Apakah Anda pernah mendengar tentang geguritan? Jika belum, maka ketahuilah bahwa dalam dunia sastra, geguritan adalah jenis puisi yang menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, puisi dalam bahasa Jawa ini menjadi bentuk karya sastra yang memiliki ciri dan unsur yang khas.
Maka dari itu, mari kita pelajari lebih dalam mengenai puisi berbahasa Jawa dalam artikel ini. Apa saja unsur intrinsik dan apa ciri-cirinya yang membuatnya khas dan berbeda. Simak selengkapnya!
Daftar ISI
Apa Itu Geguritan?
Geguritan adalah suatu bentuk puisi yang memiliki akar kata dari “gurit,” yang berarti “tatahan” atau “coretan.” Dalam konteks sastra Jawa, geguritan merujuk pada seni puisi yang penulisannya menggunakan bahasa Jawa.
Uniknya, saat dibacakan atau dinyanyikan, puisi berbahasa Jawa ini sering disesuaikan dengan pupuh atau tembang yang melodi dan merdu. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional dengan aturan suku kata dan rima yang khas untuk setiap barisnya.
Sementara itu, tembang adalah lirik atau sajak yang memiliki pola irama nada tertentu. Itulah mengapa, meskipun telah ada sejak berabad-abad berlalu, geguritan adalah daya tarik bagi sebagian besar masyarakat, karena pesona bahasa dan bentuknya yang khas.
Penggurit, begitulah panggilan untuk pujangga pembuat puisi Jawa. Sosok ini memiliki kedalaman pemahaman terhadap bahasa Jawa. Mereka tidak hanya menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai medium untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan yang terdalam.
Selain itu, penggurit menggunakan gaya bahasa tinggi dan bermajas, yang membuat karyanya menjadi lebih khas, menghanyutkan, dan mengundang untuk dipahami dengan lebih dalam.
Sejarah Geguritan
Karya sastra puisi yang mengalir dalam bahasa Jawa memiliki akar yang menjalar jauh ke masa lalu. Tidak sekadar rangkaian kata, tetapi guritan juga menggambarkan suatu bentuk ungkapan seni yang mampu menyentuh hati dan pikiran.
Namun, sepertinya ada sisi yang mungkin jarang kita dengar, yaitu sejarah dan makna mendalamnya yang memberi warna pada karya sastra Jawa ini. Dalam sejarah panjang Jawa, kemunculan geguritan adalah sebagai bentuk sindiran yang dilontarkan oleh pujangga-pujangga pada zaman dahulu.
Mereka memanfaatkan puisi Jawa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kritis, terutama dalam mengomentari situasi sosial-politik yang berkembang. Bahkan, juga termasuk untuk menggambarkan ketidakpuasan terhadap kolonialisme atau para penguasa pada masa itu.
Unsur Intrinsik dalam Geguritan Bahasa Jawa
Ketika menyelami makna dan kecantikan bahasa di karya guritan Jawa, terdapat unsur-unsur intrinsik yang perlu Anda pahami. Berikut ini adalah beberapa unsur geguritan:
1. Tema
Salah satu unsur intrinsik paling sentral dalam geguritan adalah tema. Tema menjadi landasan utama yang menggambarkan ide pokok yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Selain itu, tema dapat memberi makna bagi keseluruhan guritan serta menjadikannya sebagai inti dari pesan yang ingin diungkapkan.
2. Diksi
Kemudian, dalam sebuah karya puisi Jawa, diksi atau pilihan kata juga sangatlah penting. Kata-kata yang terpilih akan menjadi dasar untuk menyampaikan ide dengan bahasa yang elegan, tinggi, tetapi tetap mudah dipahami.
Penggunaan dan pemilihan diksi biasanya mengacu pada aturan guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra. Guru wilangan mengacu pada banyaknya suku kata dalam setiap baris. Sementara guru lagu menyangkut persamaan bunyi di akhir kata setiap baris. Sedangkan guru gatra berkaitan dengan jumlah baris dalam satu bait.
