Tradisi kerokan memang telah melekat kuat pada praktik pengobatan alternatif dalam berbagai budaya tradisional di Indonesia. Nah, pertanyaannya, bolehkah ibu hamil melakukan praktik kerokan juga? Lalu, apa dampak tradisi ini pada kesehatan janin dalam kandungan ibu? Mari simak jawabannya dari segi medis di sini!
Bolehkah Ibu Hamil Kerokan?
Ibu yang sedang hamil tentunya sering mengalami keluhan seperti pegal-pegal, mual, sakit kepala, sakit di leher, bahkan perut kembung. Gejala-gejala ini tampak serupa dengan gejala masuk angin yang biasanya bisa diatasi dengan kerokan.
Namun, ada satu pertanyaan yang sering muncul saat mencari cara untuk meredakan ketidaknyamanan dan gejala-gejala tersebut. Pertanyaan tersebut adalah, “bolehkah ibu hamil melakukan kerokan?”
Sebenarnya, Anda harus tahu bahwa perubahan fisiologis dan hormonal akibat pertumbuhan janin yang semakin besar selama masa kehamilan \lah yang menimbulkan rasa tidak nyaman tersebut.
Akibatnya, gejala-gejala tersebut sering dianggap sebagai masuk angin. Di mana pada akhirnya hal ini mendorong beberapa ibu hamil untuk mencoba melakukan kerokan sebagai upaya mengurangi rasa tidak nyaman.
Walau begitu, belum ada penelitian klinis yang secara khusus mengamati dampak dari kerokan selama masa kehamilan. Namun, metode kerokan pada saat kehamilan pada dasarnya relatif aman.
Meski demikian, penting untuk Anda ingat bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari kerokan ketika memasuki trimester ketiga kehamilan. Selain itu, upayakan pula untuk tidak melakukan kerokan di bagian tubuh yang rentan, seperti daerah sekitar perut dan pinggang.
Selain memahami tentang bolehkah wanita hamil kerokan, Anda juga perlu mengetahui bahwa praktik ini bisa menimbulkan potensi risiko dan dampak negatif.
Pasalnya, kerokan sendiri adalah suatu teknik pengobatan alternatif yang melibatkan penggoresan permukaan kulit dengan menggunakan alat khusus, seperti uang logam atau alat kerok tertentu. Tujuannya adalah untuk merangsang aliran darah dan mengurangi ketegangan otot.
Meskipun tradisi ini relatif aman dan diyakini manjur dalam beberapa budaya, sayangnya hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Sehingga, memilih alternatif pengobatan lain untuk ibu hamil lebih dianjurkan.
Potensi Risiko Kerokan Saat Hamil
Meskipun aman, namun bukan berarti terapi kerokan bebas risiko untuk ibu hamil. Berikut ini adalah beberapa efek samping atau risiko yang perlu ibu hamil pertimbangkan sebelum melakukan kerokan:
1. Rawan Mengalami Iritasi Kulit
Bolehkah ibu hamil kerokan apabila memiliki masalah kulit? Perlu Anda ketahui bahwa salah satu risiko dari praktik ini adalah meningkatkan risiko iritasi kulit. Pasalnya, kulit ibu hamil cenderung lebih sensitif dan rentan terhadap iritasi karena perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Sehingga besar kemungkinan bahwa tekanan selama kerokan dapat menyebabkan iritasi, peradangan, atau bahkan luka pada kulit. Tentu saja, hal ini berisiko memperburuk masalah kulit yang sudah ada, atau dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Meningkatkan Risiko Infeksi
Terapi kerokan melibatkan penggoresan permukaan kulit dengan menggunakan alat khusus yang berpotensi merusak lapisan pelindung kulit. Ketika kulit rusak karena kerokan, risiko infeksi saat hamil dapat meningkat.
Virus atau bakteri yang masuk melalui luka atau iritasi kulit dapat dengan lebih mudah menginfeksi tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Infeksi selama kehamilan bisa berisiko lebih tinggi karena dampaknya dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.
3. Peningkatan Aliran Darah
Terapi kerokan bertujuan untuk meningkatkan aliran darah di bawah permukaan kulit karena pembuluh kapiler yang melebar. Namun, ibu hamil sudah mengalami peningkatan aliran darah karena kebutuhan janin yang berkembang.
Bahkan, terapi kerokan yang salah atau terlalu kuat bisa mempengaruhi keseimbangan aliran darah. Akibatnya, tekanan darah yang tidak stabil dapat berdampak negatif pada janin.
4. Memicu Kontraksi Dini
Bolehkah ibu hamil kerokan di usia kehamilan tua? Perlu Anda catat bahwa, praktik ini memang aman untuk usia awal kehamilan. Namun, upayakan menghindari kerokan pada trimester ketiga kehamilan. Sebab pada tahap ini, janin sudah tumbuh besar dan proses persalinan semakin mendekat.
Teknik kerokan pada area tertentu bisa merangsang reaksi tubuh yang mungkin berdampak pada kontraksi dini atau reaksi lain yang tidak Anda inginkan.
5. Meningkatkan Risiko Kelahiran Prematur
Kontraksi yang dipicu oleh kerokan juga dapat merangsang rahim dan menyebabkan persalinan lebih awal dari estimasi atau kelahiran prematur. Khususnya jika Anda melakukan kerokan secara intensif dan sering. Misalnya, setiap hari atau saat merasa mual.
Ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, mengancam kesehatan janin, dan meningkatkan kemungkinan komplikasi saat melahirkan.
6. Risiko Peningkatan Suhu Tubuh
Kerokan dapat menyebabkan inflamasi atau peradangan pada permukaan kulit. Nah, peradangan yang terjadi juga dapat memicu reaksi kardiovaskuler dalam tubuh, yang bisa meningkatkan suhu tubuh secara keseluruhan.
Kondisi suhu tubuh yang meningkat dapat berisiko bagi ibu hamil dan janin, terutama jika tidak terkendali dengan baik.
Alternatif Aman untuk Ibu Hamil Selain Kerokan
Selama kehamilan, penting bagi ibu hamil untuk memilih alternatif pengobatan yang aman dan sesuai dengan kondisi tubuh. Berikut ini adalah beberapa alternatif aman yang dapat dipertimbangkan selain terapi kerokan:
1. Pijatan Prenatal

