Apakah negara bisa menurunkan nilai mata uangnya dengan sengaja? Tentu saja bisa. Kebijakan tersebut dinamakan sebagai devaluasi. Artinya, pemerintah melakukan penurunan terhadap nilai mata uang dengan alasan tertentu.
Akan tetapi, tindakan tersebut tentunya tidak dapat dilakukan begitu saja. Harus ada faktor atau penyebab yang tepat sehingga tidak ada opsi lain bagi pemerintah selain mengambil kebijakan devaluasi. Berikut pembahasan selengkapnya.
Pengertian
Devaluasi merupakan sebuah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara. Kebijakan tersebut dilakukan dengan cara menurunkan nilai mata uang terhadap nilai tukar mata uang asing.
Kebijakan ini akan membuat harga barang-barang dari negara lain cenderung lebih mahal di pasar domestik. Dampaknya, orang-orang lokal akan mulai berhenti membeli barang impor dan beralih ke produk domestik.
Untuk jangka pendek, kebijakan ini menyebabkan negara mengalami peningkatan pada aktivitas ekspor serta menurunnya aktivitas impor. Kebijakan tersebut bisa berlangsung kapan saja.
Tentunya negara memiliki hak dan kewajiban untuk membuat kondisi ekonominya stabil. Berbagai cara pasti akan dilakukan, salah satunya dengan menerapkan kebijakan devaluasi ini.
Faktor Penyebabnya
Berikut beberapa kondisi yang menjadi sebab mengapa pemerintah perlu mengambil kebijakan ini.
1. Kualitas Barang Impor Lebih Baik
Pola pikir masyarakat mengenai kualitas produk luar negeri yang dianggap lebih baik mendorong pemerintah mengambil kebijakan penurunan nilai mata uang ini. Kebiasaan untuk membeli barang-barang luar negeri dengan berlebihan menimbulkan ketidakseimbangan terhadap kurs mata uang sebuah negara pada mata uang asing.
Ketika nilai mata uang suatu negara menurun, dikhawatirkan menjadi penyebab negara mengalami inflasi. Maka dari itu, pemerintah harus segera melakukan tindakan yaitu dengan memberlakukan kebijakan penurunan nilai mata uang.
2. Peningkatan Jumlah Pengangguran
Faktor kedua yang mengindikasikan bahwa pemerintah harus segera mengambil kebijakan ini yaitu karena banyaknya masyarakat yang menganggur alias tidak punya pekerjaan. Kondisi ini bermula dari kurangnya lapangan pekerjaan sehingga berdampak pada kondisi perekonomian negara.
Untuk menyeimbangkannya, maka kebijakan penurunan nilai mata uang perlu diambil. Diharapkan akan semakin banyak lapangan pekerjaan dan angka pengangguran pun semakin menurun.
3. Aktivitas Impor dan Ekspor yang Tidak Seimbang
Aktivitas impor yang terlampau tinggi atau tidak seimbang dibandingkan aktivitas ekspor mengakibatkan pemerintah memberlakukan devaluasi. Pasalnya, kondisi ini bisa berakibat buruk terhadap BOP atau balance of payment negara.
Melalui kebijakan ini, pemerintah mengajak masyarakat akan lebih membeli produk-produk dalam negeri. Masyarakat juga diminta untuk ikut andil dalam meningkatkan aktivitas ekspor negara. Jika hal tersebut direalisasikan, BOP mampu tercapai serta kondisi ekonomi negara menjadi lebih baik.
4. Biaya Utang yang Terlalu Tinggi
Faktor penyebab lainnya yaitu biaya utang negara yang terlalu banyak. Ketika pemerintah mempunyai utang terlampau banyak, berpotensi akan mengurangi nilai mata uang dari negara tersebut. Belum lagi dengan bunga utang yang semakin bertambah sehingga semakin sulit untuk melunasi utang.
Tujuan
Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan terkait kurs mata uang pada dunia perdagangan internasional. Secara umum, tujuannya yaitu untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara.
Lalu, beberapa tujuan lainnya yaitu:
- Meningkatkan aktivitas ekspor negara.
- Memperbaiki BOP atau balance of payment negara.
- Menurunkan konsumsi barang-barang impor yang berlebih.
- Memperkuat ekonomi negara.
Jenis-Jenisnya
Terdapat beberapa jenis devaluasi dan masing-masing mempunyai dampak yang berbeda. Berikut informasinya.
1. Devaluasi Halus atau Lambat
Jenis ini memberikan dampak depresiasi sebesar 5% setiap tahun. Kondisi yang satu ini dapat dikatakan tidak mempunyai pengaruh pada ekonomi negara. Ini karena nilainya yang memang tidak melebihi fluktuasi dari nilai tukar rata-rata.
2. Devaluasi Sedang
Kemudian ada penurunan nilai mata uang sedang yang memberikan dampak depresiasi antara 5% sampai 15% setiap tahun.
3. Devaluasi Cepat
Jenis yang ketiga ini memberikan dampak depresiasi kurang lebih 15% sampai 25% per tahun. Munculnya devaluasi cepat ini mampu memberikan pengaruh terhadap sektor ekspor. Selain itu, konsumen domestik juga akan merasakan adanya peningkatan terhadap nilai impor secara cukup signifikan.
4. Devaluasi Terus-menerus
Jenis ini memiliki dampak depresiasi melebihi 25%. Ketika kondisi tersebut terjadi, kemungkinan besar menjadi indikator bahwa ekonomi negara dalam kondisi kritis.
