Pada dasarnya, etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa merupakan salah satu fenomena yang telah terjadi selama keberlangsungan kehidupan sosial manusia.
Peristiwa tersebut telah mempengaruhi hubungan seseorang serta kelompok masyarakat tertentu dalam konteks perkembangan globalisasi dan keragaman budaya, baik secara positif maupun negatif.
Nah, sebagai generasi yang hidup di zaman modern, kamu harus mampu menyikapi segala bentuk sikap fanatisme suku bangsa di lingkungan sekitar. Yuk, jelajahi konsep dasarnya yang melibatkan psikologi dan persepsi manusia pada artikel berikut ini!
Daftar ISI
Apa Itu Etnosentrisme?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnosentrisme adalah sikap, persepsi, atau pandangan yang berasal dari nilai sosial dan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Fenomena ini biasanya ditandai dengan sikap dan pandangan seseorang yang merendahkan masyarakat atau kebudayaan lainnya.
Sehingga, pengertian umum fanatisme suku bangsa merujuk pada kecenderungan seseorang atau suatu kelompok untuk memandang agama, bahasa, kebudayaan, adat istiadat, nilai, dan norma sosialnya sebagai yang terbaik atau paling unggul.
Berdasarkan beberapa sumber, sikap yang mempengaruhi sosial dan budaya masyarakat ini terbagi ke dalam dua jenis utama, yaitu:
- Etnosentrisme Fleksibel merujuk pada sikap, pola pikir, atau cara seseorang dalam mengontrol persepsi dan egonya untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya. Individu atau kelompok dapat menghadapi dunia nyata dengan memiliki kesadaran akan keunikan dan nilai-nilai budaya mereka sendiri. Namun, mereka juga memiliki keterbukaan untuk mempelajari, berinteraksi, dan menghargai budaya-budaya lain.
- Etnosentrisme Infleksibel merujuk pada sikap atau persepsi subjektif seseorang yang kaku dan tidak toleran dengan budaya atau kelompok lain. Seseorang atau kelompok akan mengukur perilaku, budaya, dan kepercayaannya terhadap orang lain dengan standar budayanya sendiri. Selain itu, juga melibatkan prasangka, stereotip, dan diskriminasi terhadap kelompok lain yang dianggap “berbeda” atau “kurang baik”.
Meskipun begitu, penting untuk kamu ingat, bahwa fanatisme suku bangsa yang negatif bukanlah sifat universal yang dimiliki oleh semua individu atau kelompok. Tetapi, lebih merupakan hasil dari faktor-faktor sosial, budaya, dan lingkungan yang mempengaruhi persepsi dan sikap individu terhadap kebudayaan lain.
Oleh karena itu, kamu harus bijak dalam menyikapi fenomena fanatisme suku bangsa yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar kamu.
Ciri atau Aspek dalam Etnosentrisme
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa fanatisme suku bangsa berkaitan dengan aspek-aspek yang merepresentasikan sikap, pandangan, dan tindakan seseorang atau sekelompok masyarakat kepada budaya lain. Adapun sejumlah aspek atau ciri-ciri utama yang berkaitan dengan fanatisme suku bangsa adalah:
- Seseorang atau sekelompok masyarakat menggeneralisasi suatu hal dengan tidak akurat atau membuat prasangka yang kurang baik untuk merepresentasikan kelompok lain.
- Melibatkan perasaan atau keyakinan, bahwa nilai sosial, budaya, dan norma adat istiadat kelompok sendiri adalah yang paling benar dan unggul daripada kelompok lain.
- Cenderung mengabaikan adanya perbedaan fisik, lingkungan, status sosial, kepercayaan, hingga bahkan norma sosial. Sebab, perbedaan-perbedaan tersebut terlihat aneh, tidak penting, atau bahkan bersifat mengancam.
- Selalu memiliki sindrom sosial yang mana menggambarkan beberapa ciri kehidupan sosial yang diamati secara konsisten dalam suatu masyarakat atau budaya tertentu.
