Konflik atau pertikaian adalah hal biasa terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Terkadang hal ini menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Dengan memiliki pemahaman mendalam tentang hal ini, semoga pengelolaan dapat dilakukan, agar hal ini dapat selesai dengan baik dan justru bermanfaat positif.
Artikel ini akan mengupas lengkap seluk beluk tentang hal ini. Mulai dari pengertian, ciri, penyebab, dampak, dengan contoh-contoh lengkap untuk memudahkan pemahaman.
Daftar ISI
Pengertian
Beberapa ahli menjelaskan pengertian situasi sosial yang satu ini. Antara lain adalah Stephen P. Robbins (1978) yang mendefinisikan konflik sebagai situasi dimana pihak pertama berpersepsi bahwa pihak kedua berpengaruh secara negatif. Kemudian, pihak pertama bermaksud untuk mempertahan diri.
Sedangkan Wood, dkk (1998) menyebutkan bahwa pertikaian dalam lingkup organisasi adalah ketika ada ketidaksepahaman antar pihak. Sehingga, suatu pihak terhadap yang lain bertindak seolah-olah sebagai pihak antagonis.
Tokoh lain, yaitu Nardjana (1994) berpendapat bahwa ini adalah situasi dimana terjadi perbedaan pendapat yang mengganggu satu sama lain. Setiap pihak kemudian bergerak untuk mengenyahkan gangguan.
Ciri
Selanjutnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, berikut ini adalah ciri-ciri konflik:
1. Ada Lebih dari Satu Pihak
Ciri pertama adalah bahwa ada lebih dari satu pihak yang terlibat dalam pertikaian atau bersitegang satu sama lain.
2. Ada Tindakan Tertentu
Sedangkan ciri kedua adalah bahwa ada tindakan dari salah satu pihak atau semua pihak yang terlibat untuk mempertahankan diri. Tindakan dapat bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kekuasaan pihak lain. Dengan demikian, pertentangan dapat terhenti.
Penyebab
Berikutnya adalah penjelasan tentang sebab-sebab terjadinya konflik. Situasi sosial ini, setidaknya dapat terpicu oleh empat hal ini:
1. Perbedaan Pendirian
Sebab pertama adalah yang paling umum dan mendasar, yaitu adanya perbedaan pendirian. Perbedaan ini kemudian menyinggung satu sama lain, sehingga memicu ketegangan dan tindakan-tindakan untuk mempertahankan diri atau kelompok.
2. Perbedaan Budaya
Sebab kedua adalah adanya perbedaan budaya. Setiap individu atau kelompok memiliki kebiasaan atau budayanya sendiri. Dengan demikian, gesekan antar budaya dapat terjadi.
Contoh yang belum lama terjadi adalah turis asing yang tidak menghormati ritual kebudayaan di Pulau Bali. Hal ini kemudian memicu pertengkaran.
3. Perbedaan Kepentingan
Sebab berikutnya adalah adanya perbedaan kepentingan. Secara umum, setiap orang tentu memiliki kepentingan yang berbeda. Namun, tindakan dalam upaya menyelesaikan kepentingan itu dapat mengganggu orang lain.
Bahkan, kepentingan itu sendiri dapat merugikan orang lain, sehingga memicu konflik. Sebagai contoh adalah penutupan jalan untuk acara keluarga seperti pernikahan. Kepentingan penutup jalan tentu menjadi gangguan bagi pengguna jalan.
4. Perubahan Sosial
Penyebab terakhir adalah adanya perubahan sosial. Situasi kehidupan memang sangat dinamis. Perubahan terjadi bahkan setiap detik. Maka tak heran, perubahan ini dapat menjadi pemicu terjadinya pertentangan satu dengan lainnya.
Contoh perubahan besar-besaran dalam kehidupan masyarakat yang belum lama terjadi adalah berkaitan dengan pandemi COVID19. Hal ini mengubah pola hidup masyarakat secara drastis.
Pertentangan kemudian terjadi karena ada beragam tanggapan masyarakat terhadap hal ini. Misalnya, kebijakan bekerja dan sekolah jarak jauh melalui media digital yang tak jarang memicu masalah komunikasi.
Jenis dan Contoh
Menurutnya jenisnya, konflik dapat digolongkan menjadi setidaknya 5 kategori. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Intrapersonal
Seperti namanya, intrapersonal artinya dalam diri sendiri. Jadi, pertikaian intrapersonal berarti bahwa ketika seseorang memiliki lebih dari satu pandangan yang dirinya sulit mengambil keputusan.