Dampaknya
Setelah memahami jenis-jenisnya, informasi berikutnya seputar apa saja dampak yang ditimbulkan oleh penurunan nilai mata uang terhadap kondisi ekonomi sebuah negara.
Kebijakan ini memberikan dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam hal belanja. Pengaruhnya juga dirasakan pada aktivitas perdagangan internasional. Berikut pembahasannya.
1. Meningkatkan Jumlah Barang yang Diekspor
Pengaruh kebijakannya terhadap perdagangan internasional dapat dilihat melalui meningkatnya kegiatan ekspor. Ketika jumlah barang yang diekspor meningkat, kondisi ini mampu memperbaiki perekonomian negara tersebut.
Permintaan pasar akan barang ekspor pasca devaluasi dapat memberikan dampak positif terhadap para pelaku usaha lokal. Untuk jangka panjang, penggunaan produk lokal yang meningkat berpotensi menjadi sebab banyaknya lapangan pekerjaan serta menurunnya angka pengangguran.
2. Barang Impor Berkurang
Dampak lainnya juga terlihat dari angka produk impor mengalami penurunan di pasar domestik. Kebijakan ini mengakibatkan meningkatnya harga barang-barang impor.
Dampaknya, konsumsi masyarakat pun akan beralih ke produk lokal. Ketika barang impor semakin berkurang, maka tingkat penjualan barang-barang lokal menjadi meningkat.
3. Naiknya Devisa Negara
Kebijakan ini juga menimbulkan dampak yaitu meningkatnya devisa negara. Ketika aktivitas ekspor di negara tersebut lebih banyak dari aktivitas impor, menyebabkan devisa negara meningkat. Ketika devisa negara tinggi, memunculkan usaha-usaha baru dan semakin banyak lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Dampak selanjutnya yaitu dapat mengembalikan keseimbangan terhadap pembayaran negara. Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang impor menyebabkan defisit pada neraca perdagangan sehingga kondisi tersebut berdampak pada neraca pembayaran yang juga defisit.
5. Perubahan Metode Produksi
Adanya penurunan nilai mata uang mengakibatkan terjadinya perubahan pada metode produksi. Akan banyak perusahaan yang beralih dari penggunaan mesin ke tenaga kerja manusia ketika melakukan proses produksi. Ini karena penggunaan tenaga kerja mengeluarkan biaya cenderung lebih sedikit dibandingkan perawatan mesin.
6. Munculnya Persaingan Produk Lokal dengan Luar Negeri
Dampak selanjutnya adalah mengakibatkan adanya persaingan antara produk lokal dengan produk luar negeri. Berbagai produk karya anak negeri akan merambah pasar internasional ketika didorong melalui peningkatan pembelian karena devaluasi.
Selain itu, harga produk ekspor yang lebih terjangkau pada pasar global juga menjangkau banyaknya konsumen luar negeri.
Contoh
Indonesia telah menerapkan kebijakan devaluasi sebanyak beberapa kali. Alasan utamanya karena angka inflasi yang meningkat sehingga perlu memberlakukan kebijakan tersebut.
1. Tahun 1950
Kebijakan devaluasi awal yang diterapkan pemerintah Indonesia yaitu kebijakan “Gunting Syafrudin”. Penurunan nilai terhadap mata uang dilakukan dengan cara menggunting uang kertas Oeang Republik Indonesia atau ORI yang bernilai 5 rupiah ke atas lalu menukarnya dengan mata uang yang bernilai setengahnya.
2. Tahun 1971
Selanjutnya ada contoh devaluasi yang berlaku pada tahun 1971. Kebijakan tersebut bermula ketika Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan pertukaran currency dolar dengan emas.
3. Tahun 1978
Contoh berikutnya yaitu devaluasi Rupiah di tahun 1978. Kebijakan ini diambil karena pada waktu itu terjadi penurunan penjualan minyak bumi yang berakibat pada defisit pendapatan negara.
4. Tahun 1983
Kondisi ini berlangsung pada tahun 1983, tepatnya pada tanggal 30 Maret. Di waktu itu, program untuk ekspor non migas sudah mulai digalakkan. Namun, devaluasi tidak mampu dihindari pemerintah sehingga kebijakan ini mau tidak mau harus diambil.
5. Tahun 1986
Tiga tahun berikutnya, pemerintah Indonesia juga memutuskan untuk melakukan penurunan nilai mata uang lagi, Bahkan sampai tahun 1983, nilai mata uang Rupiah mengalami depresi sampai 124%.
Maka dari itu, agar Rupiah tidak mengalami penurunan terus menerus, pemerintah Indonesia mulai menerapkan sistem kurs. Sistem kurs tersebut dinamakan free floating rate atau sistem mengambang bebas.
Apa Perbedaan Devaluasi dan Sanering?
Sebenarnya sanering dan devaluasi hampir sama, namun ada beberapa perbedaan yang perlu Anda pahami. Sanering adalah pemotongan terhadap nilai mata uang negara. Lalu devaluasi yaitu menurunnya nilai tukar mata uang sebuah negara terhadap mata uang negara lain.
Kebijakan sanering diambil dengan menarik peredaran uang yang sebenarnya masih berlaku lalu mengganti dengan mata uang baru. Kemudian sanering dijalankan bank sentral saat negara mengalami hiperinflasi. Lalu kebijakan devaluasi diambil dengan tujuan memperbaiki neraca perdagangan serta pembayaran.
Kesimpulan
Sekian pembahasan seputar devaluasi, beberapa jenis, serta dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut. Jadi, pemerintah memang memiliki alasan yang kuat untuk mengambil kebijakan ini yaitu untuk menstabilkan kondisi perekonomian negara. Semoga bermanfaat.