Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara dan Budayanya

Zaman praaksara, suatu periode dalam sejarah manusia yang terjadi jauh sebelum adanya catatan tertulis, adalah sebuah babak penting dalam evolusi manusia. Walaupun tidak ada catatan tertulis, kita dapat menelusuri jejak corak hidup manusia zaman praaksara melalui bukti-bukti arkeologis dan antropologis yang ditemukan selama bertahun-tahun. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi corak hidup manusia zaman praaksara, serta memahami bagaimana manusia praaksara bertahan hidup, mengembangkan budaya, dan membentuk masyarakat mereka.

Perkembangan Awal Manusia Zaman Praaksara  

Secara keseluruhan, perkembangan awal masa praaksara di Indonesia dapat diidentifikasi melalui dua pendekatan utama, yaitu:

  1. Dalam konteks perkembangan kebudayaan, masa praaksara dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yakni zaman batu dan zaman logam.
  2. Dalam konteks kemampuannya, masa praaksara dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu masa berburu dan pengumpulan makanan, bercocok tanam, dan perundagian.

Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara dalam Konteks Kebudayaan

Ilustrasi manusia purba
Ilustrasi manusia purba | Sumber gambar: aktual.com

Berikut ini masa dan corak hidup manusia zaman praaksara dalam konteks perkembangan kebudayaannya:

1. Zaman Batu

Corak kehidupan masyarakat praaksara pada zaman batu adalah menggunakan batu sebagai perkakas.

Masa batu sendiri terbagi menjadi empat periode berikut ini:

  • Paleolitikum (Zaman Batu Tua): Ini adalah era ketika manusia hanya menggunakan batu alam sebagai alat, seperti kapak genggam, chopper, atau belati.
  • Mesolitikum (Zaman Batu Madya): Pada masa ini, manusia mengolah batu dengan cara sederhana menjadi alat-alat untuk pertanian dan gua digunakan sebagai tempat tinggal.
  • Neolitikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda): Pada masa ini, manusia memecah dan mengasah batu, sehingga menghasilkan alat atau kapak yang lebih tajam.
  • Megalitikum (Zaman Batu Besar): Era ini bermulai dengan keberadaan benda-benda besar atau bangunan yang terbuat dari batu, seperti punden berundak, arca, dolmen, dan lainnya.

2. Zaman Logam

Zaman logam adalah periode di mana kehidupan masyarakat memasuki masa perundagian dan menjadi lebih maju. Istilah “perundagian” berasal dari kata “undagi” yang merujuk pada seseorang yang ahli dalam pekerjaan tertentu.

Pada masa ini, masyarakat telah mengembangkan keterampilan dalam pembuatan alat-alat dari bahan perunggu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara dalam Konteks Kemampuan

Ilustrasi Orang Purba
Ilustrasi Orang Purba | Sumber gambar: hipwee.com

Berikut ini corak hidup manusia zaman praaksara dalam konteks perkembangan kemampuannya:

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Salah satu aspek paling penting dalam hidup manusia zaman praaksara adalah makanan. Manusia praaksara adalah pemburu-pengumpul, yang berarti mereka memburu hewan dan mengumpulkan tumbuhan liar untuk mendapatkan makanan. Aktivitas ini merupakan bagian penting dari kehidupan mereka sehari-hari.

Pada masa ini, manusia praaksara tinggal secara nomaden, yaitu tinggal berpindah-pindah. Saat pergi berburu, mereka biasanya menggunakan alat-alat sederhana, seperti kapak perimbas, kapak genggam, dan  pahat genggam.

Manusia purba juga mengumpulkan tumbuhan liar, seperti buah-buahan, daun-daunan, dan biji-bijian. Kehidupan sehari-hari mereka sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk menemukan sumber makanan.

2. Masa Bercocok Tanam

Corak hidup manusia zaman praaksara pada era ini telah aktif dalam produksi sumber daya mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka secara sistematis membuka lahan hutan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, dengan fokus pada penanaman umbi-umbian sebagai salah satu hasil utama.

Selain menggeluti kegiatan pertanian, sumber ekonomi mereka juga terkait dengan peternakan, yang melibatkan pemeliharaan berbagai jenis hewan seperti ayam, kerbau, babi hutan, dan lainnya. 

Pada masa itu, penduduk melakukan bentuk perdagangan sederhana, yang terkenal dengan istilah barter. Dalam sistem barter ini, mereka menukar hasil-hasil pertanian, hasil tangkapan laut, serta produk-produk kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung.

Hasil pertanian berupa umbi-umbian menjadi kebutuhan utama bagi penduduk di pesisir pantai, sementara mereka yang tinggal di pedalaman sangat membutuhkan hasil laut kering, seperti ikan kering. 

Sebagai hasilnya, sistem barter menjadi cara efektif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda di lingkungan mereka yang beragam.

3. Masa Perundagian

Selama berabad-abad, manusia praaksara mulai mengembangkan alat-alat dan teknologi sederhana untuk membantu mereka dalam mencari makanan dan bertahan hidup. 

Di Indonesia, zaman perundagian terbagi menjadi dua, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. 