3. Gaya Bahasa
Sementara gaya bahasa adalah unsur intrinsik yang menghiasi karya geguritan Jawa dengan keindahan bahasa. Penggunaan gaya bahasa memberikan warna dan nuansa khusus pada puisi. Jadi, Anda perlu menggunakan gaya bahasa yang tepat supaya menghadirkan harmoni dan membuat guritan lebih mudah dipahami.
4. Citraan atau Imajinasi
Selain itu, terdapat citraan atau imajinasi yang fungsinya memberikan gambaran rasa ke indera pembaca. Dengan citraan ini, ide yang ingin penulis sampaikan tidak hanya terasa, tetapi juga dapat diraba oleh pembaca, sehingga menjadikannya lebih hidup dan realistis dalam pikiran pembaca.
5. Latar Waktu, Tempat, dan Suasana
Seperti pada karya dalam bahasa Indonesia, dalam puisi Jawa juga terdapat unsur intrinsik latar. Latar mengatur latar belakang cerita dalam guritan.
Melalui latar, kita dapat mengetahui tempat kejadian, waktu terjadinya, dan suasana yang meliputi cerita. Maka dari itu, penggambaran latar yang baik membantu pembaca lebih memahami konteks cerita dan merasakan atmosfer yang ingin disampaikan oleh penulis.
6. Amanat atau Pesan
Seperti pada bagian sebelumnya, tujuan utama geguritan adalah untuk menyampaikan pesan atau amanat. Jadi, amanat dan pesan merupakan inti dari setiap karya puisi Jawa, di mana penulis menyampaikan makna, nilai, atau pandangannya kepada pembaca melalui puisinya.
7. Rima: Kecantikan Bunyi dalam Harmoni Kata
Selain itu, terdapat rima yang menambahkan keindahan bunyi dan harmoni dalam puisi. Rima merupakan pengulangan bunyi pada awal, tengah, dan akhir baris-baris dalam guritan.
Jadi, fungsi penggunaan rima dalam geguritan adalah membantu membentuk irama dan keselarasan bunyi dalam karya puisi Jawa. Sehingga. menambah daya tarik estetika dalam puisi.
8 Enjambment
Enjambment adalah unsur intrinsik yang menunjukkan pemotongan kata, frasa, atau kalimat yang berakhir dengan lirik pada baris berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan penekanan pada kata tertentu dan menghubungkan arti di antara baris-baris dalam sebuah bait.
9. Perasaan Penulis
Terakhir, unsur intrinsik perasaan dalam karya puisi Jawa mencerminkan emosi dan perasaan penulis. Penulis mengekspresikan perasaannya, seperti kegembiraan, keteguhan, kekecewaan, simpati, atau kesedihan, melalui sajak ini.
Jadi, perasaan ini memberikan dimensi emosional kepada guritan. Sehingga, guritan dapat menghubungkan penulis dengan pembaca melalui ungkapan-ungkapan mendalam.
Ciri-Ciri Geguritan
Seperti yang kami katakan sebelumnya, geguritan adalah karya sastra yang khas karena memiliki ciri dan karakteristk yang agak berbeda. Berikut adalah beberapa ciri khasnya:
- Menggunakan bahasa Jawa yang lebih tinggi serta memiliki kosakata yang lebih kaya dan kompleks.
- Menggunakan bahasa yang indah dan sopan.
- Mengandung pedoman dasar seperti guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra.
- Pemilihan diksi dan penyusunan kalimatnya penuh makna atau arti.
- Selain itu, setiap barisnya sering kali memiliki makna simbolis yang dapat memiliki arti dalam konteks yang lebih mendalam.
- Menggunakan rima dan pola sajak yang teratur sehingga membuatnya terdengar harmonis dan merdu.
- Banyak guritan yang mengangkat tema-tema tentang kehidupan, nilai-nilai moral, dan budaya Jawa.
