Pernahkah Anda melihat seseorang yang tiba-tiba mengalami kejang pada sekujur tubuhnya atau bahkan Anda sendiri pernah mengalaminya? Hal itu merupakan pertanda bahwa orang tersebut menderita penyakit kronis epilepsi atau ayan, di mana penyakit tersebut akan menjadi pembahasan kita kali ini.
Berbicara tentang ayan, penyakit ini bisa menyerang semua golongan usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua sekalipun. Maka dari itu, Anda wajib waspada dan mengantisipasinya dengan memahami pengertian, etiologi, gejala, dan pengobatan dari penyakit ini.
Daftar ISI
Apa Itu Epilepsi?
Epilepsi atau ayan merupakan salah satu penyakit kronis yang mempunyai gejala awal kejang-kejang. Kondisi ini terjadi karena terdapat gangguan pada saraf pusat manusia, sehingga memunculkan reaksi kejang pada tubuh hingga kehilangan kesadaran.
Biasanya, penderita tidak akan sadar apa penyebabnya. Tiba-tiba tubuhnya langsung ambruk dan tidak sadar. Perlu Anda ketahui bahwa kejang pada penyakit ayan akan terjadi secara berkala dengan jangka waktu yang lebih lama, lebih dari sekali, dan berulang. Bahkan, ada yang menyerang ketika penderita tertidur.
Secara medis, penyebab ayan belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa dugaan yang mengarah pada kegiatan listrik di otak manusia. Misalnya saja pernah mengalami cedera kepala, kecelakaan, meningitis, dan lain sebagainya.
Selain itu, kemunculan ayan juga bisa disebabkan karena faktor genetik seperti pernah ada salah satu keluarga yang menderitanya. Jadi, apabila ada keturunan yang memiliki riwayat penyakit ini, maka Anda wajib berhati-hati dan selalu perhatikan kondisi kesehatan.
Etiologi atau Penyebab Epilepsi

Penyebab epilepsi bisa terbagi menjadi 6 jenis, di mana setiap jenisnya mempunyai penjelasan masing-masing yang harus Anda pahami. Berikut adalah penjelasannya:
1. Infeksi
Infeksi menjadi penyebab yang paling banyak diketahui memicu kemunculan ayan. Kejang menjadi gejala utamanya adalah kejang dengan durasi waktu yang cukup lama. Sedangkan infeksi yang menyebabkannya seperti HIV, infeksi Kongenitel, cerebral toxoplasmosis, neurosistiserkosis toxoplasmosis, dan lain sebagainya.
2. Imunitas
Imunitas seseorang yang mengalami reaksi berlebihan juga akan memunculkan penyakit kejang karena terdapat inflamasi pada sistem di saraf pusat. Contoh dengan kondisi ini adalah ensefalitis autoimun. Sedangkan gejalanya seperti gangguan gerak, kebingungan, psikiatrik, hingga kehilangan kesadaran.
3. Metabolik
Epilepsi metabolik bisa terjadi sebagai bentuk menifestasi abnormalitas biokimia atau defek metabolik tubuh. Contohnya uremia, kejang, porfiria, dan aminoasidopati.
4. Struktural
Etiologi struktural merupakan abnormalitas struktur yang ada di wilayah otak dan diketahui melalui pencitraan. Kelainan ini terbagi menjadi dua yakni kelainan yang diperoleh melalui trauma, stroke, hingga infeksi dan kelainan struktural genetik yang menjadi penyebab utama adanya malformasi korteks.
5. Genetik
Penyebab epilepsi yang berikutnya adalah genetik. Penyebab jenis ini bisa Anda amati secara jelas pada beberapa kasus, terutama jika ada pihak keluarga Anda yang mempunyai kelainan autosomal dominan. Mutasi faktor genetik bisa memunculkan gejala ringan hingga berat.
Sebenarnya, ada sebuah fakta menarik tentang penyebab genetik ini. Faktor ini tidak menjadi satu-satunya penentu terjadinya ayan, melainkan masih ada peran lain dari beberapa aspek. Mulai dari kurang tidur, stres, hingga lingkungan sekitar yang tidak baik.
6. Tidak Terdeteksi
Penyebab yang terakhir ini tidak diketahui apa penyebabnya. Maksudnya, medis tidak mampu mendeteksi faktor apa yang mendorong seseorang bisa sampai terkena penyakit kronis ayan. Dengan begitu, diagnosa hanya bisa dilakukan hingga titik tertentu tanpa melakukan pengembangan yang lebih lanjut.
Gejala Penyakit Epilepsi

