peristiwa Suroboyo.
  • Satya Lencana Kemerdekaan, yakni tanda kehormatan yang beliau dapatkan dari angkatan bersenjata atas keikutsertaan dalam perang kemerdekaan dari tanggal 20 juni 1956 hingga 22 Februari 1948.
  • Bintang Mahaputera Adipurna, penghargaan ini Bung Tomo dapatkan pada tahun 1973. Serta merupakan penghargaan dari pemerintah terkait jasanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
  • Bintang Veteran Republik Indonesia, layaknya pahlawan veteran lainnya. Bung Tomo juga mendapatkan SK pensiun EX Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang. Beliau juga mendapatkan SK Pensiun eks Menteri Sosial Ad Interim dan juga eks anggota ABRI dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI AD.
  • Gelar Pahlawan Nasional juga jadi salah satu penghargaan tertinggi yang Presiden berikan untuk Bung Tomo pada 10 November 2008. Lewat tajuk memperingati hari kemerdekaan pada tahun tersebut.

Isi Pidato Legenda dari Bung Tomo 

Tidak lengkapnya rasanya membahas biografi Bung Tomo tanpa mengetahui pidato legendarisnya. Jika Anda pelajari lagi, aksi pidato Bung Tomo dalam siaran radio merupakan sumber suntikan semangat untuk seluruh rakyat Indonesia agar mempertahankan kemerdekaannya. 

Berikut adalah isi dari pidato Bung Tomo ketika mengusir tentara RAPWI:

Bismillahirrohmanirrohim.. 

Merdeka!!! 

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk Kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui. 

Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. 

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangan tentara Jepang. 

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. 

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka. 

Saudara-saudara, 

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya. 

Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. 

Di dalam pasukan mereka masing-masing. Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung. 

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol. 

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana. 

Hanya karena taktik… 

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara. 

Dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. 

Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran. 

Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri. 

Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya. 

Saudara-saudara kita semuanya. 

Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya, ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris. 

Ini jawaban kita. 

Ini jawaban rakyat Surabaya. 

Ini jawaban pemuda Indonesia kepada Kamu sekalian. 

Hai tentara Inggris! 

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. 

Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. 

Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu. 

Tuntutan itu, walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita. 

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. 

Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga. 

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting! 

Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak. 

Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka. Itulah, kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. 

Dan untuk kita… 

Dan untuk kita saudara-saudara. 

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. 

Semboyan kita tetap: MERDEKA ATAU MATI! 

Dan kita yakin saudara-saudara, 

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. 

Percayalah saudara-saudara. 

Tuhan akan melindungi kita sekalian. 

Allahu Akbar! 

Allahu Akbar! 

Allahu Akbar! 

Merdeka!!!

Bung Tomo, Sang Pahlawan Tanah Air

Berdasarkan informasi biografi Bung Tomo, Anda akan menemukan berbagai fakta unik mengenai sosok pahlawan Indonesia satu ini. Mulai dari ayah ibunya yang merupakan pribumi yang memiliki basik pekerjaan yang cukup baik. Lahir menjadi pribadi yang taat agama dan menjunjung tinggi pendidikan.

Walaupun hanya seorang jurnalis, namun melalui karya yang ditulisnya, kemerdekaan Indonesia bisa terjadi. Lebih tepatnya, dari suntikan semangat dan motivasi dari setiap karyanya membuat rakyat Indonesia lebih memahami arti kemerdekaan serta semangat juang bersama.

Keaktifannya dalam mengakomodir arek-arek Surabaya pada kala itu juga memiliki peranan yang besar untuk menggerakkan jiwa rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Bahkan selepas masa perang, beliau masih aktif membangun Indonesia dibalik layar.

Apakah Anda Sudah Semakin Mengenal Bung Tomo?

Bagi rakyat Indonesia yang kini menikmati jirih payah para pahlawan, sudah semestinya Anda berterima kasih. Salah satu cara besyukur yang dapat Anda lakukan adalah dengan tetap mengenang dan mempelajari berbagai kisah hidup pahlawan, salah satunya adalah biografi Bung Tomo.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page