Contohnya adalah ketika seorang anak muda bermaksud untuk merantau ke luar kota. Namun, ia juga punya pertimbangan agar menjaga orang tuanya yang telah lanjut usia. Jadi, ada hal bertentangan dalam pikiran anak muda tersebut.
2. Interpersonal
Sedangkan interpersonal berarti bahwa pertikaikan terjadi diantara dua atau lebih individu yang berbeda. Masih-masing pihak memiliki pandangan atau tujuan yang berbeda, sehingga terjadi pertentangan.
Sebagai contoh adalah dua anak kecil yang berebut mainan. Setiap pihak berusaha untuk mempertahankan maksud dan membuat pihak lain kalah.
Pertikaian interpersonal dapat terjadi dalam setting keluarga, pertemanan, bahkan pihak yang tidak saling mengenal sekalipun.
3. Keluarga
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa konflik dapat terjadi dalam lingkup keluarga. Sebab, individu-individu dalam hubungan darah tetap dapat memiliki pendapat yang berbeda satu sama lain.
Sebagai contoh adalah pertikaian yang terjadi karena berebut tanah warisan. Misalnya, ada salah satu anak yang merasa pembagian tidak adil, sehingga berusaha untuk mendapatkan haknya. Hal ini kemudian memicu ketegangan.
4. Antar Kelompok
Kategori berikutnya adalah ketika pertikaian terjadi tidak hanya melibatkan individu. Jadi, terdapat kelompok masyarakat tertentu yang berhadapan dengan kelompok lain. Hal ini disebut pertikaian antar kelompok.
Contoh pertikaian semacam ini misalnya adalah perebutan lahan parkir antar organisasi masyarakat tertentu. Kedua belah kelompok merasa memiliki hak atas lahan parkir. Padahal, lahan tersebut hanya dapat diduduki oleh salah satu kelompok.
5. Politik
Selanjutnya adalah perselisihan yang terkait dengan masalah politik. Biasanya, hal ini terjadi karena ada pihak-pihak yang memiliki pandangan berbeda terhadap kehidupan politik. Pertikaian jenis ini sering terjadi menjelang tahun pemilihan umum.
Sebagai contoh adalah peperangan pendapat antara pendukung tokoh atau politik tertentu melalui media sosial. Misalnya, ada pihak yang menjelek-jelekkan tokoh tertentu. Sehingga, para pendukung tokoh tersebut tidak terima dan melakukan perlawanan.
6. Sosial
Terakhir adalah pertikaian atau percekcokan yang umum terjadi dalam lingkungan sosial. Ini adalah bentuk yang paling umum. Sebab, masih dapat digolongkan lagi menjadi kategori yang lebih spesifik.
Misalnya, pertikaian akibat masalah komunikasi, pergaulan, hingga ekonomi. Contohnya adalah pencurian dengan alasan ekonomi. Kemudian, pelakunya tertangkap dan dihakimi oleh masyarakat.
Dampak Positif dan Negatif Konflik
Siapa sangka situasi yang terkesan negatif ini juga dapat memberikan dampak positif bagi pihak yang terlibat. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Dampak Negatif
Kesan negatif dari situasi buruk ini memang membuat dampak negatif terasa kuat. Paling buruk, situasi ini dapat merusak tali silaturahmi antar pihak. Dalam setting lingkungan kerja, pihak yang terlibat mungkin menjadi sulit untuk bekerjasama kembali.
Sedangkan dalam setting budaya, dapat menciptakan dampak negatif yang lebih buruk lagi. Karena perseteruan dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Dengan demikian, kehangatan kehidupan bermasyarakat dapat terganggu.
2. Dampak Positif
Disisi lain, masih ada dampak positif yang timbul dari situasi ini. Terutama apabila situasi tersebut dapat terselesaikan. Maka, setiap prosesnya dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak yang terlibat.
Contohnya dapat belajar mengkomunikasikan pandangan dengan asertif, sehingga mencapai tujuan dengan jalan damai. Selain itu, hal ini juga akan memupuk rasa toleransi untuk menanggapi setiap perbedaan kedepannya nanti.
Sudah Paham Apa Itu Konflik?
Demikianlah penjelasan lengkap tentang konflik. Mulai dari pengertian, ciri, penyebab, jenis, lengkap dengan contoh-contohnya. Semoga semua informasi ini menjadi rujukan yang bermanfaat.