- Fungsionalitas sindrom sosial merujuk pada penindasan, diskriminasi, atau tindakan yang tidak adil kepada keberadaan kelompok budaya lainnya, sehingga menyebabkan .persaingan antar kelompok.
- Fanatisme suku bangsa mengakibatkan terhambatnya proses komunikasi antar kelompok budaya dan hubungan masyarakat yang harmonis. Karena seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut hanya berfokus pada kebiasaan dan nilai budayanya sendiri.
- Seseorang atau sekelompok masyarakat memiliki rasa bangga yang berlebihan terhadap budaya, bahasa, tradisi, dan sejarah nasionalnya sendiri. Kemudian, selalu menuntut kepentingan pribadi dan kepentingan kelompoknya yang dapat menyebabkan kerusuhan.
Faktor Penyebab Terjadinya Etnosentrisme
Hingga saat ini, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi perkembangan fanatisme suku bangsa, diantaranya:
1. Sejarah dan Nasionalisme
Faktor penyebab pertama berkaitan dengan sikap individu atau masyarakat yang mana memiliki rasa bangga nasionalisme yang kuat dan merasa memiliki keterkaitan dengan sejarah keluarga di masa lalu.
Lantaran kondisi tersebut, individu akan terus mengembangkan identitas (contohnya bahasa dan kebiasaan) dan hanya meyakini kebudayaannya sendiri. Sehingga, individu tersebut akan cenderung bersikap fanatisme suku bangsa ke kelompok budaya lain.
2. Keberagaman Budaya yang Mendorong Konflik
Etnosentrisme juga akan terjadi apabila kamu hidup di lingkungan sosial yang memiliki keberagaman kultur atau budaya. Kamu dan individu lainnya berkemungkinan besar untuk menguatkan solidaritas dan identitas kelompok sendiri.
Kondisi tersebut terkadang akan menimbulkan persaingan sumber daya dan membandingkan budaya, sehingga menciptakan ketegangan antarbudaya atau bahkan konflik.
3. Kekuasaan Politik
Ketika individu atau masyarakat yang memiliki pengaruh besar dalam lingkup politik ingin mencapai suatu kekuasaan legitimasi, maka mereka cenderung memiliki perasaan fanatisme terhadap identitas yang melekat saat ini.
Sebab, banyak individu yang meyakini bahwa politik menjadi salah satu tempat terbaik untuk melaksanakan segala kepentingan pribadi atau kelompok yang mengarah ke sikap fanatisme suku bangsa. Faktor ini juga memicu perkembangan sikap merendahkan dan meremehkan kelompok lain yang “berbeda”.
4. Pengaruh Budaya dan Loyalitas
Faktor lain yang juga menyebabkan sikap etnosentrisme adalah pengaruh budaya yang kuat, sehingga mendorong rasa loyalitas dan keharusan untuk berkontribusi dalam kelompok budaya tersebut.
Kamu akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti norma atau adat istiadat yang berlaku dan mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan anggota dalam kelompok yang sama.
Nah, dengan alasan loyalitas, budaya kamu dapat mempromosikan keunggulan kelompok kamu, sehingga meremehkan kelompok budaya minoritas lain.
5. Faktor Pendidikan dan Pengalaman Antarbudaya
Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengalaman antarbudaya dapat memainkan peran penting dalam terbentuknya sikap fanatisme suku bangsa. Pasalnya, faktor-faktor tersebut membuat individu atau kelompok masyarakat hanya diajarkan bahwa budayanya adalah yang terbaik, sedangkan tingkatan budaya lain lebih rendah.
Kurangnya pemberian pengalaman antarbudaya secara langsung, sehingga tidak ada kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok budaya lain, menyebabkan kamu hanya akan mengandalkan stereotip atau keyakinan yang memperkuat fanatisme suku bangsa.
6. Prasangka Sosial
Prasangka sosial bisa timbul sebagai hasil dari etnosentrisme, di mana sikap membandingkan atau persepsi negatif terhadap kelompok lain cenderung akan diperkuat dan dipertahankan oleh anggota kelompok budaya.
