Biografi Moh. Hatta, Yuk Simak Hal Menariknya!

Moh Hatta adalah salah satu tokoh proklamator yang menjadi bapak Koperasi Indonesia, sekaligus merupakan wakil presiden setelah kemerdekaan Indonesia. Sebagai wujud patriotisme, sudah semestinya para generasi penerus bangsa memahami sepak terjang pahlawan proklamasi satu ini. Salah satunya dengan mempelajari biografi Moh Hatta berikut! 

Biografi Moh Hatta

Kemerdekaan Indonesia sekarang ini tak luput dari para pahlawan yang berjuang pada masa penjajahan kala itu. Salah satu yang punya pengaruh besar adalah Bapak Mohammad Hatta yang memegang peranan kepemimpinan sentral sebagai wakil bersama Ir. Soekarno pada kala itu.

Selain mengikuti peperangan, hingga memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Beliau menjabat mulai dari 18 Agustus 1945 hingga 1 Desember 1956 yang membantu pemulihan mental serta menjadi salah satu tonggak pemulihan ekonomi melalui proklamasi.

Walaupun sudah aktif dalam dunia perpolitikan dalam organisasi PI, namun tanda ini cukup terlihat saat menjadi Bendahara Jong Sumatranen Bond di daerah Padang pada tahun 1916. Semakin meningkatnya jabatannya pada kala itu, mulai menumbuhkan jiwa berontak dengan melihat penderitaan dari warga Indonesia yang tiada habisnya. 

Hingga akhirnya beliau mengikuti beberapa terobosan dan sampai pada puncaknya proklamasi Indonesia terlaksana pada 1945. Tak cukup sampai di sana, beliau juga memajukan perekonomian Indonesia melalui perjuangannya memajukan koperasi di Indonesia. Hal inilah yang menjadikan beliau sebagai Bapak Koperasi Indonesia

Masa Muda Moh Hatta

Biografi Moh Hatta mulai dari kelahirannya pada 12 Agustus 1902, dari pasangan pasutri Mohammad Djamil dan Siti Saleha. Beliau merupakan keturunan dari salah satu Ulama besar di Batuhampar (Sumatra Barat) dan juga pedagang. Dari keturunan inilah tanda ketertarikan atas perbendaharaan cukup kental.

Walaupun Anda lebih mengenalnya dengan nama Mohammad Hatta, namun sebenarnya beliau lahir dengan nama kecil Muhammad Athar. Athar kecil lahir dalam lingkungan yang menjunjung tinggi ajaran agama Islam. 

Pada umur 7 tahun beliau ditinggalkan oleh ayahnya yang membuatnya tumbuh dalam lindungan ibunya hingga akhirnya ibunya kembali menikah dengan seorang pedagang bernama Agus Haji Ning. Dari sinilah yang memicu jiwa dagang yang taat agama, jadi background yang ketat dari Mohammad Hatta.

Riwayat Pendidikan Moh Hatta

Selama hidupnya, Attar kecil termasuk sebagai anak yang cerdas dan aktif dalam segala bidang khususnya ekonomi dan keagamaan. Pendidikan formal beliau dimulai dari sekolah swasta. Namun, hanya 6 bulan beliau pindah ke Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah, Bukittinggi pada tahun 1908. 

Semasa sekolah, beliau termasuk anak yang berprestasi hingga lulus dan lanjut ke Hogere Burgerschool (HBS) di daerah Bandung pada tahun 1913. Pada masa ini, beliau mulai mempelajari ilmu pengetahuan modern dan bahasa Belanda serta jadi cikal bakal kecintaannya pada dunia politik.

Lulus dari HBS, Hatta melanjutkan pendidikannya ke Rechts Hoogere School (RHS) di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1916 hingga 1919. Pada tingkatan ini, beliau mulai mempelajari hukum dan teori politik, serta aktif dalam organisasi-organisasi kesiswaan. 

Lalu tahun 1921, beliau mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikan tinggi ke HBS di Den Haag, Belanda. Dari sinilah beliau memulai kiprahnya di dunia politik, serta jadi salah satu titik tumpu yang memperjuangkan kemerdekaan indonesia.

Tak cukup sampai di situ, beliau pun melanjutkan pendidikan tingkat lanjut ke Nederlandse Economische Hogeschool (NEH) di Rotterdam, Belanda dan mempelajari ekonomi dan hukum. Titik inilah beliau mulai mengikuti pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama Ir. Soekarno, dalam organisasi politik Perhimpunan Indonesia (PI).

