Dalam ilmu tajwid, terdapat banyak aturan membaca Al-Quran agar bacaan baik dan benar. Salah satu hukum yang penting untuk dipahami adalah idgham bilaghunnah. Idgham bilaghunnah merupakan salah satu cara pelafalan yang memiliki ciri khas penggabungan suara yang halus antara dua huruf yang berbeda.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap pengertian, huruf-huruf yang terkait, hukum, cara membaca, serta memberikan contoh-contoh idgham bilaghunnah dalam membaca Al-Quran. Mari kita selami detail penjelasannya!
Pengertian Idgham Bilaghunnah
Secara bahasa, “idgham” berarti memasukkan atau mentasydidkan. Sedangkan arti dari “bilaghunnah” sendiri adalah tidak dengan dengung. Jadi, pengertiannya secara istilah adalah memasukkan atau mentasydidkan huruf dan membacanya tanpa menggunakan dengung.
Definisi lain dari aturan bacaan ini adalah ilmu tajwid yang melebur tanpa dengung. Maksudnya adalah memasukkan huruf nun mati atau tanwin ke dalam huruf sesudahnya tanpa disertai suara yang mendengung. Huruf yang termasuk dalam idgham bilaghunnah adalah huruf ر (ra’) dan ل (lam).
Selanjutnya, mari kita bahas lebih lanjut mengenai hukum, cara membaca, dan contoh-contoh penerapan hukum bacaan ini dalam membaca Al-Quran.
Huruf-hurufnya
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, idgham bilaghunnah melibatkan dua huruf yang memiliki sifat tanpa ghunnah atau tanpa dengungan. Huruf-huruf tersebut adalah ر (ra’) dan ل (lam).
Jika terdapat nun sukun (نْ) atau tanwin ( ـَــًـ , ـِــٍـ ـُــٌـ ) bertemu dengan salah satu huruf tersebut, maka dilakukan penggabungan bunyi nun sukun atau tanwin ke dalam dua huruf tersebut tanpa bunyi ghunnah yang panjang.
Hukum Bacaan
Selanjutnya, sampailah kita pada bagian hukum bacaan idgham bilaghunnah. Secara hukum, aturan bacaan ini termasuk dalam kategori hukum wajib atau hukum jazm. Artinya, saat kita menemui huruf nun mati atau tanwin yang diikuti oleh huruf ر (ra’) atau ل (lam), kita wajib melakukan idgham bilaghunnah.
Dalam idgham bilaghunnah, suara nun mati atau tanwin tidak diucapkan secara terpisah, melainkan langsung dileburkan ke dalam huruf berikutnya. Untuk melakukan hukum bacaan ini dengan benar, kita perlu menggabungkan suara huruf nun mati atau tanwin dengan huruf ر (ra’) atau ل (lam) yang mengikutinya.
Penting untuk menghindari penggunaan dengungan saat membacanya. Membaca hukum bacaan ini dengan menggunakan dengungan dianggap tidak benar menurut tajwid.
Jika hukum ini tidak dilakukan dengan baik, maka bacaan tersebut tidak akan memenuhi standar tajwid yang tepat.
Cara Membaca
Setelah mengetahui pengertian dan huruf-huruf serta hukum bacaannya, selanjutnya kita akan membahas bagaimana cara membaca dan melafalkan hukum bacaan ini.
Untuk dapat melafalkan idgham bilaghunnah dengan benar, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diikuti saat membacanya:
1. Mengidentifikasi Huruf Nun Mati atau Tanwin
Pertama-tama, kita perlu mengidentifikasi keberadaan huruf nun mati atau tanwin dalam bacaan. Huruf nun mati atau tanwin ditandai oleh tanda harakat kasrah (ـٍ), tanda harakat dhommah (ـٌ), atau tanda harakat fathah (ـً) yang terletak di atas huruf ن (nun).
2. Mengenali Huruf yang Mengikuti
Setelah mengidentifikasi huruf nun mati atau tanwin, perhatikan huruf yang mengikuti nun mati atau tanwin tersebut. Pada hukum bacaan ini, huruf-huruf yang mengikuti nun mati atau tanwin adalah ر (ra’) dan ل (lam).
3. Menggabungkan Suara
Ketika melafalkan hukum bacaan ini, kita perlu menggabungkan suara nun mati atau tanwin dengan suara huruf berikutnya tanpa ada dengungan di antara keduanya. Artinya, suara nun mati atau tanwin tidak diucapkan secara terpisah, melainkan langsung dileburkan ke dalam huruf berikutnya.
4. Tanpa Jeda atau Hentian
Saat melakukan hukum tajwid ini, pastikan tidak ada jeda atau hentian antara kedua huruf yang digabungkan. Keduanya harus disambung secara lancar dan harmonis.