Ketika kamu merasa unggul daripada kelompok lain, maka prasangka sosial dapat berkembang sebagai alat untuk membenarkan sikap fanatisme suku bangsa. Sikap ini dapat menghambat proses komunikasi yang efektif antara satu kelompok dengan kelompok lain.
7. Faktor Ketakutan dan Ketidakpastian akan Kelompok Lain
Faktor penyebab terakhir yang akan dijelaskan pada artikel ini adalah kondisi ketakutan dan ketidakpastian individu atau kelompok budaya dengan kelompok budaya lainnya. Sebagai gambarannya, anggaplah kamu merasa tidak aman atau tidak yakin dengan kondisi lingkungan saat ini dan bahkan dengan masa depan.
Untuk mengatasinya, kamu memutuskan untuk mencari identitas dan keamanan dalam kelompok budaya yang kamu yakini. Secara tidak sadar, upaya tersebut akan menguatkan sikap fanatisme suku bangsa kamu di masyarakat.
Oleh karena itu, faktor penyebab terjadinya fanatisme suku bangsa di lingkungan masyarakat tidak hanya berasal dari aspek internal, tetapi juga bisa karena aspek eksternal.
Dampak dari Etnosentrisme
Fenomena fanatisme suku bangsa memiliki dampak yang cukup signifikan dalam kehidupan sosial dan antar budaya pada individu atau masyarakat secara umum. Seringkali peristiwa ini mengakibatkan dampak negatif seperti konflik dan mengabaikan perbedaan budaya.
Namun, meskipun dalam konteks yang terbatas, sikap fanatisme suku bangsa juga dapat membawa dampak positif pada kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara secara luas. Lantas, apa saja dampak positif dan negatif dari fanatisme suku bangsa?
1. Dampak Positif Etnosentrisme
Berikut ini adalah sejumlah dampak positif atau manfaat yang bisa kamu dapatkan dari sikap fanatisme suku bangsa yang tepat:
a. Menjaga Pertumbuhan dan Keutuhan Identitas Kelompok
Manfaat yang pertama adalah kamu berkesempatan menjaga dan memperkuat identitas kelompok dan keberlanjutan budaya kamu. Terlebih kamu hidup di Indonesia yang berdiri dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.
Berkat sikap fanatisme suku bangsa yang tepat, kamu dan kelompok budaya kamu akan memiliki sumber kekuatan untuk mencegah maupun menghadapi penindasan atau ancaman budaya yang mungkin terjadi.
b. Meningkatkan Rasa Cinta dengan Tradisi dan Nilai Budaya
Etnosentrisme juga dibutuhkan dalam membantu mengenalkan, menjaga, dan meneruskan tradisi, nilai-nilai, dan praktik budaya yang unik. Sehingga, kamu dan kelompok memiliki alasan untuk terus mencintai budaya asli, tanpa membedakan satu sama lain.
Sikap terbaik dalam mempertahankan budaya sendiri dapat menjadi investasi pelestarian warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang, walau di tengah zaman globalisasi dan modernisasi seperti sekarang.
c. Menumbuhkan Jiwa Semangat Patriotisme
Dampak positif berikutnya adalah kamu mampu menumbuhkan jiwa semangat patriotisme atau keinginan untuk membela identitas dan nilai budaya dari suatu kelompok atau masyarakat.
Misalnya, dengan cara berpartisipasi aktif dalam pengabdian masyarakat, meyakini keunikan dan keunggulan budaya lain, mendukung keadilan dan kebebasan, serta menghormati hak individu atau kelompok lain.
Akan tetapi, perlu kamu perhatikan, bahwa jagalah keseimbangan antara sikap fanatisme suku bangsa dengan patriotisme kapanpun dan dimanapun.
d. Mengenal dan Mengakui Keberagaman Budaya Lain
Pada dasarnya, etnosentrisme merujuk pada sikap individu atau kelompok masyarakat yang hanya memandang positif budayanya sendiri. Namun, dalam beberapa kasus, fenomena ini juga dapat memicu minat seseorang untuk mempelajari dan menghargai keberadaan budaya-budaya lain.
