Pengertian Imperialisme: Tujuan, Jenis, Sejarah, Penyebab & Contohnya

Bukan rahasia lagi jika istilah imperialisme selalu dikaitkan dengan dunia kekuasaan juga politik, secara global maupun di negara kita, Indonesia. Agar kamu tidak salah kaprah dalam memahami terminologi tersebut, gali informasinya secara terperinci lewat penjelasan di bawah ini!

Apa itu Imperialisme?

Istilah tersebut mengacu pada kebijakan suatu negara untuk mengambil kendali atau menjajah pemerintahan daerah, atau negara lain. Tujuan konsep kebijakan tersebut tidak lain untuk membuat negara penjajah lebih berkembang. 

Secara bahasa, imperialisme berasal dari bahasa Latin, yaitu kata imperium atau imperare. Makna kedua kata tersebut dalam bahasa Indonesia adalah kependudukan atau kekuasaan.  

Sederhananya, konsep kebijakan atau sistem tersebut memiliki makna perluasan wilayah kekuasaan atau  daerah jajahan. Oleh sebab itu, istilah itu bermakna serupa dengan penjajahan.  

Pada dasarnya, sistem perluasan wilayah bisa dilakukan dengan cara yang halus dan saling memberikan keuntungan seperti dalam sektor budaya, ideologi, dan ekonomi. 

Tetapi, dalam konteks ini, konsep sistem penjajahan dilakukan dengan paksaan, seperti menggunakan senjata. 

Tujuan sistem perluasan wilayah yang satu ini biasanya tidak lain untuk memenuhi kepentingan pribadi atau negara penjajah, sekaligus menyebarkan pengaruh mereka pada seluruh aspek dalam kehidupan di daerah jajahan mereka.

Sejarah Imperialisme

Sejarah Imperialisme
Sejarah Imperialisme | Image Source: Wikipedia

Awal mulanya, istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu sistem yang dilakukan kerajaan Inggris untuk memperluas daerah kekuasaan di kawasan Asia-Afrika. Peristiwa tersebut terjadi pada abad ke-19. 

Tujuan utama konsep penjajahan paksa tersebut adalah untuk mendapatkan sumber daya dengan harga yang murah. Sementara, cara yang kerajaan Inggris gunakan saat itu adalah dengan mendirikan kerajaan imperial di tanah jajahan yang dianggap miskin dan terbelakang. 

Negara imperialis menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut, mulai dari diplomasi hingga eksploitasi secara paksa, bahkan menggunakan senjata serta mengatasnamakan pembangunan untuk wilayah jajahan tersebut. 

Akan tetapi, seiring dengan sistem tersebut, negara penjajah juga memperkenalkan kemajuan teknologi kepada masyarakat, dan memberlakukan tata kelola pemerintahan di daerah jajahan.

Selain itu, negara imperial seperti Inggris juga menyebarkan agama yang sangat lekat dengan kehidupan bangsa Eropa di wilayah jajahan mereka. Mereka percaya bahwa imperialisme merupakan salah satu tugas suci keagamaan untuk menyebarkan agama Nasrani. Kepercayaan tersebut dikenal dengan istilah The White Man Burden.

Apa saja Jenis Imperialisme?

Secara garis besar, sistem penjajahan ini memiliki dua kategori berdasarkan bentuk dan tujuannya. Tetapi, masing-masing jenis tersebut memiliki jenis turunan masing-masing. Simak penjelasannya berikut ini. 

1. Berdasarkan Bentuknya

Jika melihat bentuknya, hanya ada dua jenis turunan sistem jajahan, yaitu kuno dan modern. 

a. Imperialisme Kuno

Konsep lama atau kuno merujuk pada sistem penjajahan yang ada di periode Revolusi Industri,  pada tahun 1870. Beberapa kerajaan yang muncul sebelum tahun 1870 adalah kerajaan Cina, Romawi, Turki Usmani, Spanyol, Belanda, Portugis, Belanda, Perancis dan Inggris.

Imperium – imperium tersebut yang sudah memperluas daerah kekuasaannya sejak lama di wilayah Asia, Afrika dan Amerika.