5. Menghindari Penggunaan Dengungan
Penting untuk diingat bahwa hukum bacaan ini tidak melibatkan penggunaan dengungan (ghunnah) saat melafalkan. Dengungan hanya digunakan pada idgham bighunnah, yang merupakan hukum lain dalam tajwid. Jadi, pastikan untuk membacanya tanpa menggunakan dengungan.
6. Perhatikan Makhraj Huruf
Selain itu, perhatikan juga makhraj (tempat keluarnya suara) dari huruf-huruf idgham bilaghunnah yang terlibat. Setiap huruf memiliki makhrajnya sendiri. Usahakan untuk mempertahankan makhraj dengan baik agar pengucapan huruf tetap benar saat dilakukan penggabungan.
Mungkin, pelafalan idgham bilaghunnah tidak sesulit idgham jenis yang satunya, yaitu idgham bighunnah. Dengung atau ghunnah pada bacaan idgham bighunnah membuatnya lebih susah untuk dilafalkan.
Meski begitu, tetaplah berlatih untuk pelafalan Anda dengan teliti dan teruslah perhatikan setiap penggabungannya.
Contoh-contoh Bacaan
Setelah membaca penjelasan lengkap dari hukum bacaan ini mulai dari pengertian, huruf-huruf, hingga cara pelafalannya, Anda pastinya sudah memiliki gambaran yang jelas.
Namun, untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini adalah contoh penggunaan idgham bilaghunnah dalam membaca Al-Qur’an.
1. Contoh 1
وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ
Dalam contoh ini, terdapat tanwin dhummah bertemu ل (lam) seperti yang digaris bawah, sehingga kalimat “wa lal-ākhiratu khairun laka minal-ụlā berubah pelafalannya menjadi “wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā”
2. Contoh 2
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Pada contoh kedua ini, terdapat nun sukun (نْ) bertemu dengan ل (lam) seperti yang digaris bawah. Kemudian, kalimat tersebut yang awalnya adalah “Walam yakun lahụ kufuwan aḥad”, namun dibacanya menjadi “Walam yakul lahụ kufuwan aḥad”.
3. Contoh 3
عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ
Selanjutnya, di sini terdapat tanwin kasroh bertemu ro, sehingga dalam contoh tersebut, kalimat “‘iisyatin roodhiah” dibaca menjadi “‘iisyatir roodhiah”.
4. Contoh 4
وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ
Lalu, pada contoh ini kalimat “walaa kin laa yash’uruun” dibaca menjadi “walaa kil laa yash’uruun” karena terdapat nun sukun (نْ) bertemu ل (lam).
5. Contoh 5
مِّنْ لَّدُنْهُ
Kemudian, di sini terdapat nun sukun (نْ) bertemu huruf lam (ل). Jadi, kalimat ini yang awalnya dibawa “min ladunhu” kemudian dibaca menjadi “mil ladunhu”.
6. Contoh 6
ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ
Pada contoh yang keenam ini, terdapat tanwin dhummah bertemu huruf lam (ل) sehingga pelafalannya berubah dari “Dholaamun linafsuhii” menjadi “Dholaamul linafsuhii” karena lam (ل) termasuk huruf idgham bilaghunnah.
7. Contoh 7
ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ
Sementara itu, pada contoh ketujuh ini, terdapat nun sukun (نْ) bertemu ra (ر) sehingga bunyi nun sukun dileburkan ke dalam ra. Dengan begitu, kalimat ini pelafalannya berubah dari “tsalaatsatun roobi’atuhum” “tsalaatsatur roobi’atuhum”.
8. Contoh 8
لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا
Terakhir, pelafalan kalimat dari contoh ini berubah dari “limustaqorrin lahaa” menjadi “limustaqorril lahaa” karena terdapat tanwin kasroh bertemu lam (ل).
Sudah Paham Mengenai Idgham Bilaghunnah dalam Tajwid?
Demikianlah penjelasan lengkap tentang idgham bilaghunnah sebagai salah satu aturan yang ada di dalam ilmu Tajwid. Hukum bacaan ini adalah salah satu hukum penting dalam tajwid yang berkaitan dengan penggabungan suara nun mati atau tanwin dengan huruf yang mengikutinya tanpa disertai dengungan.
Dengan memahami pengertian, huruf-huruf terkait, hukum, cara membaca, dan melihat contoh idgham bilaghunnah, kita dapat meningkatkan kualitas bacaan Al-Quran kita dan menghormati aturan tajwid yang telah ditetapkan. Semoga artikel ini bermanfaat dalam mempelajari tajwid dan membaca Al-Quran dengan baik.