Apa Itu Gerakan Non Blok? Pengertian, Latar Belakang, Fungsi, & Perannya

Pada saat Perang Dingin, dunia terbagi menjadi dua blok besar. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet (sekarang Rusia). Di antara kedua belah pihak ini, terdapat negara lain yang sedang berkembang atau baru saja merdeka. Dari sanalah  Gerakan Non Blok muncul.

Pengertian Gerakan Non Blok

Secara garis besar, Gerakan Non Blok atau GNB adalah organisasi negara-negara yang tidak membela Blok manapun. Organisasi tersebut diciptakan pada masa Perang Dingin untuk menetralisasi ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur. 

GNB adalah hasil dari tiga konferensi panjang, yakni Konferensi Kolombo, Konferensi Panca Negara, dan Konferensi Asia Afrika (KAA). Organisasi tersebut pertama kali diresmikan ketika  Konferensi Tingkat Tinggi, yaitu pada tahun 1961, di Yugoslavia. 

Pemimpin Gerakan Non Blok pertama adalah Josip Broz Tito, yang merupakan Presiden Yugoslavia.

Latar Belakang Gerakan Non Blok

Keresahan negara-negara di dunia pada masa Perang Dingin menjadi latar belakang utama terbentuknya GNB. Perang tersebut melibatkan dua negara superpower dan aliansinya, di mana Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet (sekarang Rusia).

Anggota Blok Barat terdiri dari Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada. Sedangkan Blok Timur beranggotakan Cekoslowakia, Rumania, dan Jerman Timur.

Perang Dingin bermula dari perbedaan ideologi kedua Blok, yakni liberal kapitalis milik Blok Barat melawan komunis sosialis milik Blok Timur. 

Berbeda dengan Perang Dunia, Perang Dingin tidak menggunakan tenaga militer, melainkan persaingan dalam bidang ekonomi, politik, dan propaganda. Permasalahan utama perang ini adalah kedua Blok yang sama-sama ingin menyebarkan ideologi masing-masing ke seluruh dunia.

Akibatnya,  beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, dan Korea terbagi dua. Perang ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara berkembang pada saat itu, serta negara lain yang secara notabene adalah negara muda yang baru saja merdeka. 

Melalui kekhawatiran ini, mereka membentuk sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk meredakan Perang Dingin, dan mendukung perdamaian dunia.

Secara harfiah, Gerakan Non Blok adalah gerakan yang bertujuan untuk melepaskan diri dari segala keterkaitan dengan salah satu Blok. Melalui cara ini, sebuah negara berusaha untuk menentukan nasib mereka sendiri, menciptakan jalur ekonomi sendiri, sekaligus melepas urusan dengan salah satu Blok. 

Perjalanan GNB

Dalam mewujudkan Gerakan Non Blok, terdapat perjalanan panjang demi mencapai tujuan tersebut. Perjalanan tersebut bermula dari konferensi kecil  hingga akhirnya peresmian pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).

1. Konferensi Kolombo

Konferensi ini dipicu oleh keresahan Perdana Menteri Sri Lanka pada saat itu, Sir John Kotelawala, akan dampak Perang Dingin kedua belah Blok. Beliau mengundang 4 negara, yakni Indonesia, Myanmar, India, dan Pakistan, untuk menghadiri Konferensi Kolombo pada tanggal 28 April 1954 hingga 2 Mei 1954. 

Konferensi ini memiliki tujuan untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Keempat negara tersebut menerima undangan konferensi dengan baik. 

Mereka mengirimkan perwakilannya untuk Konferensi Kolombo, dengan rincian sebagai berikut:

  • Sri Lanka diwakili oleh Sir John Kotelawala, 
  • Indonesia diwakili Ali Sastroamidjojo,  
  • Myanmar diwakili oleh U Nu, India diwakili Jawaharlal Nehru, dan 
  • Pakistan diwakili Mohammed Ali.

