Hikayat Raja Raja Pasai: Isi Asli dan Ringkasan Ceritanya

Siapa yang tidak mengenal Kerajaan Pasai? Sebuah kerajaan Islam pertama di Melayu-Nusantara. Namun, tentu akan ada perbedaan jawaban yang kita dapat saat bertanya siapa yang tahu cerita Hikayat Raja Raja Pasai? Masih banyak yang belum tahu apa itu. Oleh sebab itu, jika ingin tahu, simak artikelnya sampai akhir!

Sekilas Tentang Hikayat Raja-Raja Pasai 

Hikayat Raja Raja Pasai merupakan salah satu sastra sejarah tertua yang pernah ada. Hikayat tersebut bercerita tentang sejumlah peristiwa yang terjadi berkisar dari tahun 1250 sampai 1350 Masehi. Yang paling utamanya, terjadi di wilayah Pasai dari zaman Malikul Saleh hingga di bawah pengaruh Majapahit di tahun 1350 Masehi.

Menurut seorang ahli yakni Winstedt, hikayat ini memiliki hubungan dengan Sejarah Melayu, yakni sebuah manuscript Melayu terkenal yang berkisah tentang sejarah juga. Manuskrip asli ditulis sebelum tahun 1524 karena di tahun itulah Aceh sukses mengusir bangsa Portugis dan berhasil menguasai Pasai. 

Penulis ternyata menulis hikayat ini untuk menarik perhatian para pihak istana kerajaan Pasai saat itu, setelah Pasai sudah menjadi daerah kekuasaan kerajaan Aceh. Menurut Winstedt, hikayat Pasai kemungkinan ditulis di abad ke 14 Masehi.

Versi Hikayat Raja Raja Pasai

Hikayat Raja-Raja Pasai terdapat dua versi. Pertama, cerita Pasai yang ada pada manuskrip sejarah Melayu. Riwayat yang memiliki akhir cerita, yakni meninggalnya Sultan Malik al Dzahir, lalu digantikan oleh tahta kerajaan Sultan Ahmad. 

Kedua, yakni versi cerita yang diwakili oleh Raffles. R.O. Winstedt berpendapat bahwa terdapat bagian tertentu dari Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai yang memiliki banyak persamaan. Baik dalam ide pembicaraan atau susunan ayatnya. 

Ia mengatakan, penulis Sejarah Melayu, memparafrasakan, meniru, serta menyalin teks hikayat dari raja-raja Pasai yang asli. Winstedt memiliki kesimpulan bahwa Hikayat Raja-Raja Pasai adalah teks yang tertua dari kedua karya tersebut (Sejarah Melayu dan Hikayat dari Raja-Raja Pasai). 

Namun, R. Roolvink menyatakan, cukup sulit untuk menentukan diantara kedua teks tersebut dan sangat mungkin jika penyusun Sejarah Melayu sudah menggunakan teks Hikayat Raja-Raja Pasai yang lainnya. Sehingga, ada perbedaan mencolok antara kedua teks itu, baik dari segi nama serta detail-detail lainnya.

Menurut A. Teeuw, hikayat dari raja-rajai Pasai berdasarkan adanya internal evidence atau bukti dari internal yang tidak mungkin dikarang sebelum Sejarah Melayu. Namun sebaliknya, Hikayat Raja-Raja Pasai ditulis berdasarkan suatu versi asal Sejarah Melayu agar kerajaan Pasai terdengar megah dengan adanya beberapa tambahan.

Namun, Amin Sweeney menolak dengan keras pendapat tersebut. Karena berdasarkan bukti internal, ternyata juga ada yang menyatakan bahwa hikayat dari raja-raja Pasai lah yang digunakan oleh pengarang yang ada pada bagian pertama Sejarah Melayu.

Isi Asli Hikayat Raja-Raja Pasai 

Al Hill yang pernah mengedit Hikayat Raja Raja Pasai serta membuat terjemahan ke dalam bahasa Inggris memiliki pendapat bahwa manuskrip ini merupakan karya sastra Melayu yang paling tua.

Namun sayangnya, teks asli yang ada saat ini hanyalah berupa salinan yang dibuat oleh juru tulis Sir Stamford Raffles pada 1814, karena naskah aslinya telah hilang. 

Meski dijadikan referensi sejarah yang penting bagi Kerajaan Samudera Pasai, namun tetap saja ini bukan teks sejarah yang asli. Hal ini karena isinya sendiri telah mendapatkan tambahan serta perubahan, yakni unsur-unsur mitos serta legenda.

