Sering kali kita menemukan penggunaan majas sindiran dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kamu mengemukakan keresahan terhadap seseorang atau suatu keadaan yang bertentangan dengan pikiran kamu.
Biasanya pada kalimat sindiran selalu digunakan untuk menyampaikan maksud tanpa harus langsung ke pokok permasalahan agar tidak menimbulkan ketersinggungan. Meski begitu, ada juga yang tujuannya untuk mencemooh dengan harapan dapat merubah orang atau situasi yang bertentangan tersebut.
Nah, seperti apa pengertian, jenis, dan contoh dari penggunaan majas yang satu ini? Simak ulasan selengkapnya!
Daftar ISI
Pengertian
Majas sindiran adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sindiran terhadap seseorang atau sesuatu. Penggunaan majas ini bertujuan untuk mengungkapkan maksud atau gagasan dengan cara menyindir guna meningkatkan kesan dan makna kata terhadap pembaca atau pendengarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyindir atau sindiran adalah tindakan mencela atau mengeritik secara tidak langsung atau tidak terus terang.
Selain digunakan untuk mencari kelemahan dan kekurangan seseorang atau sekelompok orang, sedikit sentilan dapat memperkuat posisi dan eksistensi pihak yang memberikan sindiran.
Tak ayal, kalimat dalam majas sindiran biasa dipakai untuk mengekspresikan keresahan secara tersirat dengan harapan dapat mengubah perilaku orang lain atau menjadikan situasi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, majas sindiran sering disebut juga gaya bahasa yang berkias lantaran tidak menampakkan langsung makna aslinya. Semakin bagus dalam berkias, tentu akan menciptakan kesan khusus ketika kamu menuturkannya kepada seseorang yang menjadi sasaran.
Jenis-Jenis Majas Sindiran
Dalam Bahasa Indonesia, terdapat lima jenis majas sindiran yang harus kamu ketahui, yaitu ironi, sinisme, sarkasme, satire, dan innuendo.
Setiap majas tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Ada yang berupa sindiran secara halus, namun ada juga yang berupa cemoohan atau ejekan seperti yang telah kita singgung sebelumnya. Berikut penjelasannya!
1. Ironi
Pertama, majas ironi merupakan gaya bahasa sindiran yang menyatakan sebaliknya dari makna sebenarnya. Majas ini juga terkenal yang paling halus dari sekian bentuk sindiran lainnya. Ciri-cirinya terlihat dari unsur awalan yang terkesan meninggikan, namun di akhir majas justru menjatuhkan orang atau objek tersebut. Misal:
Cepat sekali kamu datang, sampai-sampai para undangan sudah meninggalkan tempat ini.
Kalimat di atas merupakan majas ironi karena mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Maknanya dalam konteks sindiran kepada seseorang yang datang terlambat pada suatu acara sehingga sudah tidak ada lagi tamu undangan yang berada di tempat acara berlangsung.
2. Innuendo
Majas Innuendo adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir seseorang dengan cara mengecilkan suatu fakta yang tengah menjadi momok bagi orang tersebut. Tujuannya supaya orang yang tersindir itu menjadi tidak terlalu mengkhawatirkan fakta yang ada. Misal:
Kamu tidak perlu sedih hanya karena tidak jadian dengan Rachel. Lagipula, kamu kan hanya ditolak satu wanita, bukan ditolak seluruh alam semesta.
Kalimat di atas merupakan majas innuendo karena menyindir orang yang sedih usai ditolak wanita dan mencoba mengecilkan fakta bahwa masih banyak wanita lain di luaran sana.
3. Sinisme
Majas sinisme adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sindiran secara kasar dan digunakan untuk mengkritik atau mencemooh sesuatu secara terang-terangan. Misal:
Makanan ini rasanya asin sekali, sebenarnya kamu bisa memasak gak sih?
Kalimat di atas merupakan majas sinisme karena mengandung unsur ejekan terhadap sesuatu hal, dalam hal ini yaitu keterampilan memasak.
4. Sarkasme
Majas sarkasme adalah gaya bahasa yang metode penyampaiannya dengan menggunakan konotasi yang kasar dan cenderung blak-blakan. Majas Ini merupakan tingkatan tertinggi dalam jenis majas sindiran karena mengungkapkannya secara langsung tanpa disaring terlebih dahulu. Misal:
Sampah masyarakat seperti Joni sejatinya tidak punya masa depan alias madesu (masa depan suram)!
Kalimat di atas termasuk majas sarkasme karena menggunakan diksi yang kasar seperti penggunaan kata “sampah masyarakat”.
5. Satire
Majas satire adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan ungkapan-ungkapan seperti majas sarkasme dan ironi untuk menguatkan makna. Kadang-kadang, majas ini juga diperuntukkan untuk mengejek atau menertawakan sesuatu. Misal:
Percuma saja ada anak laki-laki di rumah, bahkan untuk mengangkat galon ini saja dia tidak becus!
Kalimat di atas termasuk majas satire karena mengungkapkan situasi yang tidak menguntungkan dan seolah-olah layak untuk ditertawakan.
Situasinya terdapat anak laki-laki di rumah yang notabenenya mempunyai tenaga ekstra. Namun ironisnya dia tidak mampu mengangkat galon yang begitu berat sehingga dianggap tidak berguna.
Contoh Majas Sindiran
Masih bingung mencari contoh terkait majas sindiran? Tidak perlu khawatir, berikut daftar kalimat dari majas tersebut yang bisa kamu jadikan referensi. Mulai dari contoh majas ironi hingga yang satire sekalipun.
