Tahukah Anda bahwa, mengenal lagu-lagu daerah merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya? Setiap lagu daerah tentu memiliki ciri khas masing-masing, termasuk lagu daerah Yogyakarta.
Berbagai lagu dari Yogyakarta sendiri erat kaitannya dengan tema dan budaya tradisi jawa. Misalnya kehidupan di pedesaan, nasihat, pesan moral hingga keindahan kotanya. Apakah Anda penasaran dengan macam-macam lagu Yogyakarta? Yuk, simak selengkapnya di sini!
Daftar ISI
10 Lagu Daerah Yogyakarta
Berikut adalah lagu-lagu daerah Yogyakarta yang perlu Anda ketahui:
1. Suwe Ora Jamu
Suwe Ora Jamu merupakan lagu anak-anak yang mengandung lirik dengan dua makna kontras. Lagu ini menyiratkan rasa bahagia ketika bertemu dengan teman lama dari jauh, namun juga merasakan kekecewaan karena teman tersebut menjadi sombong karena sudah pintar atau kaya.
Lagu anak-anak ini diciptakan oleh R.C. Hardjosubroto. Selain mengungkapkan perasaan gembira dan kecewa, lagu ini juga memiliki pesan moral. Di mana manusia sebaiknya tetap rendah hati dan tidak melupakan teman ketika sudah sukses atau kaya. Berikut liriknya:
Suwe ora jamu,
Jamu godhong telo,
Suwe ora ketemu,
Temu pisan atine gelo
Suwe ora jamu,
Jamu sogo thunteng,
Suwe ora ketemu,
Temu pisan atine seneng
Suwe ora jamu,
Jamu godhong bunder,
Suwe ora ketemu,
Temu pisan tambah pinter
2. Sinom
Sinom berasal dari kata sinoman yang artinya sekumpulan anak muda. Lirik lagu daerah Yogyakarta ini membahas tentang kehidupan anak-anak yang beranjak dewasa dan sedang mencari jati diri.
Lagu yang dibuat oleh Sunan Muria ini mengandung nasihat agar anak muda menjaga diri, menjunjung tata krama, dan berperilaku lebih bijak dalam menjalani hidup. Secara sederhana, pesan moral yang terkandung dalam lagu ini adalah tanggung jawab setiap individu dalam menjalani kehidupan. Berikut liriknya:
Amenangi jaman edan,
Ewuh aja ing pambudi,
Melu edan ora tahan,
Jen tan melu anglakoni
Boya kaduman melik kaliren,
Wekasanipun dilalah karsa Allah,
Begjane kang lali,
Luwih begja kang eling lan waspada
3. Menthok-Menthok
Lagu ini memiliki ungkapan ironi yang halus, sehingga menyentuh hati. Menthok-Menthok sendiri menyindir orang-orang yang kerap bermalas-malasan dan hanya tidur saja. Padahal, manusia harus tetap produktif, kreatif dan menjaga kesehatannya.
Lagu ini tercipta oleh R.C Hardjosubroto dan sering berguna dalam permainan anak-anak. Di mana anak-anak akan membentuk lingkaran dan berjalan dengan tangan kanan di depan serta tangan kiri di pinggul. Berikut liriknya:
Menthok, menthok tak kandhani,
Mung lakumu angisin isini,
Mbok ya aja ngetok ana kandhang wae…
Enak enak ngorok ora nyambut gawe,
Menthok, menthok mung lakumu,
Megal megol gawe guyu
4. Caping Gunung
Ini merupakan lagu ciptaan Gesang. Lagu Caping Gunung memiliki makna sedih tentang orang tua yang kehilangan kabar dari anaknya di luar negeri. Setelah sekian lama tidak bertemu dan rindu, mereka tetap mengharapkan kabar dari anaknya.