Melalui penjelasan tentang bolehkah ibu hamil melakukan kerokan dari segi medis di atas, tentu Anda paham bahwa praktik ini memiliki potensi risiko. Karena itu, sebaiknya Anda memilih alternatif lain untuk meredakan rasa tidak nyaman selama kehamilan.
Salah satunya adalah pijat prenatal yang memberikan banyak manfaat signifikan. Sebab pijatan ini bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan meredakan ketidaknyamanan selama kehamilan.
Perhatikan pula posisi pijat yang aman dan nyaman bagi ibu hamil. Umumnya, posisi pijat yang aman adalah menyamping atau setengah miring dengan bantal penopang di antara lutut dan kepala. Posisi ini dapat membantu mengurangi tekanan pada perut dan memastikan keamanan janin.
2. Yoga

Yoga khusus untuk ibu hamil juga dapat memberikan manfaat fisik dan mental. Gerakan yang lembut dan peregangan dalam yoga prenatal dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan keseimbangan. Serta memperkuat otot yang dibutuhkan selama kehamilan dan persalinan, seperti otot inti dan panggul.
Selain itu, latihan pernapasan dalam yoga membantu mengatasi rasa cemas dan stres yang sering terjadi selama masa kehamilan. Sehingga menciptakan suasana mental yang lebih tenang dan positif.
Namun, pastikan untuk memilih kelas khusus dengan instruktur berpengalaman dalam mengajar yoga kepada ibu hamil.
3. Relaksasi dan Meditasi

Teknik relaksasi, meditasi, dan pernapasan dalam dapat membantu meredakan stres. Serta meningkatkan suasana hati, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kualitas tidur, dan mengurangi insomnia yang sering terjadi selama kehamilan.
Selain itu, relaksasi dan meditasi juga memiliki dampak positif pada kesehatan fisik. Misalnya, tekanan darah yang lebih terkontrol, peningkatan sirkulasi darah, membantu mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan. Serta mencegah risiko kelahiran prematur.
Jadi, Bolehkah Ibu Hamil Kerokan Menurut Medis?
Pada dasarnya, dalam menjawab pertanyaan bolehkah ibu hamil melakukan kerokan, konsensus medis cenderung lebih berhati-hati terhadap penggunaan teknik ini selama masa kehamilan.
Meskipun aman, namun kondisi ibu dan janin harus menjadi prioritas utama. Sehingga alternatif yang lebih aman seperti pijatan ringan, peregangan lembut, atau yoga prenatal lebih diutamakan.
Selain itu, sebelum menjalani terapi apapun selama kehamilan, selalu konsultasikan dengan dokter Anda. Tujuannya untuk memastikan bahwa hal tersebut sesuai dengan kondisi kesehatan Anda dan janin dalam kandungan. Semoga bermanfaat!