Sehingga, individu tersebut dapat merencanakan cara untuk melindungi budayanya dari perubahan dan ancaman integritas budaya di kemudian hari.
e. Meningkatkan Sikap Gotong Royong dan Tolong Menolong Antar Budaya
Sikap fanatisme suku bangsa yang sehat dan inklusif dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan sikap gotong royong dan tolong-menolong antarbudaya.
Kondisi ini lantaran kamu memiliki rasa saling memiliki, sehingga menciptakan keinginan untuk menolong urusan pribadi, pekerjaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kemaslahatan kelompok budaya sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dengan sikap terbuka, saling pengertian, dan penghargaan terhadap budaya sendiri dan budaya lain.
2. Dampak Negatif Etnosentrisme
Berikut ini adalah sejumlah dampak negatif atau kerugian yang akan kamu dapatkan ketika melakukan sikap fanatisme suku bangsa yang kurang tepat:
a. Menyebabkan Konflik Antar Kelompok Budaya
Seringkali fenomena fanatisme suku bangsa yang dipengaruhi oleh tindakan memandang rendah budaya lain dan membanggakan budaya sendiri secara berlebihan dapat memicu konflik dan ketegangan antara kelompok budaya yang berbeda.
Sikap terlalu meyakini keunggulan budaya sendiri dapat menyebabkan kamu tidak mampu untuk berkomunikasi, saling memahami, dan mencari solusi bersama atas masalah-masalah antar kelompok budaya.
Oleh sebab itu, peristiwa fanatisme suku bangsa dapat mengarah pada konflik sosial, diskriminasi, atau bahkan kekerasan antarbudaya. Terlebih apabila kondisi ini tidak hanya mempengaruhi individu dari satu kelompok budaya, melainkan mempengaruhi seluruh anggota kelompok budaya tertentu.
b. Menghambat Proses Membangun Interaksi dan Hubungan Antar Kelompok Budaya
Seperti yang telah kami jelaskan di atas, etnosentrisme dapat menghambat proses asimilasi dan integrasi budaya yang berperan penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis antara kelompok budaya.
Asimilasi budaya merujuk pada proses interaksi sosial antar kelompok budaya yang dilakukan secara langsung dalam waktu lama. Sedangkan integrasi budaya merupakan proses penyesuaian budaya yang berbeda, sehingga bertujuan untuk mencapai suatu keharmonisan dan kesesuaian sebagaimana mestinya.
Apabila kamu tidak mampu melakukan kedua proses tersebut, maka kamu juga tidak akan mampu untuk menghargai perbedaan. Akibatnya, kamu memilih untuk tidak memperlakukan orang lain dengan hormat, yang mana menghambat komunikasi dan kerjasama yang efektif serta pembangunan kerangka kerja yang inklusif.
c. Menurunkan Pemahaman dan Perspektif yang Bersifat Objektif
Dampak negatif lain dari fanatisme suku bangsa adalah dapat membatasi atau bahkan menurunkan pemahaman dan perspektif ilmu pengetahuan individu atau kelompok budaya terhadap dunia. Sebab, mereka akan lebih mengutamakan persepsinya yang bersifat subjektif daripada persepsi objektif dalam menilai sesuatu.
Ketidaktoleranan terhadap budaya lain mencegah individu untuk mendapatkan pembelajaran dari pengalaman dan pengetahuan baru yang ada di sekitarnya. Kondisi ini secara tak langsung dapat menghambat perkembangan pribadi, mengurangi kesempatan untuk berinovasi, dan mempersempit wawasan dunia.
d. Terbentuknya Kesalahpahaman dan Stereotip Negatif
Dalam lingkup masyarakat yang memiliki keragaman budaya, sikap etnosentris dapat memicu terbentuknya stereotip negatif dan kesalahpahaman terhadap kelompok budaya lain.
Prasangka-prasangka tersebut dapat mendorong terjadinya sikap diskriminatif dan perlakuan yang tidak adil terhadap individu atau kelompok yang menjadi sasaran stereotip tersebut.