Pesan moral dari lagu ini adalah tentang kasih sayang orang tua yang selalu menunggu dan menyambut anaknya. Lagu ini adalah gambaran tentang kekuatan ikatan keluarga dengan kasih sayang yang tidak tergantikan, bahkan meski terpisah oleh jarak. Berikut liriknya:
Dhek jaman berjuang,
Njur kelingan anak lanang,
Mbiyen tak openi,
Ning saiki ana ngendi
Jarene wis menang,
Keturutan sing digadhang,
Mbiyen ninggal janji,
Ning saiki apa lali
Ning gunung tak cadhongi sega jagung,
Yen mendhung tak silihi caping gunung,
Sokur bisa nyawang,
Gunung ndesa dadi reja,
Dene ora ilang nggone padha lara lapa
5. Kupu Kuwi
Kupu Kuwi merupakan salah satu lagu daerah Yogyakarta yang legendaris dan populer di kalangan anak-anak. Beberapa sumber mengatakan bahwa tidak ada yang mengetahui siapa pencipta lagu satu ini. Hanya saja, beberapa mengatakan bahwa lagu ini merupakan ciptaan R.C Hardjosubroto seperti Suwe Ora Jamu.
Lagu ini juga mengajarkan anak-anak agar memiliki kepribadian yang luhur secara batin, perkataan, hingga perbuatan. Berikut liriknya:
Kupu kuwi tak cekele (encupe),
Mung abure ngewuhake,
Ngalor ngidul,
Ngetan bali ngulon…
Mrana mrene ing sapar van paran,
Mencok cegrok mlabur bleber (Sapa bisa ngicupake),
Mentas mencok cegrok,
Banjur (nuli) mabur bleber
6. Gethuk
Jika kerap menonton pertunjukan daerah Jawa, mungkin Anda pernah mendengar lagu Gethuk ciptaan Manthous ini. Nama gethuk sendiri berasal dari makanan tradisional Jogja yang berbahan dasar singkong.
Meski memiliki judul Gethuk, namun sebenarnya lagu dari Yogyakarta ini bertema romansa. Menceritakan seorang wanita yang merasa sedih karena tidak bisa bertemu kekasihnya. Lagu ini mengingatkan bahwa kebahagiaan tidak selalu soal materi, namun bisa pula berwujud dari hubungan dengan manusia lain.
Nah, berikut liriknya:
Sore-sore padhang bulan, ayo kanca padha dolanan,
Rene-rene bebarengan, rame-rame e dha gegojegan,
Kae-kae rembulane, yen tak sawang kok ngawe-awe,
Kaya-kaya ngelikake, kanca kabèh aja padha turu sore…
Gethuk, asale saka tela,
Mata ngantuk, iku tambane apa,
Ah ala gethuk, asale saka tela,
yèn ra pethuk, atine rada gela…
Aja ngono mas, aja aja ngono,
Kadhung janji mas,
aku mengko gela
Gek Kepriye…
Duh kaya ngene rasane,
Anake wong ora duwe,
Ngalor ngidul tansah diece,
Karo kanca kancane…
Pye pye pye pye ya ben rasakna,
Pye pye pye pye rasakna dewe,
Besuk kapan aku bisa,
Urip kang luwih mulya,
Melu nyunjung drajating bangsa,
Indonesia kang mulya
Pye pye pye pye mbuh ra weruh,
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti
7. Kidang Talun
Kidang Talun merupakan lagu dari Yogyakarta yang memiliki pesan tersirat untuk menyayangi hewan, terlebih hewan langka yang hampir punah. Lagu ini merupakan ciptaan R.C. Hardjasoebrata, komposer terkenal yang sering menciptakan lagu Jawa.
Tak hanya menekankan pentingnya menyayangi hewan-hewan yang hampir punah, lagu ini juga mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam. Nah, berikut adalah liriknya:
Kidang talun
Mangan kacang talun
Mil kethemil mil kethemil
Si kidang mangan lembayung
Tikus pithi
Due anak siji
Cit cit cuit
Cit cit cuit
Maju perang wani mati
Kidang talun
Mangan kacang talun
Mil kethemil mil kethemil
Si kidang mangan lembayung
Gajah belang
Soko tanah mlembang
Nuk legunuk nuk legunuk
Gedhene meh podho gunung
Baca Juga : 10 Alat Musik Tradisional Jawa Barat serta Cara Memainkannya
8. Te Kate Dipanah
Te Kate Dipanah merupakan lagu daerah Yogyakarta yang populer di kalangan anak-anak. Bahkan, lagu ini masih sering anak-anak nyanyikan dalam berbagai permainan. Sayangnya, pencipta lagu ini tidak diketahui.
