Analisis Hikayat Bunga Kemuning: Amanat, Pesan Moral, dan Kesimpulan

Karya sastra terdiri dari berbagai macam, mulai dari novel, cerita pendek, puisi, pantun, hikayat, fabel, dan masih banyak lainnya. Hikayat Bunga Kemuning adalah salah satu cerita Melayu yang sangat terkenal. Sebelum membahas lebih jauh, sudahkah kamu paham apa yang dimaksud dengan hikayat?

Yuk, simak pengertian dan analisis hikayat yang berjudul Bunga Kemuning supaya kamu paham lebih dalam.

Pengertian Hikayat

Hikayat adalah sebuah karya sastra khas Melayu yang termasuk ke dalam prosa. Dengan demikian, penulisan hikayat yaitu dalam bentuk narasi sehingga dapat menceritakan peristiwa secara detail. 

Umumnya, kisah-kisah yang diceritakan dalam hikayat tidaklah nyata karena penuh kemustahilan. Selain itu, hikayat juga kerap menceritakan kesaktian tokoh utamanya. Walaupun cerita yang disajikan tidak nyata, namun pembaca dapat memetik pesan moral yang terkandung dalam hikayat tersebut.

Hal ini lantaran cerita hikayat memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Melalui pesan moral yang terkandung, pembaca bisa belajar untuk selalu berbuat baik, ikhlas, adil, bijaksana, jujur, bertanggung jawab, dan masih banyak hal baik lainnya.

Hikayat Bunga Kemuning

Pada zaman dahulu, di suatu kerajaan, hiduplah seorang raja bersama dengan 10 puterinya. Sang raja tidak mempunyai istri karena sudah meninggal setelah melahirkan anak terakhir mereka. Raja memberi nama kesepuluh putrinya dengan nama-nama warna.

Puteri tertua bernama Jambon, sedangkan puteri lainnya bernama Merah Merona, Nila, Oranye, Hijau, Jingga, Kelabu, Kuning, dan dua puteri lainnya. Selain mempunyai nama warna, semua puteri tersebut juga menggunakan gaun dengan warna berdasarkan nama masing-masing. 

Hal ini tentu bukan tanpa alasan karena sang raja ingin mengenali puteri-puterinya dengan mudah. Semua putri raja tersebut dibesarkan oleh inang pengasuh karena raja sangat sibuk dengan berbagai macam urusan kerajaan.

Kondisi ini membuat para puteri raja tumbuh menjadi gadis yang nakal, manja, dan kurang menghargai orang lain. Kendati demikian, berbeda dengan puteri Kuning yang baik hati, ceria, dan ramah kepada semua para pelayan istana.

Suatu ketika, sang raja berpamitan kepada semua puterinya bahwa ia akan meninggalkan istana untuk sementara waktu. Sebagai seorang ayah yang baik, raja pun melontarkan pertanyaan kepada semua puterinya, “Oleh-oleh apa yang kalian inginkan?”.

Mendengar ucapan tersebut, sontak kesembilan puteri mengutarakan keinginannya masing-masing. Mereka meminta hadiah yang bagus dan mahal. Permintaan itu tentu tidak menjadi masalah bagi sang raja.

Raja kembali menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan oleh puteri Kuning karena dia belum menyampaikan keinginannya. Mengejutkannya, puteri Kuning berkata “Aku hanya ingin ayah segera kembali dengan selamat”. Mendengar ucapan tersebut, kesembilan puteri pun tertawa dan mengejek puteri Kuning.

Hikayat Bunga Kemuning memaparkan sifat asli para puteri ketika raja sedang tidak berada di istana. Semua puteri kecuali puteri Kuning, memperlakukan inang pengasuh dan pelayan dengan sesuka hati. 

Inang pengasuh dan pelayan yang sangat sibuk sampai tidak sempat membersihkan taman, tempat kesayangan puteri Kuning.

Puteri Kuning yang tidak tega melihat pelayan yang kelelahan, memutuskan untuk membersihkan taman sendiri. Saat sedang menyapu, saudara-saudaranya langsung meneriaki sambil tertawa mengejek. Bahkan, mereka juga memperlakukan puteri Kuning dengan tidak baik.

Saat puteri Kuning merangkai bunga, kemudian sang raja datang dan membawa oleh-oleh untuk semua puterinya. Kesembilan kakaknya langsung mengambil oleh-oleh tanpa menanyakan kabar ayahnya, hanya puteri Kuning yang menanyakan hal tersebut.

Ketika raja hanya berdua dengan puteri Kuning, ia merogoh kantong dan berkata, “Anakku, kubawakan kamu kalung permata hijau. Sudah kucari yang berwarna kuning namun aku tidak menemukannya”. Puteri Kuning menerima hadiah tersebut dengan senang hati.