Meskipun begitu, manuskrip ini tetap menjadi sumber sejarah yang sangat berharga. Karena mengingat terdapat sedikit sekali peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang dapat dijadikan referensi untuk mengetahui keadaan kerajaan saat itu.

Isi naskah hikayat dari raja-raja Pasai sendiri sebenarnya menceritakan sejarah negeri Pasai, yakni berkisar antara pertengahan abad ke-13. Saat itu masa pengislaman di Tanah Pasai sampai pertengahan abad ke-14 dan waktu penaklukan Pasai oleh Majapahit. 

Secara lebih detail, isi manuskrip ini dapat kita bagi menjadi enam, meskipun dalam manuskrip tersebut tidak ada pembagian. Lima bagian pertama adalah cerita yang lengkap mengenai Samudra Pasai itu sendiri.

Sedangkan yang keenam sama sekali tidak ada pembahasan mengenai Pasai, namun lebih banyak menceritakan penaklukan Nusantara oleh Patih Gajah Mada atas perintah Sang Nata Majapahit. 

Di bagian terakhir itu juga terdapat pembahasan penaklukan sebagian pulau Perca atau Minangkabau, yang tidak ditaklukan oleh peperangan, namun dengan adu kerbau. Tentara dari Jawa sendiri kalah dalam penaklukan tersebut.

Naskah Hikayat Raja-Raja Pasai yang pada awalnya kemungkinan tidak terdapat bagian yang keenam itu. Jika hal itu benar, maka bagian yang keenam itu adalah tambahan, yang nantinya mungkin ditulis kembali oleh pengarang lain, lalu ditambahkannya ke dalam naskah selanjutnya.

Ringkasan Cerita Hikayat Raja Raja Pasai 

Ringkasan cerita Hikayat Raja-Raja Pasai menceritakan tentang Sultan yang memerintah Kerajaan Samudra Pasai yang berdiri dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Cerita dimulai ketika dua raja bernama Ahmad dan Muhammad berteman. 

Suatu hari, keduanya berpisah, kemudian raja Muhammad menemukan seorang wanita yakni Putri Betung. Sementara itu, Raja Ahmad menemui orang tuanya di Surau dan memberinya seorang putra yang telah dibesarkan oleh gajah. 

Ia kemudian menamai anak tersebut Merah Gajah dan setelah dewasa, ia akhirnya menikah dengan Putri Betung. Pernikahan Merah Gajah dan Putri Betung dikaruniai dua orang putra yang bernama Merah Hasun dan Merah Silu.

Di bagian lain kisah ini, Merah Silu bermimpi bertemu Nabi Muhammad. Nabi juga memanggilnya Malik as Salih dan memberitahunya bahwa dalam 40 hari sebuah kapal akan datang dari Mekah. 

Empat puluh hari setelah Merah Silu bermimpi hal tersebut, sebuah kapal yang membawa seorang ulama bernama Syekh Ismail dari kota Mekkah tiba di pelabuhan Samudera. Syekh Ismail lalu mengajak Merah Silu beserta seluruh penduduk Samudera kemudian masuk Islam atau menjadi mualaf.

Merah Silu yang berganti nama menjadi Malik as Salih lalu menikah dengan Putri Ganggang Sari, dia adalah putri dari Raja Perlak, dan memiliki seorang putra bernama Malikul Thahir. 

Setelah menikah, Malikul Thahir lalu memiliki dua putra, Malik al-Mahmud dan Malik al-Mansur. Nah, Merah Silu beserta keturunannya yang pada akhirnya menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai ini. Kemudian, cerita diakhiri dengan kisah penyerangan Majapahit ke Samudera Pasai dan kerajaan lain di Sumatera.

Sudah Paham Hikayat Raja-Raja Pasai serta Ringkasan Isinya?

Walaupun hikayat ini sendiri masih menjadi bahan diskusi mengenai benar atau tidaknya cerita sejarahnya oleh para ahli. Namun, Hikayat Raja Raja Pasai ini telah berhasil mengungkapkan siapa saja tokoh-tokoh yang ada di kerajaan Pasai. Kita tentu harus menghargai kekayaan sastra tentang sejarah Melayu tertua di Nusantara ini.

Kesimpulannya, hikayat dari raja-raja Pasai ini bercerita tentang keturunan Merah Silu yang menjadi sultan di kerajaan Samudra Pasai setelah masuk Islam dan bagaimana kerajaan Pasai setelahnya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page