- Biasanya menuliskan nama penggurit atau pengarangnya.
Cara Membuat Geguritan
Membuat geguritan adalah sebuah proses yang membutuhkan perhatian terhadap setiap unsur sastra yang terkandung di dalamnya. Selain itu, sebuah puisi Jawa yang baik tidak hanya memperhatikan harmoni rima dan irama, tetapi juga harus memiliki makna yang dalam. Langkah-langkah membuat geguritan adalah:
1. Menentukan Tema Geguritan
Setiap puisi Jawa memiliki tema khusus yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu, pertama-tama tentukan tema yang ingin Anda ungkapkan, apakah itu tentang cinta, alam, sosial, atau tema lainnya.
2. Memilih Pupuh dan Tembang
Lalu, pilihlah pupuh dan tembang yang sesuai dengan tema dan suasana yang ingin Anda ciptakan. Pupuh dan tembang merupakan pola irama dan nada yang digunakan dalam guritan.
Pupuh mengatur irama dan jumlah suku kata pada setiap baris. Sementara tembang dalam geguritan adalah untuk mengatur irama nada.
3. Pilih Diksi Geguritan dengan Bijak
Pemilihan kata atau diksi dalam geguritan adalah penting untuk menyampaikan pesan secara jelas dan indah. Maka dari itu, pilihlah kata-kata yang tepat. Selain itu, jangan lupa juga sesuaikan dengan irama dan nada pupuh dan tembang yang Anda pilih.
4. Beri Sentuhan Citraan
Selanjutnya, gunakan citraan yang kuat untuk menghidupkan makna dalam larik-larik Anda. Sebab, penggunaan citraan atau imajinasi dalam puisi Jawa dapat membuat pembaca merasakan apa yang Anda ingin sampaikan.
5. Susun Rima yang Harmonis
Lalu, pilihlah diksi yang memiliki rima yang harmonis untuk menciptakan irama pada setiap lariknya. Sehingga, guritan yang Anda buat bisa terdengar menyenangkan bagi pendengar.
6. Menyampaikan Pesan atau Amanat
Seperti halnya puisi pada umumnya, puisi Jawa juga memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada pembaca. Jadi, pastikan pesan yang ingin Anda sampaikan terjalin secara konsisten dalam setiap larik.
Contoh Geguritan
Berikut ini adalah satu contoh geguritan dalam bahasa Jawa yang mungkin bisa memberi Anda pemahaman yang lebih mendalam:
Nguripi Budaya Jawi
Saya suwe zaman, saya padha lali
Budaya Jawi ingkang mbiyen diuripi, diuri-uri
Dina iki ora ngerti wis lunga ngendi
Lengger, wayang, krama alus mbuh ilang ngendi
Rasane wis ora ana ingkang peduli
Kabeh ilang seka bumi lan tanah jawi
Apa iya bocah saiki bocah milih dangdutan wayah wengi
Rasane mung agawe nangis lan loro ati iki
Ilingo bocah-bocah generasi jawi
Agawe budayamu tansah lestari
Supaya tansaya makmur sukumu iki
Baca Juga: 7 Contoh Geguritan Bahasa Jawa Berbagai Tema Menarik
Sudah Paham Unsur Geguritan dan Cara Membuatnya?
Kesimpulannya, geguritan adalah jendela yang membuka pandangan kita ke dalam kekayaan budaya Jawa. Jadi, guritan tidak hanya sekadar puisi, tetapi merupakan satu karya puisi Jawa yang mengandung kearifan lokal, pesan-pesan mendalam, serta emosi yang dikemas dalam rangkaian kata.
Jika Anda ingin membuat guritan, pastikan untuk selalu mengedepankan amanat selain rima dan diksi yang tinggi. Namun begitu, penting untuk membuat karya puisi Jawa yang bisa menjadi cermin dari budaya dan kearifan Jawa.