Pernah mendengar istilah eksibisionisme? Eksibisionisme adalah kelainan seksual yang mungkin jarang mendapatkan perhatian, namun memberikan dampak yang signifikan terhadap penderita dan korbannya. Kelainan tersebut membuat penderitanya melakukan penyimpangan orientasi seksual yang bisa merugikan orang lain.
Bahkan ada rasa kepuasan tersendiri saat penderita berhasil menuruti hasrat penyimpangannya tersebut. Nah, untuk memahami secara detail tentang istilah tersebut, mari simak pembahasannya berikut ini!
Pengertian Eksibisionisme
Eksibisionis atau eksibisionisme adalah jenis penyimpangan seksual yang menjadikan seseorang cenderung suka memamerkan organ vitalnya pada orang lain. Orang tersebut menunjukkan organ vitalnya secara sembarangan tanpa persetujuan orang lain atau orang yang dipamerkan organ vitalnya tersebut.
Tujuan seseorang melakukan tindakan adalah untuk memperoleh kesenangan, sekaligus kepuasan ketika berhasil melakukannya. Bahkan, orang tersebut cenderung akan lebih bergairah lagi ketika orang yang ditunjukkannya merasa takut atau bahkan jijik.
Selain itu, eksibisionisme adalah penyimpangan seksual parafilia. Maksudnya, penyimpangan yang mengindikasikan seseorang mempunyai gairah, fantasi, maupun hasrat seksual tinggi pada benda atau tindakan yang sifatnya tak lumrah.
Penyimpangan seksual ini berkembang saat seseorang memasuki usia dewasa muda. Penyebab permasalahan atau gangguan kepribadian tersebut sebenarnya masih belum bisa diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa faktor umum yang kerap menjadi tanda kemunculan penyimpangan seksual ini adalah sebagai berikut:
- Kecanduan alkohol.
- Gangguan kepribadian anti sosial.
- Pedofilia.
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa ada korelasi antara pelecehan seksual dan tindakan eksibisionisme di masa kanak-anak maupun hiper seksualitas. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang mengindikasikan seseorang mengalami gangguan tersebut, namun belum ada data valid yang bisa membuktikannya.
Penyebab Eksibisionisme
Sebenarnya, penyebab dari gangguan seksual ini bisa Anda bedakan dalam 2 jenis, di antaranya:
1. Murni
Eksibisionisme murni adalah seseorang yang cenderung menunjukkan organ vitalnya pada orang lain dari jarak jauh. Pelaku berpandangan bahwa respons kaget yang dirasakan korban dianggap sebagai minat seksual.
Bahkan pelaku merasa senang, sebab mereka merasa sedang menggoda korbannya dan berhasil. Kemunculan gangguan ini umumnya terjadi di masa remaja akhir maupun awal masa dewasa.
Lalu, untuk kondisinya hampir sama seperti preferensi seksual yang lain. Maksudnya, jenis murni bisa terjadi karena pelaku merasa minat seksnya tak dapat disalurkan.
Akan tetapi, perilaku tersebut cenderung akan berkurang atau menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tindakan menyimpang ini memang tak membahayakan korban dari segi fisik, namun tak sedikit yang bahkan sampai melakukan pemerkosaan.
2. Eksklusif
Jenis eksibisionisme eksklusif adalah perlakukan menyimpang karena keinginan pelaku yang berusaha mempunyai hubungan romantis. Gangguan ini yang kedua ini juga masih tidak umum.
Selain itu, para pelakunya tergolong mereka yang tak dapat menjalankan aktivitas hubungan seksual dengan normal. Hal tersebut membuat mereka lebih suka memamerkan organ vitalnya untuk memperoleh kepuasan seksual.
Tingkatan Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah penyimpangan yang mempunyai tingkatan berbeda-beda. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Ringan
Kondisi eksibisionisme ringan adalah hal yang umum terjadi saat seseorang mengalami fantasi dengan membiarkan orang lain memperhatikan tubuhnya. Umumnya, pelaku tidak mempunyai keberanian melakukan tindakan lebih jauh. Jadi, mereka hanya sekadar berfantasi.
2. Sedang
Selanjutnya ada tingkatan sedang. Di tahap ini, pelaku pernah menunjukkan bagian tubuhnya pada orang lain. Pada tingkatan ini, kemungkinan pelakunya cenderung kesulitan untuk mengontrol hasrat atau keinginan untuk tak menunjukkan organ vitalnya.
3. Parah
Eksibisionisme parah adalah kondisi yang terjadi pada orang-orang yang kelainan seksualnya sudah berada di tingkatan sangat parah atau sudah ada di puncaknya.
Seseorang yang menderita kondisi ini bukan sekadar mengalami kesulitan untuk mengontrol dirinya. Para penderitanya juga bisa memperoleh kepuasan saat berhasil melakukan tindakan penyimpangan tersebut. Meskipun jarang, namun penderita penyimpangan tingkat ini cenderung sulit untuk diobati.
Jika memang tetap ingin mengobatinya, maka waktu yang dibutuhkan relatif lama. Selain itu, harus ada usaha yang maksimal dari penderita dan orang yang mengobatinya agar pengobatan tersebut berlangsung efektif. Sehingga, penyakit atau kelainan ini dapat sembuh.
Gejala Eksibisionisme
Adapun gejala paling umum yang ditunjukkan penderita eksibisionisme adalah keinginan seksual yang kuat dan sering. Kemudian, penderita tersebut ingin mewujudkan hasratnya dengan cara menunjukkan organ vitalnya pada orang lain yang tak dikenal.
Kondisi yang tak normal ini pastinya akan memberikan rasa gelisah bagi penderitanya jika tak berhasil mewujudkan keinginannya tersebut. Bahkan, banyak kasus di mana keinginan eksibisionis ini membuat aktivitas penderitanya baik di tempat kerja maupun lingkungan sosial menjadi terganggu.
Selain itu, penderita juga memiliki dorongan seksual untuk menunjukkan organ vital maupun aktivitas seksualnya dilakukan secara tak konsensual. Jadi, tanpa mendapat persetujuan dari orang yang bersangkutan.
Dampak Eksibisionisme Pada Korban
Tindakan eksibisionisme bisa memberikan atau menimbulkan efek trauma cukup signifikan terhadap para korbannya. Penyimpangan yang penderita lakukan pada korban berpotensi menyebabkan mereka mengalami stres dan merasa menjadi korban kekerasan.
Korban juga bisa menderita dampak psikis berupa kecemasan atau anxiety, depresi, trauma, serta histeria. Apalagi ketika para korban cenderung memilih diam karena takut mendapatkan stigma masyarakat yang menganggap mereka rendah dan kotor.
Perlu Anda ingat bahwa yang menjadi kunci kepuasan dari pelaku eksibisionisme adalah reaksi korban seperti teriak, kaget, jijik, sampai menangis. Sementara itu, masyarakat terkadang kurang memahami perilaku penyimpangan ini dan bahayanya. Ini membuat reaksi masyarakat pada penyimpoangan ini justru yang pelaku inginkan.
Cara Mengatasi Masalah Eksibisionisme
Seseorang yang menderita gangguan ini masih bisa sembuh. Beberapa tindakan perawatan atau terapi yang dapat penderita eksibisionisme adalah sebagai berikut:
1. Psikoterapi