Sayangnya, hadiah kalung permata hijau itu justru mengundang kecemburuan puteri Hijau. Puteri Hijau meminta agar puteri Kuning menyerahkan kalung itu kepadanya namun puteri Kuning menolak. Puteri Hijau merebut kalung itu dan memukul kepala puteri Kuning hingga meninggal.

Takut ayahnya mengetahui perbuatannya, puteri Hijau mengajak saudara-saudaranya untuk menguburnya di taman istana. Raja yang tidak mengetahui kejadian tersebut, memerintahkan semua pengawal untuk mencari puteri Kuning namun tidak ada yang menemukannya.

Raja pun dirundung kesedihan karena sudah berbulan-bulan ditinggalkan puteri Kuning yang baik budi tersebut. Suatu hari saat berada di taman, raja melihat tanaman dengan bunga kekuningan dan berdaun bulat-bulat. Aroma wanginya menarik perhatian raja sehingga raja pun memberi nama bunga tersebut kemuning.

Bunga kemuning tersebut tumbuh tepat diatas kuburan puteri Kuning. Tanaman ini tidak hanya mempunyai bunga yang cantik dan wangi, namun juga punya banyak manfaat. Bunganya bisa untuk mengharumkan rambut, kulitnya untuk bedak, dan batangnya bisa digunakan untuk kotak yang cantik.

Selama hidupnya, puteri Kuning selalu berbuat baik kepada orang di sekitarnya. Setelah meninggal pun, puteri Kuning tetap memberikan kebaikannya melalui bunga kemuning.

Analisis Hikayat Bunga Kemuning

Setelah membaca cerita Bunga Kemuning di atas, kamu bisa melihat analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik pada cerita tersebut:

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra tersebut. Di bawah ini merupakan analisis unsur intrinsik Bunga Kemuning:

a. Tema

Tema yang diangkat dalam cerita Bunga Kemuning yaitu orang tua yang sangat sibuk dan tidak dapat memantau perkembangan anak-anaknya, dalam hal ini adalah perilaku dan tata krama. 

Dalam hikayat di atas, disebutkan bahwa semua puteri di besarkan oleh inang pengasuh. Hal tersebut lantaran istri raja yang sudah meninggal dan raja pun sibuk dengan urusannya dalam memimpin kerajaan.

Kurangnya pengawasan orang tua menjadikan 9 puteri raja tersebut tumbuh menjadi anak yang malas dan memiliki kepribadian yang kurang baik. Kesembilan puteri tersebut memperlakukan inang pengasuh, pelayan, dan puteri Kuning dengan semena-mena saat raja tidak di istana.

b. Tokoh dan Perwatakan

Puteri Kuning adalah tokoh utama dalam hikayat Bunga Kemuning. Adapun tokoh lainnya, yakni kakak-kakak dari putri Kuning dan juga raja.

Gambaran watak puteri Kuning dalam cerita di atas yaitu penyayang, baik hati, rajin, sabar, dan berkepribadian baik. Puteri Kuning juga tidak suka keributan sehingga dia lebih memilih diam ketika kesembilan kakaknya mengejek dan meremehkannya.

Kakak-kakak putri Kuning juga menjadi tokoh dalam hikayat tersebut. Hampir semua dari mereka memiliki watak yang kurang baik, seperti pemalas, suka merepotkan, tidak mau diatur, dan egois. 

Selain itu, puteri Hijau juga mempunyai sifat iri dan dengki yang membuatnya ingin merebut hadiah puteri Kuning. Sifat iri dan dengki tersebut membuatnya tega memukul adiknya hingga meninggal.

Tokoh terakhir yaitu raja dengan watak yang tanggung jawab, bijaksana, dan adil terhadap rakyatnya. Namun demikian, hal ini membuat raja tidak punya banyak waktu untuk mengurus anaknya sehingga mereka tumbuh kurang perhatian.

c. Latar

Terdapat dua latar pada cerita khas Melayu diatas, yakni latar waktu dan latar tempat. Latar tempat pada cerita Bunga Kemuning yaitu kerjaan, istana, dan taman. Sedangkan latar waktu yaitu pada zaman dulu dengan waktu yang tidak spesifik. 

Namun begitu, cerita ini sangat jelas terjadi pada zaman kuno karena mengisahkan kehidupan kerjaan. 

d. Alur

Hikayat Bunga Kemuning menggunakan alur maju. Kamu bisa mengetahuinya dari awal mula cerita yang mengisahkan raja mempunyai 10 puteri. Istri raja meninggal setelah melahirkan anak terakhir sehingga semua puteri dibesarkan oleh inang pengasuh.