Beliau kembali ke Indonesia pada tahun 1932 dan menjadi pribadi yang intelektual dengan dasar dengan ajaran Islam. Dalam perjalanannya, beliau telah menunjukkan kepada dunia bahwa pendidikan dan intelektualitas sangat penting dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan dan kemakmuran bersama.

Perjalanan Politik Moh Hatta

Ketika berbicara tentang biografi Moh Hatta, tidak lengkap rasanya jika tidak membahas perjalanan politiknya yang cukup berliku-liku. Namun, dari perjalanan inilah beliau menunjukkan pengabdiannya pada negara Indonesia tercinta. 

Menurut sejarah, beliau mulai aktif berpolitik pada tahun 1932, yakni saat menjabat sebagai pemimpin gerakan nasionalisme Indonesia. Hal ini terjadi tak jauh ketika kelulusannya pada pendidikan lanjutnya di Belanda. Kemudian selang 2 tahun, beliau mendirikan Partai Indonesia Raya atau Parindra bersama Soekarno.

Tujuan utamanya tak lain adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan negara asing. Walaupun partai ini tak bertahan lama, karena adanya kebijakan politik dari pemerintahan kolonial Belanda kala itu. 

Tepat saat gencaran serangan Jepang ke Belanda, Hatta dan Soekarno mencari celah politik lain demi kemerdekaan Indonesia. Walaupun pada kala itu Indonesia masih mengandalkan campur tangan Jepang untuk mendaulatkan kenegaraannya. 

Hingga akhirnya proklamasi terdeklarasi dan keesokannya beliau diangkat menjadi wakil presiden, melalui sidang PPKI. Dari sinilah karir politiknya mulai teruji, karena Indonesia masih memiliki banyak kelemahan. Bahkan, beliau sempat merangkap jabatan menjadi perdana menteri dan menteri pertahanan pada 1948-1949.

Uniknya, di tahun berikutnya beliau juga merangkap jabatan dari menteri luar negeri dalam kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat) pada pertengahan 1949 hingga 1950an. Kemudian beliau mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan tujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan pembangunan nasional. 

Walaupun partai ini harus tunduk terhadap tekanan politik dari pemerintahan pada kala itu dan membuatnya harus mengabdikan diri menjadi anggota konstituante. Beliau juga berkontribusi besar terhadap berjalannya legislatif dengan pembuatan konstitusi baru untuk kemaslahatan Indonesia. 

Bahkan, beliau juga menjadi Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet dan akhirnya menjadi perdana menteri pada kisaran tahun 1956 hingga 1959. Hingga akhirnya beliau mengundurkan diri dari kursi wakil presiden pada tanggal 1 Desember 1956 setelah masa jabatan 11 tahun.

Kisah Moh Hatta Menjadi Bapak Koperasi Indonesia

Dalam setiap Biografi Moh Hatta, selain menjadi wakil presiden beliau juga terkenal sebagai bapak koperasi Indonesia. Hal tersebut bisa terjadi karena kontribusinya yang besar dalam pengembangan ekonomi negara melalui koperasi. 

Menurutnya, koperasi dapat menjadi alat yang proporsional untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat kecil hingga memperkuat perekonomian nasional. Perjalanan ini dimulai pada tahun 1930-an, saat beliau mengunjungi Uni Soviet dan melihat bagaimana sistem koperasi dapat membantu perekonomian negara tersebut. 

Setelah kepulangannya ke Indonesia, beliau mulai aktif mengembangkan gerakan koperasi dengan mengorganisir petani dan buruh untuk membentuk koperasi pertanian dan koperasi konsumen. Kemudian pada tahun 1947, muncullah Undang-Undang Koperasi yang memberikan pengakuan hukum dan dukungan pemerintah.

Moh. Hatta juga mendirikan dan memimpin sebuah organisasi Dewan Koperasi Indonesia pada tahun 1947 guna mengkoordinir perkembangan koperasi di seluruh negara. Selama periode kepemimpinannya ini, beliau terus memperjuangkan pengembangan koperasi di Indonesia. 

Beliau juga mengeluarkan buku berjudul “Koperasi dan Revolusi Indonesia” yang menjadi panduan lengkap bagi pengembangan koperasi swasta di Indonesia. Dampaknya, perkembangan koperasi di Indonesia terus meningkat, hingga menjadi salah satu sektor ekonomi yang penting di Indonesia..