1. Zaman Perunggu

Zaman perunggu juga memiliki sebutan sebagai masa kebudayaan Dongson-Tonkin Cina. Pada periode ini, manusia sudah memiliki kemampuan untuk menggabungkan tembaga dan timah, serta menghasilkan logam yang lebih keras. Artefak-artefak zaman perunggu yang telah ditemukan meliputi:

  • Nekara perunggu (moko), merupakan jenis dandang untuk mas kawin yang berasal dari sejumlah wilayah seperti Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Kepulauan Rote, Selayar, dan Leti.
  • Kapak Corong (juga terkenal sebagai kapak perunggu), berasal dari berbagai lokasi seperti Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Papua.
  • Bejana perunggu, yang berasal dari Madura dan Sumatera.
  • Arca perunggu, yang berasal dari berbagai lokasi seperti Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur), dan Bogor (Jawa Barat).

2. Zaman Besi

Zaman besi merupakan fase yang lebih maju dan ditandai oleh corak hidup manusia zaman praaksara dalam hal kemampuannya meleburkan bijih besi menjadi alat-alat yang diperlukan. Proses peleburan besi lebih sulit daripada peleburan tembaga atau perunggu karena memerlukan suhu yang sangat tinggi, yakni sekitar 3500°C. 

Beberapa alat besi yang dihasilkan mencakup:

  • Mata pisau;
  • Mata kapak dengan pegangan kayu;
  • Mata sabit;
  • Mata pedang;
  • Cangkul.

Sebagai catatan, Indonesia tidak mengalami periode zaman tembaga, melainkan langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Kebanyakan peninggalan kebudayaan zaman praaksara adalah alat-alat dari perunggu, sehingga zaman logam ini juga disebut sebagai zaman perunggu.

Kepercayaan Manusia Zaman Praaksara

Keagamaan juga merupakan bagian penting dalam corak hidup manusia zaman praaksara. Manusia praaksara memiliki kepercayaan-kepercayaan dan mitos yang mengatur cara mereka berinteraksi dengan alam, hewan, dan dunia spiritual. 

Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai menjelajahi beragam kekuatan di luar dirinya. Akibatnya, muncul berbagai sistem kepercayaan yang dianut oleh manusia zaman praaksara, seperti animisme, dinamisme, dan totemisme.

1. Animisme

Animisme merujuk pada sistem kepercayaan yang menghormati dan memuja roh nenek moyang atau makhluk halus. Manusia praaksara yang memeluk animisme cenderung selalu memohon perlindungan dan berdoa kepada roh nenek moyang. 

Mereka berharap untuk mendapatkan berbagai kebaikan, seperti kesehatan dan keselamatan, melalui interaksi dengan entitas spiritual ini.

2. Dinamisme

Sementara itu, dinamisme merupakan keyakinan atas kekuatan supranatural yang ada pada benda-benda tertentu seperti pohon dan batu besar. Aspek dinamisme muncul sebagai akibat dari ketergantungan manusia pada kekuatan-kekuatan luar dirinya. 

Karena manusia praaksara memiliki keterbatasan, mereka percaya bahwa benda-benda ini memiliki kemampuan untuk memberikan keselamatan atau pertolongan dalam situasi tertentu.

3. Totemisme

Totemisme adalah sistem kepercayaan yang mengatribusikan kekuatan supranatural kepada binatang atau tumbuhan tertentu. Manusia praaksara yang menganut totemisme cenderung menganggap bahwa binatang atau tumbuhan ini memiliki kekuatan yang bisa memberikan keberuntungan atau membawa malapetaka. 

Akibatnya, mereka merasa harus menjaga dan menghormati totem mereka, yang mengakibatkan larangan mengonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.

Ilustrasi orang purba
Ilustrasi Orang Purba | Sumber gambar: kompas.com

Dari pemahaman tentang corak hidup manusia zaman praaksara ini, kita dapat melihat bahwa manusia praaksara secara bertahap mulai berpikir secara lebih kompleks dan rasional dalam merespons dunia di sekitar mereka. 

Sistem kepercayaan ini menjadi latar belakang budaya mereka dan telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk kebiasaan dan keyakinan yang masih kita temui hingga saat ini.

Sudah Paham dengan Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara?

Zaman praaksara adalah periode sejarah yang memegang peran penting dalam evolusi manusia. Corak hidup manusia zaman praaksara telah menjadi dasar bagi perkembangan masyarakat, budaya, dan peradaban yang kita kenal saat ini. 

Dari pemburu-pengumpul yang sederhana hingga masyarakat pertanian yang lebih maju, manusia praaksara telah mengalami transformasi yang luar biasa.

Meskipun catatan tertulis yang dapat kita pelajari tentang zaman praaksara terbatas, bukti-bukti peninggalan sejarah telah memberikan wawasan berharga tentang cara manusia praaksara bertahan hidup, berkembang, dan membentuk dunia mereka. 

Setelah paham dengan corak hidup manusia zaman praaksara, kita harus menghormati jejak-jejak mereka dan menghargai perannya dalam membentuk kisah panjang perjalanan manusia di Bumi.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page