Meskipun liriknya singkat, lagu satu ini memberikan pesan baik pada anak-anak. Di mana mereka sebaiknya selalu bersikap positif dan menjunjung budi pekerti dalam kehidupan. Sehingga mereka bisa tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Berikut liriknya:
Te kate dipanah,
Dipanah ngisor gelagah,
Ana manuk konde-onde,
Mbok sirbombok mbok sirkate
9. Jamuran
Lagu Jamuran kerap digunakan untuk permainan dengan judul yang sama. Meski pencipta permainan jamuran adalah Sunan Giri, namun pencipta lagu dari Yogyakarta ini merupakan seorang komposer tembang dolanan yang bernama Ki Hadi Sukatno.
Uniknya, lagu ini tercipta sebagai pengingat bahwa manusia itu seperti jamur yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Namun, manusia juga bisa merugikan orang lain. Berikut liriknya:
Jamuran, jamuran, yo ge ge thok
Jamur apa, jamur apa, yo ge ge thok
Jamur payung ngrembuyung kaya lembayung
Sira badhe jamur apa?
10. Walang Kekek
Walang Kekek merupakan salah satu lagu dari Yogyakarta yang sangat legendaris. Lagu ini mengungkapkan perasaan sang penyanyi, yakni Waljinah. Lewat lagu ini, Waljinah juga memperingatkan laki-laki agar tidak merendahkan perempuan, terlepas dari profesinya.
Waljinah pun berharap bisa merubah pandangan masyarakat terhadap penyanyi perempuan dengan lagu ini. Terlebih pekerjaannya memang tidak mudah, di mana dirinya harus mengabdikan diri untuk orang banyak. Berikut adalah sedikit cuplikan dari lirik Walang Kekek:
E… ya ye…, ya ye… ya
E ya… yae yai, e yaiyo yaiyo
Walang kekek, walange kadung
Walang kekek sampun rampung
Jangkrik Genggong
Kendhal kaline wungu, ajar kenal karo aku
Lelene mati digepuk, gepuk nganggo walesane
Suwe ora pethuk, ati sida remuk, kepethuk mung suwarane
e ya e ya e..e yae yae yae yae
Jangkrik genggong, jangkrik genggong, luwih becik omong kosong
Semarang kaline banjir, ja sumelang ra dipikir
Jangkrik upa saba ning tonggok, malumpat ning tengah jogan
Wis watake priya, jare ngaku setya, tekan dalan selèwèngan
e ya e ya e..e yae yae yae yae
Jangkrik genggong, jangkrik genggong, wani nglirik sepi nguwong
Yèn ngetan bali ngulon, tiwas edan ora kelakon,
Yèn ngrujak ngrujaka nanas, aja ditambahi kwèni,
Kene tiwas nggagas, awak adhem panas,
jebul ana sing nduwèni…
e ya e ya e..e yae yae yae yae
Jangkrik genggong, jangkrik genggong, sampun cekap mangsa borong.
Sudah Lebih Mengenal Lagu Daerah Yogyakarta?
Nah, itulah 10 lagu daerah Yogyakarta yang perlu Anda ketahui. Setiap lagu daerah memiliki pesan dan keunikannya masing-masing untuk menginspirasi generasi muda. Selain menjadi sarana hiburan, lagu-lagu di atas juga bisa menjadi sarana komunikasi dan penyampaian berita.
Meski beberapa liriknya memang terkesan sederhana dan biasa. Namun, jika Anda dalami, akan ada berbagai nilai luhur dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Lagu daerah tak kalah unik dari lagu pop, bukan? Yuk, tetap ingat dan nyanyikan lagu daerah sebagai upaya pelestariannya!