Dari perjalanan inilah Moh. Hatta menjadi layak mendapat julukan sebagai bapak koperasi Indonesia, serta menginspirasi banyak orang untuk berpartisipasi dalam gerakan koperasi tersebut. 

Pergerakan Kemerdekaan di Belanda

Dalam kisah pergerakan kemerdekaannya dalam beberapa biografi Moh Hatta, pastinya tak luput dari pergerakan sejak menempuh pendidikan di Belanda. Selama masa pendidikannya di tahun 1921 hingga 1932, beliau mulai masuk ke organisasi dan memiliki jabatan yang cukup tinggi.

Beliau menjadi bendahara dalam organisasi Indische Vereeniging yang menjadi cikal bakal Perhimpunan Indonesia (PI) dengan pengaruh besar dari Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker. Moh hatta juga berperan aktif di majalah Hindia Putera yang pada tahun 1924 berubah menjadi Indonesia Merdeka.

Uniknya, beliau merelakan kemunduran jadwal kelulusan, karena fokus memimpin organisasi Perhimpunan Indonesia. Dengan mencanangkan berbagai ulasan dari media massa kala itu, pergerakan kemerdekaan pun mulai jelas kentara. 

Hingga akhirnya gerakannya membaca Semaun dari PKI menawarkan jabatan pimpinan pergerakan nasional pada organisasi PI. Kemudian terjadilah penandatanganan perjanjian Konvensi Semaun-Hatta yang menjadikan Belanda naik pitam dan menargetkan Hatta sebagai target penangkapan.

Kemudian, karena kesalahpahaman Hatta dalam paham komunisme, beliau mengikuti sidang “Liga Menentang Imperialisme” yang membuat hubungannya semakin buruk dengan komunis. Walaupun berakhir sedikit ricuh, namun bisa membuat beliau memahami niat jahat pihak komunis.

Hingga pada tahun 25 september 1927, beliau ditangkap atas tuduhan mengikuti partai terlarang, dan dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Untungnya, tuduhan ini ditolak dalam sidang keduanya yang membuatnya terbebas dari tuduhan.

Kasus Pengasingan Moh Hatta

Dalam perjalanan biografi Moh Hatta, pasti Anda pernah dengar mengenai kasus pengasingan ke Boven Digoel (Papua Selatan) dan Banda Neira (Maluku Tengah). Hal ini terjadi karena adanya penolakan atas diangkatnya Hatta menjadi parlemen sepulangnya dari Belanda. 

Beliau dan Syahrir tertangkap pihak Belanda dan mendapatkan hukuman pengasingan kedua daerah tersebut. Walaupun begitu, beliau tetap menulis untuk koran Jakarta dan beberapa majalah Medan. Tentu saja, masih dengan sentuhan edukasi untuk para pembacanya.

Walaupun beliau sempat dicap sombong oleh rekan-rekannya, dengan aturan tak mau diganggu saat membaca. Bahkan beliau juga menolak beberapa ajakan kerja sama dari pemerintah setempat dan hidup dengan bercocok tanam dan membuat kursus untuk para tahanan setempat.

Akibat beberapa insiden residen Ambon, pada tahun 1937 beliau dipindahkan ke Banda Neira dan menyewa sebuah rumah disana bersama Syahrir. Dari sinilah beliau memulai pegerakannya kembali dengan mengajar beberapa pemuda dan menyuntikkan semangat perjuangan di hati para pemuda tersebut.

Waktu berlalu hingga setelah kemerdekaan pada tahun 1948, pemerintah Hindia Belanda menangkap kembali Hatta bersama dengan Soekarno dan memenjarakan mereka di Bangka (Sumatera). Namun, setelah beberapa bulan beliau dipindahkan ke penjara Sukamiskin, Bandung. 

Menghabiskan waktu lebih dari sembilan tahun sebagai tahanan politik, Hatta masih tetap aktif dan produktif dalam bidang yang dijalaninya. Beliau tetap menulis banyak buku tentang sejarah Indonesia dan politik, serta melanjutkan perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia.

Selama pengasingannya, Hatta sering mengalami tekanan psikologis dari pihak Belanda yang berusaha memecah belah semangat para pejuang dan mendapatkan pengakuan politik dari Indonesia. Hatta juga sering mengalami masalah kesehatan, tetapi ia tetap semangat dan terus berjuang untuk Indonesia.