Cara pertama untuk menyembuhkan eksibisionisme adalah melalui metode psikoterapi. Psikolog akan memberikan pengobatan dengan jenis CBT atau cognitive behavioral therapy. Tujuannya untuk dapat menghindari masalah yang menjadi sebab seseorang melakukan penyimpangan seksual tersebut.
Terapi CBT ini akan memecahkan masalah berdasarkan 5 aspek utama, yaitu:
- Pelatihan relaksasi.
- Pelatihan empati.
- Restrukturisasi kognitif atau melakukan identifikasi serta mengubah pikiran agar tidak melakukan tindakan eksibisionisme.
- Strategi coping, tujuannya untuk mengendalikan atau mengatasi situasi maupun masalah.
2. Mengonsumsi Obat

Cara lain untuk mengatasi gangguan eksibisionisme adalah memberikan obat-obatan tertentu. Biasanya, psikiater akan menyarankan untuk mengonsumsi obat antidepresan berjenis SSRI atau selective serotonin reuptake inhibitor.
Berdasarkan penelitian, obat tersebut efektif menurunkan libido serta menunda orgasme. Tingkat efektivitas dari obat SSRI pun bisa mencapai 60 sampai 70 persen.
Kemudian, psikiater juga akan memberikan resep obat medroxyprogesterone acetate maupun leuprolide. Obat ini secara efektif mampu menurunkan kadar hormon testosteron yang memang berperan penting untuk mengendalikan hasrat seksual.
Akan tetapi, perlu dipahami bahwa untuk mengonsumsi obat tersebut harus benar-benar memperoleh persetujuan dokter. Selain itu, dokter pun juga melakukan tes darah terhadap penderita.
Tujuannya untuk mengecek seperti apa efek obat yang dikonsumsinya terhadap fungsi hati. Kemungkinan, dokter juga akan memberikan penanganan atau pengobatan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
3. Support Group

Cara terakhir untuk mengatasi eksibisionisme adalah memberikan konseling kelompok atau support group. Biasanya, di dalam kelompok ini terdiri atas 5 sampai 10 penderita. Mereka akan melakukan pertemuan selama beberapa jam per minggu.
Kelompok tersebut akan saling memberikan dukungan sehingga mampu mengontrol perilaku seksualnya. Komunitas tersebut juga membantu para penderita untuk mempunyai sudut pandang baru. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah mengontrol perasaan atau tindakan seksualnya yang menyimpang tersebut.
Pengobatan ini sangat dibutuhkan karena para penderita akan saling membantu agar bisa sembuh dari kelainan tersebut. Dengan begitu, mereka bisa kembali di lingkungan masyarakat serta mampu menjalani kehidupan yang normal seperti orang-orang pada umumnya.
Sudah Memahami Apa itu Eksibisionisme?
Kesimpulannya, eksibisionisme adalah penyimpangan seksual yang tak boleh dianggap remeh karena bukan hanya merugikan penderita melainkan orang lain. Sangat penting untuk menyadari gejala kelainan eksibisionis tersebut sejak dini. Sehingga, penanganan atau pengobatan bisa segera dilakukan.
Selain itu, pelaku harus mempunyai keinginan kuat untuk sembuh sehingga proses penyembuhannya berjalan efektif. Sebagai informasi, sebanyak 2 sampai 4 persen tindakan eksibisionis berasal dari laki-laki. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada perempuan yang juga menderita penyimpangan seksual ini.