Adapun permasalahan yang dibicarakan dalam Konferensi Kolombo antara lain adalah:

  • Sri Lanka – bahaya komunisme dan meminta kerjasama bersama (Mutual Corporation) menghadapi masalah itu.
  • Indonesia – meminta penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.
  • Myanmar – menekankan permasalahan di bidang ekonomi.
  • India – menekankan hubungan harmonis dengan China.
  • Pakistan – mengemukakan konflik Kashmir dan India.

Setelah berkonferensi, kelima negara menyatakan sikap, antara lain yaitu:

  • Menentang senjata nuklir dan alat pemusnah massal apapun,
  • Menolak penjajahan,
  • Mendukung pembentukan demokrasi,
  • Menentang campur tangan negara-negara komunis dan antikomunis,
  • Mendukung perdamaian dan keamanan dunia.

Usai Konferensi Kolombo, kelima negara mengadakan konferensi lanjutan, yakni Konferensi Panca Negara.

2. Konferensi Panca Negara

Sejatinya, konferensi ini bertujuan untuk mematangkan usulan Indonesia sebelumnya mengenai perwujudan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Konferensi Panca Negara berlangsung di Bogor pada tanggal 28 – 29 Desember 1954, dan dipimpin oleh Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.

Konferensi ini membuahkan beberapa poin berikut ini:

  • KAA diadakan atas penyelenggaraan bersama lima negara,
  • Kelima negara peserta Konferensi Panca Negara menjadi negara sponsor KAA,
  • Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh pemerintah Indonesia atas nama lima negara,
  • Waktu Konferensi Asia-Afrika ditetapkan pada minggu terakhir April 1955,
  • Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.

3. Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Konferensi selanjutnya yang menjadi cikal bakal Gerakan Non Blok adalah Konferensi Asia-Afrika, dan berlangsung di Bogor pada tanggal 18 – 25 April 1955. Berdasarkan kesepakatan konferensi sebelumnya, terdapat 25 anggota negara yang bergabung. Tetapi, saat KAA berlangsung, anggotanya bertambah menjadi 29 negara.

KAA menghasilkan Dasa Sila Bandung (The Then Principles of Bandung), yaitu sebuah pernyataan politik yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerjasama dunia. Dasa Sila Bandung ini juga disusun berlandaskan atas Piagam PBB dan Piagam Nehru. 

Dasa Sila Bandung (The Then Principles of Bandung)
Dasa Sila Bandung (The Then Principles of Bandung) | Image Source: twitter

4. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

KTT adalah konferensi terakhir dalam rangkaian perwujudan Gerakan Non Blok. GNB tidak segera dilaksanakan setelah KAA, karena ada negara di luar Asia-Afrika yang baru saja merdeka, yakni Yugoslavia.

Atas dasar tersebut, para kepala negara ingin mengajak Yugoslavia menjadi anggota GNB. Akhirnya, terselenggaralah Konferensi Tingkat Tinggi pada tanggal 1 – 6 September 1961 di Beograd, Yugoslavia.

Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara anggotanya, dan 5 tokoh penting pencetus organisasi GNB. Lima tokoh penting tersebut adalah:

  • Gamal Abdel Nasser – Presiden Mesir,
  • Kwame Nkrumah – Presiden Ghana,
  • Jawaharlal Nehru – Perdana Menteri India,
  • Ir. Soekarno – Presiden Indonesia, dan
  • Josip Broz Tito – saat itu Presiden Yugoslavia sekaligus pemimpin pertama Gerakan Non Blok.

Konferensi Tingkat Tinggi  memiliki dua tujuan utama yakni:

  • Tujuan internal – mengusahakan kemajuan ekonomi, sosial, dan politik anggota-anggotanya, dan
  • Tujuan eksternal – meredakan ketegangan Perang Dingin.