Pada tanggal 12 Maret 1950, setelah perjuangan panjang dan berat, Hatta dibebaskan dari penjara dan kembali ke Jakarta. Hatta kemudian menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia pada tahun 1950-1951 dan kemudian kembali menjadi Wakil Presiden pada tahun 1951-1956.

Biografi Moh Hatta dalam Persiapan Kemerdekaan

Perjuangan dan konsistensi para pejuang mulai bertemu jalannya, sejak mendekati proklamasi tepatnya pada 22 Juni 1945 saat terbentuknya BPUPKI. Pembentukan panitia kecil ini juga sering dikenal panitia sembilan yang bertugas mengolah berbagai sanggahan dan usus para anggota atas dasar dari sebuah negara.

Hingga akhirnya muncullah Pancasila yang disahkan pada 1 juli 1945 atas dasar kesepakatan bersama dari penggabungan beberapa usulan pada kala itu. Dari sini beliau memulai kembali gerakannya dengan pergi ke pelantikan pada 9 Agustus 1945, untuk jabatan tinggi di PPKI.

Selaku penerus pergerakan kemerdekaan setelah BPUPKI, organisasi PPKI ini mulai menyiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang ke Indonesia. Hingga akhirnya terjadi peristiwa Rengasdengklok dan kedua pahlawan ini diculik dan melakukan proklamasi kemerdekaan keesokan harinya. 

Biografi Moh Hatta dalam Masa Jabatan Wakil Presiden 

Setelah mendeklarasikan kemerdekaannya, Indonesia kemudian dipimpin oleh Soekarno selaku presiden dan Moh Hatta selaku wakil presiden. Beliau memulai debutnya dengan mempertahankan naskah linggarjati di Sidang Pleno KNIP di Malang pada 25 Februari hingga 6 Maret 1947. 

Kemudian beliau kembali menunjukkan kiprahnya dengan menetapkan tanggal 12 Juli 1953, sebagai Hari Koperasi Indonesia, pada Kongres Koperasi II. Setelah itu pada agresi militer Belanda 1 pada 21 Juli 1947, beliau juga berhasil lolos dari kepungan Belanda di Pematangsiantar.

Selaku wakil presiden, beliau pun turut bergerak massive dengan memperjuangkan perjanjian Rencille yang membuatnya menduduki posisi kabinet menggantikan Amir. Bahkan pada era kepemimpinannya, beliau juga menjadi perdana menteri sekaligus menteri pertahanan pada tahun 1948.

Perjuangan para pahlawan tak berhenti sampai di sini, karena suasana kembali ricuh akibat adanya pemberontakan PKI Madiun hingga serbuan Belanda ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Bahkan beliau dan Bung Karno sempat dibawa oleh tentara Belanda dan mengalami pengasingan ke Menumbing, Bangka.

Hingga kondisi kembali mereda dan munculnya konferensi Meja Bundar di Den Haag yang menghasilkan kedaulatan NKRI untuk selamanya. Walaupun bentuk negara ini sempat berganti menjadi Republik Indonesia Serikat, namun pada 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi NKRI dengan Jakarta sebagai ibu kotanya.

Pergulatan ini terus berlanjut hingga akhirnya beliau pensiun. Sebelum pensiun beliau menyatakan bahwa parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, sehingga menurutnya wakil presiden sudah tak diperlukan lagi. Walaupun pengunduran dirinya sempat ditolak secara halus pada kala itu.

Selepas Pensiun

Perjuangan Moh Hatta tak lepas selama masa jabatan, selepas pensiun beliau juga memberikan kontribusi dan pengabdian yang cukup nyata untuk Indonesia. Karena selepas pengesahannya dalam pengunduran diri sebagai wakil presiden, beliau tetap menulis banyak karya dengan nilai nasionalis yang tinggi.

Bahkan pada tahun 1957 beliau terbang ke Cina karena mendapatkan undangan kenegaraan dari pemerintahan RRC pada kala itu. Hingga akhirnya fase tuanya mulai dihantui dengan beberapa penyakit, yang mengharuskannya menjalani perawatan di Stockholm (Swedia) pada tahun 1963 hingga keadaan membaik.