Selain mendapatkan banyak keuntungan sumber daya alam dan ekonomi dari daerah jajahan, sistem penjajahan kuno ini punya tujuan yang khas, yaitu menyebarkan pengaruh agama serta kejayaan. 

istilah untuk tujuan yang melekat tersebut adalah semangat 3G (Gold, Glory, Gospel).

b. Imperialisme Modern

Sistem penjajahan modern mengacu pada seluruh konsep atau kebijakan perluasan wilayah yang diterapkan setelah era Revolusi Industri, tepatnya setelah tahun 1870. 

Faktanya, Revolusi Industri ini membuat wilayah Eropa mendapatkan keuntungan yang sangat tinggi dalam bidang industri. Akibatnya, bangsa Eropa melakukan ekspansi kekuasaan ke wilayah di luar kekuasaannya.

Imperialisme yang dilakukan pasca tahun 1870 ini menekankan untuk melakukan eksploitasi dalam sektor ekonomi terhadap negara – negara yang terjajah. Maksud dari eksploitasi yang mereka lakukan adalah untuk mendapatkan bahan baku dari wilayah terjajah bagi kelangsungan kegiatan industri di Eropa.

Bangsa Eropa melakukan penjelajahan ke berbagai benua untuk mencari daerah penghasil bahan baku mentah untuk kepentingan tersebut. Selain itu, daerah jajahan juga dijadikan pasar untuk produk hasil industri mereka.

2. Berdasarkan Tujuannya

Menurut kategori tujuannya, imperialisme terbagi menjadi empat jenis turunan berikut ini. 

a. Penjajahan Politik

Secara umum, tujuan atau objektif sistem penjajahan ini adalah menguasai politik di suatu negara jajahan. Artinya, negara penjajah akan merebut dan menjalankan berbagai aspek di wilayah jajahan  berdasarkan keputusan negara penjajah.

Tetapi, sistem ini sudah sangat jarang dilakukan karena adanya nasionalisme yang tertanam di diri para penduduk yang menempati suatu negara.

b. Tujuan  Militer

Menguasai kedudukan militer suatu negara merupakan tujuan utama suatu negara dalam melakukan penjajahan. Negara penjajah memiliki misi mengamankan keselamatan mereka demi kepentingannya sendiri.

Dalam penerapannya, negara penjajah tidak perlu menguasai seluruh wilayah untuk merebut kekuatan militer. Mereka cukup menduduki tempat atau wilayah yang dianggap penting dari sisi militer di sebuah negara jajahan. Dengan demikian, bisa dibilang mereka menguasai negara tersebut.

c. Imperialisme Kebudayaan

Kebudayan merupakan salah satu jiwa dan pikiran seorang individu. Melalui sistem penjajahan ini, sebuah negara berkehendak untuk menguasai kepribadian seseorang atau negara lain dari sisi jiwa dan pikiran.

Jika, negara penjajah berhasil merubah jiwa dan pikiran penduduk di negara jajahan, maka mereka berhasil untuk memperluas daerah kekuasaan.Orientasi utama sistem ini adalah untuk menghapus kebudayaan asli dari suatu negara, dan menggantinya dengan budaya negara penguasa.

Akibatnya adalah hilangnya identitas asli suatu bangsa karena bercampur dengan kebudayaan negara penjajah. Sistem penjajahan ini dinilai lebih berbahaya ketimbang jenis yang lain. Pasalnya, jika sudah tercampur dengan budaya bangsa lain maka, proses untuk mengembalikan identitas asli bangsa akan lebih sulit.

d. Imperialisme Ekonomi

Dengan menggunakan penjajahan dari sisi ekonomi, negara jajahan bertujuan menguasai sektor ekonomi sebuah negara atau wilayah lain. Konsep penjajahan ini masih banyak dilakukan sampai sekarang. 

Sistem ini juga dimanfaatkan negara penjajah untuk bisa melancarkan sistem penjajahan politik pada negara jajahan mereka. 

5 Faktor Penyebab Munculnya Imperialisme

Meskipun tujuan utama penjajahan paksa adalah mendapatkan keuntungan bagi negara penjajah, tetapi sebenarnya ada beberapa faktor mendasar yang mendorong mereka melakukan konsep tersebut. 

