Jenis-Jenis Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya serta Penjelasan

Jenis jenis hujan ternyata cukup beragam. Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa semua hujan sama saja. Nyatanya, dari proses terjadinya ada beberapa klasifikasi yang berbeda. Supaya Anda lebih banyak tahu, mari simak penjelasan berikut ini!

Apa itu Hujan?

Pada dasarnya, hujan merupakan bentuk presipitasi air dari atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi. Biasanya, hujan terjadi ketika uap air dalam atmosfer mengalami kondensasi menjadi tetes-tetes air yang lebih berat dan akhirnya jatuh ke bumi. 

Fenomena alam ini memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan. Hujan sendiri termasuk bagian integral dari siklus air di bumi. Ketika hujan turun, akan ada ketersediaan air bagi tanaman, hewan dan manusia, menjaga kesuburan tanah, serta mengisi sumber daya air. 

Selain itu, hujan juga membantu menyegarkan udara dan meredakan panas di lingkungan sekitar kita. Jadi, dapat dikatakan bahwa hujan adalah salah satu anugerah alam yang perlu dihargai.

Jenis Jenis Hujan

Walaupun fenomena ini terlihat sama setiap saat, namun sebenarnya ada berbagai jenis hujan yang berbeda satu sama lain. Seperti halnya beberapa jenis jenis hujan berikut ini:

1. Hujan Konvektif

Jenis hujan pertama adalah konvektif. Ini umum terjadi pada daerah beriklim tropis, seperti di Indonesia. Secara teori, hujan konvektif terjadi karena ketimpangan suhu panas antara atmosfer dan bumi. Ciri khas hujan ini adalah terjadi kumpulan awan atau mendung dan terjadi hujan lebat pada beberapa titiknya. 

Prosesnya terjadi oleh pemanasan sinar matahari yang kuat di siang hari. Ketika sinar matahari memanaskan permukaan bumi, udara di atasnya juga ikut panas dan naik ke atas. Nah, ketika udara panas naik, udara yang dingin akan menggantikannya di permukaan bumi. 

Ketika udara panas ini naik, ada banyak uap air dari laut atau danau yang ikut ke atas. Semakin tinggi ia naik, semakin dingin udara di sekitarnya. Ketika udara panas ini mencapai ketinggian tertentu, uap air di dalamnya mulai berkondensasi menjadi tetes-tetes air. Nah, itulah saat awan-awan cumulonimbus terbentuk. 

Tetes-tetes air ini terus bertambah besar dan akhirnya menjadi berat sehingga jatuh ke bumi sebagai hujan. Dari jenis jenis hujan, konvektif menjadi yang paling sering terjadi pada siang hari. Ketika sinar matahari paling kuat dan pemanasan permukaan bumi mencapai puncaknya.

2. Hujan Orografis

Salah satu jenis jenis hujan berikutnya adalah orografis yang biasanya terjadi pada daerah pegunungan atau gunung tinggi. Karena adanya pergerakan udara lembab berskala besar. Umumnya, hujan ini terjadi karena gerakan lurus ke atas dari angin laut, yang menyebabkan pendinginan dan kondensasi adiabatik.

Proses hujan ini terjadi ketika angin laut membawa awan ke wilayah pegunungan. Ketika awan-awan ini bertemu dengan gunung, mereka terpaksa naik karena gunung menghalangi jalannya. Ketika awan naik, udara di dalamnya menjadi dingin dan uap air di dalamnya mulai berubah menjadi tetes-tetes air. 

3. Hujan Frontal

Dalam jajaran jenis jenis hujan, ada salah satu yang proses terjadinya karena dua massa udara berbeda saling bertemu. Sebutan fenomena alam ini adalah hujan frontal yang umum terbentuk dari massa udara hangat bertemu dengan massa udara dingin. 

Karena kedua massa memiliki sifat yang berbeda, ketika keduanya bertemu, massa udara hangat akan terangkat di atas massa udara dingin. Hal tersebut akan memicu udara hangat naik dan menurunkan suhunya, hingga uap air di dalamnya mulai berubah menjadi tetes-tetes air hujan. 

Proses ini seringkali berlangsung dalam jarak yang cukup panjang, sehingga hujan frontal bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Hujan frontal sering terjadi di daerah beriklim sedang, seperti di beberapa bagian Eropa atau Amerika Utara.