Selanjutnya, para puteri raja tumbuh menjadi anak-anak yang malas, tidak berbudi baik, iri, dan semaunya sendiri. Hanya puteri Kuning yang mempunyai kepribadian yang ramah dan baik hati. 

Puncak rumitan mulai muncul ketika raja meninggalkan istana hingga kembali ke istana. Saat raja tidak berada di istana, kakak-kakak puteri Kuning bersikap semena-mena dan suka menyuruh. Ketika raja pulang membawa oleh-oleh, puteri Hijau timbul rasa iri pada puteri Kuning.

Rasa iri dan dengki terhadap saudara sendiri itu membuat putri Kuning kehilangan nyawanya. Puteri Kuning meninggal di tangan kakak kandungnya, puteri Hijau.

e. Sudut Pandang

Pada cerita hikayat Bunga Kemuning diatas penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini bisa kamu lihat dari teknik penulisan yang menggunakan kata ganti orang ketiga seperti ia, dia, dan mereka.

f. Pesan Moral

Cerita Bunga Kemuning diatas mengandung pesan moral yang sangat dalam pada pembacanya agar senantiasa tidak serakah, tidak iri, dan dengki kepada orang lain. Cerita ini menyampaikan supaya selalu rukun dan saling menyayangi saudara.

Sedangkan pesan moral bagi orang tua adalah membesarkan anak bukan sekedar mencukupi materi. Namun anak juga harus mendapatkan pengawasan dan perhatian.

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan unsur dari luar yang membangung karya sastra. Kamu bisa simak analisis unsur ekstrinsik hikayat Bunga Kemuning sebagai berikut:

a. Nilai Moral

Pesan atau nilai moral yang ingin disampaikan pada hikayat di atas yaitu tidak boleh jahat, iri, dan dengki kepada saudara sendiri. Sifat iri dan dengki dapat mengganggu ketenangan dan merusak persaudaraan. Bahkan, sifat iri dan dengki puteri Hijau membuatnya tega membunuh saudara kandungnya, yakni puteri Kuning.

Cerita Bunga Kemuning juga mengandung pesan moral agar anak senantiasa berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang dilakukan oleh puteri Kuning. Melalui karakter puteri Kuning, hikayat tersebut juga menyimpan pesan moral agar menjadi orang yang sabar, suka membantu, dan menyayangi orang lain.

Selain mengandung pesan moral untuk anak-anak agar berbudi baik, hikayat Bunga Kemuning juga menyampaikan pesan moral untuk para orang tua. Sesibuk apapun orang tua, tetaplah harus memperhatikan perkembangan anak agar tumbuh menjadi anak yang rajin, mandiri, dan baik budinya.

b. Nilai Sosial

Pembaca cerita Bunga Kemuning bisa mendapatkan nilai sosial yaitu membantu orang lain, tidak mempersulit orang lain, dan tolong menolong. Pesan ini digambarkan oleh puteri Kuning yang membantu pelayan membersihkan taman saat mereka sibuk mengurusi kakak-kakaknya.

Puteri Kuning juga tidak merepotkan inang pengasuh dan pelayanannya karena dia dapat melakukan banyak hal secara mandiri. 

c. Nilai Religi

Adapun nilai religi yang bisa diambil dari kisah Bunga Kemuning yaitu sifat iri dan dengki sangat merugikan. Perasaan iri dan dengki puteri Hijau merugikan puteri Kuning, bahkan hingga kehilangan nyawa.

Nilai religi lainnya yang disampaikan hikayat di atas yaitu kebersihan sebagian dari iman. Puteri Kuning yang melihat taman kotor, tergerak hatinya untuk membersihkan taman tersebut agar lebih rapi dan nyaman.

d. Nilai Budaya

Nilai budaya yang tergambar dalam cerita Bunga Kemuning yaitu kehidupan kerajaan sangat identik dengan kemewahan. Selain itu, kekuasaan dan status sosial dapat membuat orang bersifat sombong dan semena-mena. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para kakak puteri Kuning.

Sudah Paham dengan Hikayat Bunga Kemuning?

Sekian pembahasan hikayat Bunga Kemuning. Artikel diatas mengulas secara lengkap, mulai dari pengertian hikayat, cerita hikayat, dan analisis unsur intrinsik serta ekstrinsik karya sastra tersebut.

Analisis tersebut bertujuan untuk mengupas hikayat lebih dalam sehingga kamu sebagai pembaca bisa mendapatan amanat atau pesan yang disampaikan. Melalui tragedi Bunga Kemuning ini, diharapkan pembaca bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page