Ketika orang menderita epilepsi, maka ia akan mengalami beberapa gejala yang salah satunya adalah kejang. Hanya saja, karakteristik kejang pada penyakit ini bisa terjadi secara variasi dan bergantung pada bagian otak mana saja yang terkena gangguannya. Berikut ini penjelasan lebih lanjut:
1. Kejang Umum
Kejang umum atau yang sering disebut sebagai kejang menyeluruh memiliki gejala yang cukup serius karena kejang akan terjadi pada seluruh sekujur tubuh. Hal ini tentu saja akan berdampak langsung ke seluruh bagian otak. Adapun kejang umum memiliki beberapa gejala sebagai berikut:
- Sering mengompol.
- Mata yang terbuka.
- Otot tiba-tiba menjadi rileks sehingga pengidap bisa jatuh tanpa mampu mengendalikan tubuhnya.
- Tubuh kaku dalam waktu beberapa detik kemudian muncul gerakan ritmis pada lengan ataupun kaki. Umumnya ditandai dengan otot lengan, punggung dan kaki berkedut.
- Penderita bisa mengeluarkan suara-suara atau berteriak ketika mengalami kejang.
- Pengidap bisa tidak sadarkan diri dan ketika kembali sadar mereka bisa merasa bingung selama beberapa menit atau jam.
2. Kejang Parsial
Gejala epilepsi yang kedua adalah kejang parsial, di mana yang mengalami gangguan hanya sebagian otak saja. Kejang jenis ini terbagi menjadi dua kategori, yakni:
- Kejang parsial kompleks: Merupakan gejala yang membuat penderitanya akan merasakan bingung atau setengah sadar selama beberapa saat. Adapun ciri-cirinya adalah pandangan kosong, menggosok-gosokkan tangan, menelan, hingga mengunyah.
- Kejang parsial simpel: Merupakan kejang yang penderitanya tidak akan kehilangan kesadaran. Ciri-cirinya hanya beberapa anggota tubuh yang menyentak tiba-tiba atau muncul sensasi kilatan cahaya, kesemutan, hingga pusing.
Khusus kejang parsial, biasanya akan disesuaikan dengan bagian otak yang mengalami gangguan saja. Misalnya ayan menganggu jaringan yang ada di kaki kanan, maka anggota tubuh itu saja yang akan mengalami kejang.
Hanya saja, kejang parsial ini mampu membuat penderitanya akan mengalami perubahan suasana hati yang berlebihan dan tiba-tiba seperti merasa takut dan gembira.
Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Epilepsi

Mungkin ayan tidak bisa Anda hindari jika memang sudah terjadi. Namun, bukan berarti penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan atau dicegah. Untuk mengetahui ulasannya, silahkan simak penjelasan di bawah ini:
1. Pencegahan Epilepsi
Mencegah penyakit epilepsi bisa Anda lakukan dengan beberapa cara yakni:
- Tidak mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol.
- Menghindari diet ekstrim.
- Olahraga secara teratur.
- Menerapkan pola hidup sehat.
- Menghindari stress berlebihan.
- Tidak merokok.
2. Pengobatan Epilepsi
Sesuai dengan judulnya, epilepsi bisa Anda cegah dan obati. Untuk perihal pengobatannya ini, para penderita disarankan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.
Sebab, gejala epilepsi bisa datang kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, untuk menghindari segala kemungkinan terburuknya, silahkan berobat ke dokter spesialis saraf.
Biasanya, dokter akan memberikan resep obat yang harus penderita konsumsi secara rutin. Dengan begitu, penderita bisa melakukan kegiatannya secara normal.
Sementara itu, hal yang paling dihindari oleh penyakit ini adalah gejala kejangnya. Takutnya jika tidak mendapatkan perawatan, maka bisa berimbas buruk.
Meski bisa diobati, namun epilepsi tidak bisa sembuh secara maksimal. Dokter hanya akan meringankan gejala saja dan memperkecil risiko kambuhnya. Penderita bisa menerapkan pola hidup sehat dan meninggalkan aktivitas-aktivitas yang memicu kemunculan gejala.
Diagnosa Epilepsi
Dalam beberapa pemeriksaan, dokter akan melakukan beberapa hal terkait kegiatan dari penderita. Sebab, dengan mata telanjang penderita akan tampak normal jika tidak dalam kondisi kambuh.
Biasanya, penderita pun akan diminta untuk melakukan sejumlah tes kemampuan berpikir, kepekaan otot, cara berjalan, dan tingkat kepekaan. Jika kondisi pasien dinyatakan mengidap epilepsi, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan beberapa tes berikut ini:
- Tes darah yang berfungsi mengetahui masalah pada kesehatan dan infeksi.
- EEG atau elektroensefalogram yang bermanfaat untuk mengetahui aktivitas listrik yang ada di otak manusia. Sebab, penyakit ini berhubungan langsung dengan saraf listrik otak. Jadi, untuk menentukan tingkat keparahannya, penderita harus menjalani tes ini.
Sudah Paham dengan Penyebab dan Gejala Epilepsi?
Melalui penjelasan di atas, penyakit epilepsi mampu memberikan efek yang tidak baik untuk kesehatan manusia. Bahkan bisa memunculkan ancaman kematian apabila gejala-gejala yang muncul secara mengejutkan terjadi. Takutnya penderita bisa mengalami kecelakaan lain jika kambuh di tempat yang tak terduga.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang epilepsi dan upaya-upaya terus-menerus dalam penelitian serta perawatan, harapannya adalah Anda dapat terus meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidapnya. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!