4. Hujan Siklonal

Jenis jenis hujan berikutnya ada siklonal yang terjadi akibat adanya siklon (sistem tekanan rendah di atmosfer). Ketika terjadi perkembangan signifikan pada siklon, udara di sekitarnya bergerak ke pusat siklon. Udara tersebut akan mengalami pendinginan karena semakin tinggi ia akan naik.

Hal tersebut akan menimbulkan awan yang sangat gelap, hingga pada ketinggian tertentu, uap air di dalamnya mulai berkondensasi dan berubah menjadi hujan yang sangat deras. Hujan siklonal seringkali dapat terjadi dalam skala yang luas dan berlangsung dalam waktu yang lama. 

Karena dampak perputaran tersebut, sangat memungkinkan terjadi badan dan rotasi angin hingga puting beliung pada titik tertentu. Fenomena ini sering ditemui di beberapa wilayah yang terkena dampak siklon tropis, badai, dan juga daerah yang dilalui oleh garis khatulistiwa.

5. Hujan Asam

Dalam jenis jenis hujan lainnya, ada kondisi di mana hujan memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dari biasanya karena adanya reaksi kimia antara gas-gas polutan dalam atmosfer. 

Fenomena tersebut bernama hujan asam, karena membawa kandungan oksida sulfur (SOx) dan oksida nitrogen (NOx) dalam prosesnya. Gas-gas polutan ini berasal dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri, dan transportasi. 

Ketika gas-gas polutan ini dilepaskan ke atmosfer, mereka berinteraksi dengan sinar matahari dan uap air untuk membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3).

Asam-asam ini kemudian bercampur dengan tetes-tetes air dalam awan dan menjadi hujan. Selain itu, hujan asam juga dapat berbentuk salju, kabut, atau embun yang memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi. Fenomena menjadi salah satu yang berdampak paling buruk dari jenis jenis hujan lainnya.

Karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, terutama pada ekosistem air tawar dan tanah. Ini akan memicu kondisi kesehatan yang buruk bagi makhluk hidup yang mengonsumsinya. Bahkan pada taraf tertentu, kandungan asam juga bisa merusak bagunan baik batuan logam maupun hanya lapisan cat saja.

6. Hujan Muson

Fenomena hujan muson merupakan yang cukup lazim di wilayah tropis dan subtropis, karena berkaitan erat dengan perubahan arah dan intensitas angin muson. Karena ini juga beberapa daerah hanya mengalami 2 musim, yakni musim hujan dan juga kemarau.

Dari jenis jenis hujan yang ada, Muson menjadi salah satu yang melintasi lautan, terutama pada daratan Asia hingga ke Australia. Fenomena ini membawa angin dingin dan angin hangat sesuai arah dari angin muson bertiup. Jika angin dari Asia maka akan terjadi kemarau, jika dari Australia maka akan terjadi musim penghujan.

7. Hujan Buatan

Agar dapat mengatasi kekeringan dan kebutuhan air, manusia mulai membuat berbagai penelitian untuk membuat hujan sendiri. Sehingga fenomena ini menjadi salah satu dari jenis jenis hujan yang mendapatkan rangsangan langsung atau campur tangan manusia.

Umumnya, manusia menggunakan konsep depresiasi atau penyemprotan kimia keduara untuk mempengaruhi kondensasi dan pembentukan awan yang lebih besar. Kimia yang sering digunakan adalah garam iodida perak atau natrium klorida. Walaupun efektivitasnya, hal ini masih jadi perdebatan hingga sekarang.

Sudah Tahu Apa Saja Jenis Jenis Hujan?

Dari penjelasan di atas, kini Anda tahu bahwa ternyata hujan memiliki jenis yang berbeda. Hujan memang memang membawa banyak manfaat baik. Namun, Anda juga harus memahami bahwa tak semua jenis jenis hujan baik untuk makhluk hidup, bahkan beberapa dapat memberikan dampak buruk pada bangunan.

Selain itu, hujan juga dapat menyebabkan banjir jika lingkungan tidak manusia jaga. Karena itu, kegiatan seperti reboisasi, menjaga hutan, membuang sampah pada tempat perlu Anda lakukan. Sehingga dampak negatif hutan bisa kita minimalisir.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page