Tindakan diskriminatif yang kami maksud mencakup pembatas akses atau kesempatan aktivitas oleh kelompok lain, mengabaikan hak-hak mereka, atau bahkan menjalankan tindakan yang merendahkan. Kondisi tersebut akan semakin parah ketika berkaitan dengan aspek yang dianggap suci atau keramat oleh suatu kelompok budaya.
e. Menghambat Perkembangan Masyarakat yang Lebih Maju
Terakhir, fanatisme suku bangsa juga dapat menghambat perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Terlebih jika anggota masyarakat tersebut hanya berfokus pada mengunggulkan budaya sendiri dan memandang rendah kelompok budaya lain.
Seseorang yang terjebak dalam keyakinan superioritas budayanya sendiri ini akan mengalami proses eksplorasi, pembelajaran, dan inovasi dari sumber luar yang relatif terhambat.
Hal ini membatasi potensi individu dan masyarakat untuk berkembang secara holistik, cenderung menutup diri, dan tidak mudah terbuka dengan datangnya budaya atau ilmu baru.
Contoh Etnosentrisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Nah, supaya pemahaman kamu tentang fanatisme suku bangsa semakin optimal, berikut ini kami berikan beberapa contoh kasus yang dapat kamu temukan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Aspek Agama
Dalam lingkup agama, sikap fanatisme suku bangsa dapat kamu temui pada beberapa kejadian, seperti:
- Tidak menerima keberadaan agama lain, karena individu atau kelompok masyarakat hanya menganggap agama mereka adalah satu-satunya agama yang benar.
- Membatasi kebebasan beribadah hingga melakukan kekerasan fisik terhadap individu dari agama lain.
- Menghancurkan rumah ibadah milik kelompok agama minoritas di wilayah anggota kelompok agama mayoritas.
2. Aspek Politik
Dalam lingkup politik, sikap etnosentris dapat kamu temui pada beberapa kejadian, seperti:
- Memilih petinggi negara atau wilayah tertentu dari kelompok budaya yang sama.
- Membatasi hak dan kewajiban warga sipil dalam hal politik.
- Memandang warga negara asing sebagai ancaman kedaulatan politik atau kebudayaan.
3. Aspek Sosial dan Budaya
Dalam lingkup sosial dan budaya, sikap fanatisme suku bangsa dapat kamu temui pada beberapa kejadian, seperti:
- Pemberlakuan sistem kasta masyarakat Hindu di Bali, yang mana membagi status sosial individu atau kelompok menjadi beberapa tingkatan.
- Menghina atau mengabaikan individu atau kelompok masyarakat yang memiliki bahasa, adat istiadat, dan tradisi budaya yang terlihat asing.
- Berkumpul dengan kelompok, klub, atau komunitas yang memiliki kesamaan budaya.
4. Aspek Ekonomi
Dalam lingkup ekonomi, sikap etnosentris dapat kamu temui pada beberapa kejadian, seperti:
- Mendorong konsumen untuk menggunakan produk lokal, daripada produk impor.
- Memboikot produk impor yang dapat mengancam industri dan lapangan kerja di dalam negeri.
- Banyaknya orang Tionghoa yang menguasai ekonomi perdagangan di Indonesia dan mempekerjakan masyarakat pribumi sebagai bawahannya.
5. Aspek Pendidikan
Dalam lingkup pendidikan, sikap fanatisme suku bangsa dapat kamu temui pada beberapa kejadian, seperti:
- Mengabaikan bahasa dan budaya minoritas dalam sistem pendidikan, misalnya penggunaan kurikulum nasional yang memuat informasi-informasi yang hanya relevan untuk siswa di wilayah Pulau Jawa.
- Mengucilkan siswa yang berasal dari luar wilayah utama.
- Guru yang memeluk agama Islam harus melepas jilbabnya, jika ingin mengajar di sekolah khusus siswa beragama Kristen atau Katolik.
Apakah Kamu Siap untuk Menyikapi Etnosentrisme?
Demikian informasi lengkap yang perlu kamu ketahui tentang fenomena etnosentrisme. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu untuk menghadapi berbagai bentuk sikap yang mempengaruhi sosial dan budaya masyarakat di sekitar kamu.