Walaupun begitu beliau masih dipercayai memegang jabatan penasehat presiden dalam upaya pemberantasan korupsi. Pada kala itu, melalui Keputusan Presiden secara resmi terbentuk komisi empat, tepatnya pada 31 Januari 1970. Dirinya kembali dipercaya menjadi penasehat presiden Soeharto pada 15 Agustus 1972.

Tak sampai di situ, beliau kembali menjabat menjadi Panitia Lima untuk memberikan pengertian mengenai Pancasila menurut para peramu UUD 1945 lainnya. Bukan sebagai anggota, beliau juga dilantik menjadi ketua resmi dan mendapatkan gelar Doktor Honouris Causa selaku tokoh proklamator dari UI.

Setelah beristirahat beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1878, beliau bersama Jenderal Abdul Haris Nasution mendirikan Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi. Tujuan pembentukan yayasan ini untuk mengkritik penggunaan pancasila dan UUD 1945 yang digunakan untuk kepentingan oknum dalam rezim otoriter Soeharto.

Momen Wafat

Setelah perjuangan panjang melawan penyakit, kesehatan Bung Hatta semakin menurun hingga membuatnya kembali masuk ke rumah sakit pada tahun 1979. Hingga akhirnya beliau menutup mata untuk selama-lamanya pada tanggal 14 Maret 1980 pada pukul 18.56 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Beliau dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta dengan sambutan dan upacara kenegaraan yang langsung dipimpin oleh Wakil Presiden Adam Malik. Serta ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator pada tahun 1986 oleh pemerintahan Soeharto.

Sederet Prestasi Moh Hatta

Selain menjadi salah satu pahlawan proklamator sekaligus Bapak Koperasi Indonesia, dalam berbagai biografi Moh Hatta tergambar jelas betapa briliannya otak dari Bapak satu ini. Hal tersebut juga didukung keras dengan sederet prestasi yang pernah ia raih seperti:

1. Menjadi Pionir Koperasi di Indonesia

Mendapat julukan sebagai Bapak Koperasi Indonesia adalah salah satu prestasi terbesar dari Moh Hatta. Karena tak hanya membantu mengembalikan ekonomi bangsa, namun juga membantu rakyat menengah kebawah seperti petani mendapatkan ekonomi yang baik.

2. Menjadi Wakil Presiden Pertama

Dalam biografi Moh Hatta, hal menakjubkan berikutnya adalah beliau telah mengembang wewenang besar menjadi wakil presiden pertama memimpin Indonesia pada masa jabatan 11 tahun. 

3. Menjadi Perdana Menteri Pertama

Beliau juga mendapatkan jabatan sebagai perdana menteri pertama pada tahun 1950 hingga 1951. Bahkan beberapa kali beliau menerima jabatan ganda demi kebaikan dan perkembangan Indonesia.

4. Bintang Gerilya dan Bintang Republik Indonesia Adipurna

Sebagai penghargaan, dalam biografi, Moh Hatta pernah mendapatkan penghargaan Bintang Gerilya dari pemerintahan Indonesia pada tahun 1958. Serta penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipura pada tahun 1968. Hal tersebut diberikan sesuai dengan kontribusi dan balas jasa atas pergerakan kemerdekaan Indonesia.

5. Bintang Republik Indonesia Kelas 1 dan Mahaputera Utama

Pada tahun 1972 beliau kembali mendapatkan penghargaan dari Presiden Soeharto dan mendapatkan Bintang Republik Indonesia Kelas 1. Bahkan, pada tahun yang sama beliau juga mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Utama dari pemerintahan atas kontribusinya pada pergerakan negarawan Indonesia.

6. Jawaharlal Nehru

Tak hanya menjadi perdana menteri pertama, namun beliau juga membantu membangun dan memajukan hubungan baik dengan pemerintahaan India. Sehingga beliau mendapatkan penghargaan tersebut pada tahun 1982.

7, Mendapatkan Gelar Pahlawan

Setelah kembalinya beliau ke Rahmatullah, pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Proklamator Kemerdekaan pada 23 Oktober 1986. Hal tersebut kembali dikukuhkan dengan gelar Pahlawan Nasional yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 7 November 2012.

Sudah Tahu Biografi Moh Hatta dengan Lebih Jelas?

Dari biografi Moh Hatta di atas, sudah selayaknya sebagai penerus bangsa kita menghargai jasa para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sudah semestinya kita ikut membangun negara dengan nilai-nilai pancasila, serta terus mempertahankan keragaman suku dan budaya dalam NKRI.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page