1. Keinginan untuk Menjadi Penguasa

Biasanya, negara penjajah memiliki ambisi untuk menjadi penguasa yang paling berpengaruh di seluruh dunia. Ambisi tersebut menjadi dorongan bagi negara imperialis untuk melakukan upaya memperluas kekuasaan dengan merebut negara atau daerah lain serta menguasainya. 

2. Racial Superiority

Racial Superiority merupakan suatu perasaan dimana suatu ras atau suku bangsa lebih istimewa dibanding yang lain. Sebagai negara imperialis, mereka akan merasa bangga dan dapat meningkatkan kepercayaan diri karena berhasil menguasai suatu negara.

3. Menyebarkan Agama dan Ideologi

Salah satu faktor penyebab terjadinya imperialisme adalah untuk menyebarkan agama dan ideologi yang dianut. Dengan begitu, negara imperial dapat menguasai jiwa dan pikiran negara yang terjajah, juga penduduk asli wilayah tersebut. 

4. Letak Negara yang Tidak Strategis

Ada beberapa negara di Eropa, seperti Belanda dan Inggris, yang memiliki teknologi maju tetapi kekurangan sumber daya bahan baku. Penyebabnya adalah letak wilayah negara yang kurang strategis sehingga kesulitan memproduksi sendiri bahan baku yang mereka inginkan dan butuhkan. 

Maka dari itu, mereka mencari negara penghasil sumber daya alam yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi kemajuan teknologi mereka.

5. Faktor Ekonomi

Permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor utama yang memicu terjadinya imperialisme, khususnya berbentuk modern. Biasanya, negara penjajah berkeinginan untuk mendapatkan kekayaan sumber daya yang melimpah agar ekonomi mereka lebih cepat tumbuh. 

Selain itu mereka juga ingin ikut dalam perdagangan internasional, dan ingin menguasai perdagangan untuk memperluas dan memperkuat kekuasaan mereka.

Contoh Kasus Imperialisme

Ada banyak contoh kasus sistem penjajahan yang terjadi di seluruh dunia, dari zaman dulu hingga sekarang ini. Contohnya adalah sebagai berikut. 

Setelah perang Spanyol, Puerto Rico telah menjadi negara yang dikontrol oleh Amerika Serikat. Penjajahan tersebut membuat wilayah Puerto Rico menjadi wilayah Amerika Serikat sejak tahun 1989.

Contoh Imperialisme 1
Contoh Imperialisme 1 | Image Source: Timetoast

Para penduduk Puerto Rico juga resmi menjadi penduduk Amerika Serikat sejak tahun 1917, dan berakhir menjadi negara Persemakmuran Amerika Serikat. Meskipun begitu, Puerto Rico dianggap berbeda dengan 50 negara bagian lainnya di Amerika Serikat.

Contoh Imperialisme 2
Contoh Imperialisme 2 | Image Source: Wikimedia

Tidak hanya itu, tetapi Amerika Serikat juga melakukan eksploitasi terhadap negara yang berada di Amerika Tengah seperti Honduras. Akhirnya, negara – negara tersebut dikenal sebagai perusahaan komersial untuk keuntungan negara penguasa.

Contoh lainnya adalah delapan negara adikuasa yang memiliki hak perdagangan di Tiongkok serta mendirikan kedutaan di kota Beijing. Negara – negara tersebut juga memiliki hak eksteritorial. Akan tetapi, Tiongkok akhirnya mengusir negara – negara imperial tersebut.

Jadi, Apakah Imperialisme Berperan Besar pada Kekuasaan Suatu Negara?

Faktanya, negara-negara penjajah tersebut memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda dalam mempraktikan sistem penjajahan. 

Kebanyakan negara yang menjadi adikuasa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menerapkan sistem tersebut sehingga membuat negara yang dijajah tidak memiliki kekuatan untuk mengusir negara penjajah. 

Pada akhirnya, banyak kasus dalam sejarah menunjukkan bahwa sistem penjajahan tersebut memang berdampak pada luasnya dan dalamnya pengaruh serta kekuasaan negara-negara imperialis di dunia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page