Organisasi ini juga mempunyai prinsip-prinsip yang teguh, yakni:

  1. Saling menghormati integritas teritorial atau batas wilayah dan kedaulatan antar negara anggotanya.
  2. Perjanjian non-agresi satu sama lain negara anggota GNB.
  3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain kecuali diminta oleh negara yang bersangkutan.
  4. Menjaga perdamaian antar sesama anggota maupun dunia.

Pada dasarnya, KTT GNB ditetapkan berlangsung setiap 3 tahun sekali. Tuan rumah penyelenggaraan konferensi biasanya akan ditunjuk sebagai ketua GNB untuk periode 3 tahun berikutnya. Selain itu pula, organisasi ini mendedikasikan diri untuk melawan kolonialisme, imperialisme, dan neokolonialisme.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) | Image Source: The Asean Post

Fungsi Gerakan Non Blok

Empat konferensi yang dijelaskan di atas memiliki dampak evolutif yang signifikan. Pada awalnya, Konferensi Kolombo berusaha untuk membicarakan permasalahan yang ada di lima negara undangan. 

Lalu, Konferensi Panca Negara dan KAA berfungsi untuk mengumpulkan negara-negara yang ingin melepaskan diri dari dampak Perang Dingin.

Selanjutnya, KTT bertujuan untuk mengajak Yugoslavia bergabung dalam Gerakan Non Blok, sekaligus menjadi momen peresmian GNB. 

Dengan menyetujui gerakan ini, negara anggota diharapkan dapat menjaga keamanan, menghormati. Tidak hanya itu, tetapi juga mengakui kedaulatan masing-masing negara, serta meminimalisasi kemungkinan memanasnya Perang Dingin.

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Indonesia memiliki peran yang sangat signifikan dalam terwujudnya GNB. Melihat dari tujuan awal Indonesia dalam Konferensi Kolombo, Indonesia telah berencana untuk mengumpulkan negara-negara di Asia-Afrika. 

Setelah itu, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Panca Negara. Akhirnya, Indonesia mendapatkan persetujuan untuk mengumpulkan negara-negara di Asia-Afrika sekaligus menjadi pengundang negara-negara lain tersebut untuk menghadiri KAA. 

Dapat dikatakan bahwa Indonesia sejak awal adalah penggagas Gerakan Non Blok. 

Setelah itu, Indonesia juga menjadi ketua penyelenggara KTT GNB ke-10 di Jakarta dan Bogor pada September 1992. Terlebih lagi, Indonesia juga menjadi negara yang merintis dialog utara-selatan, yakni dialog untuk mempererat hubungan antara negara maju (utara) dan negara berkembang (selatan).

Kekhawatiran Menyangkut Gerakan Non Blok

Belakangan ini, telah mekar perang antara Rusia dan Ukraina. Secara aktif, anggota GNB berusaha untuk menjaga kedamaian dunia. Akan tetapi, terjadi kekhawatiran lain apabila Indonesia melakukan intervensi pada perang tersebut.

Jika Indonesia melakukan intervensi pada perang antara Rusia dan Ukraina, konsekuensi yang harus ditanggung adalah a keluar dari status anggota “Non Blok”. 

Salah satu alasannya adalah Ukraina baru-baru ini telah melepas status “Non Blok”. Kemudian, negara tersebut bergabung dengan NATO yang merupakan evolusi dari Blok Barat. 

Apakah Saat Ini Masih Ada Gerakan Non Blok?

KTT GNB
KTT GNB | Image Source: kemlu

Jawabannya, GNB masih ada. KTT GNB terbaru dilaksanakan pada 2 Maret 2023 di Baku, Azerbaijan. 

Di samping itu, pada tanggal 11 Oktober 2021, Peringatan 60 Tahun Gerakan Non Blok telah diselenggarakan di Beograd, Yugoslavia. Dalam kesempatan ini, Menlu RI mengusulkan penominasian arsip KTT NAM (Non Aligned Movement/GNB) ke-1 di Beograd sebagai ingatan kolektif dunia, Memory of The World, UNESCO.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page