1. Ironi
Berikut contoh penggunaan majas sindiran berjenis ironi:
- Bagus sekali nilai rapor kamu yang semuanya berwarna merah itu.
- Makanan buatan Karen enak sekali persis makanan untuk pasien rumah sakit.
- Hasil cucian dari laundry itu bersih, ya, penuh dengan noda.
- Lela tampak langsing, ya, padahal makan saja lima kali sehari.
- Indahnya berwisata ke Coban Rondo, sampah-sampah pun berserakan di mana-mana.
- Keren sekali suara kamu, tapi lebih bagus lagi tidak usah nyanyi ya.
- Tulisanmu sangat rapi, seperti anak SD yang baru belajar menulis.
- Buah durian ini wangi sekali, sampai-sampai aku mau muntah rasanya.
- Sungguh karyawan teladan. Bahkan tak ada satupun tugas yang selesai dia kerjakan.
- Murid kelas 9 D rajin semua, ya, tidak ada yang mengumpulkan PR sama sekali.
- Sungguh nyaman sekali ranjang adik aku ini, sampai-sampai punggungku sakit.
- Badan teman kamu wangi sekali, ya, sampai orang-orang di sekitarnya harus menahan napas.
- Anak magang itu kerjanya cepat sekali, ya, bahkan tugas yang kau kasih kemarin saja sampai hari ini belum selesai.
- Jujur banget sih kamu Don, sampai kau tak sadar kata-katamu sudah menyakiti hatinya.
- Sudah cocok nih jadi dokter, tulisanmu benar-benar tak bisa aku baca sama sekali.
2. Innuendo
Berikut contoh penggunaan majas sindiran berjenis innuendo:
- Adik tidak usah takut, disuntik itu rasanya seperti digigit semuk kok.
- Ah, lukanya tidak begitu parah, kenapa kamu menangis?
- Tidak usah meratapi kucing kamu yang hilang, nanti juga akan kembali lagi.
- Sebaiknya jangan menjanjikan sesuatu pada anak itu, dia akan terus menunggu jika kamu terus memberinya harapan palsu.
- Tidak usah terlalu dipikirkan, hubungan percintaan hanya setitik dari hamparan masalah hidup yang akan dijalani.
- Budi bisa menjadi seorang tentara karena bantuan orang dalam.
- Jangan berlatih terlalu keras. Lagipula, kamu pasti menang melawan mereka.
- Jangan menyerah dengan gagalnya ujian masuk BUMN, masih ada tahun depan untuk mencoba.
- Pantas saja anak itu sukses meski usianya masih muda, ternyata bapaknya seorang pengusaha sawit terkenal.
- Jangan sedih, ayah hanya pergi untuk dinas dua minggu bukan untuk meninggalkanmu selamanya.
3. Sinisme
Berikut contoh penggunaan majas sindiran berjenis sinisme:
- Ingin sekali kupatahkan kakinya jika bertanding lagi.
- Kamu bernapas saja sudah membuatku muak.
- Aku bahkan berharap jadi tuna rungu supaya tidak bisa mendengar bualannya.
- Sikapnya telah mengecewakan satu kota.
- Anak baru itu seperti orang ngantuk saja, padahal kerjaannya hanya makan dan duduk.
- Kuliah jauh-jauh di luar negeri tapi tidak bisa komputer sama sekali, ngapain saja kamu?
- Orang itu mengurus rumah tangga saja tidak bisa, apalagi mau urus negara.
- Beraninya kamu berbicara buruk kepada abang kami, tidak pernah belajar sopan santun ya?
- Duduk bersebelahan dengan Danang seperti mau pingsan rasanya. Dia mandi berapa hari sekali sih?
- Ibu itu sudah tahu anaknya salah masih saja dibela mati-matian.
- Hidup saja masih pas-pasan, bagaimana mungkin kamu ajak anak saya untuk menikah?
- Anak yang tak tahu diri, sudah saya sekolahkan tinggi-tinggi malah kerja menjalang seperti ini.
- Ingin sekali kusumpal mulutnya agar berhenti mengoceh tidak jelas.
- Debi bilang aku seorang pemalas, padahal dia masak saja tidak pernah.
- Percuma saja dia cantik tapi kelakuanya seperti wanita murahan.
4. Sarkasme
Berikut contoh penggunaan majas sindiran berjenis sarkasme:
- Dasar buaya, beraninya kamu memperlakukan aku seperti ini!
- Kucel banget sih wajahmu sampai tidak kelihatan bila berada di ruangan gelap.
- Apa kau tidak punya otak? Hitungan sederhana begini saja tidak bisa.
- Sok tahu sekali! Gara-gara kamu kita semua terjebak di daerah antah berantah ini.
- Ngapain ada Tono di sini? Bukannya membantu pekerjaan, justru dia jadi beban.
- Kemana perginya tenagamu? Baru pemanasan saja sudah lelah, bagaimana nanti tanding?
- Apa kamu buta? Sudah jelas tulisannya dilarang masuk, masih saja ngeyel!
- Orang lemah seperti kamu tidak mungkin menang bertarung, lawan wanita saja kalah.
- Tidak berubah ya, dari dulu mulutmu hanya bisa mengeluarkan kata-kata sampah!
- Saya tidak suka dengan teman-temannya, seperti bergaul dengan kumpulan anak TK saja.
- Sungguh tidak bisa dipercaya, dia pergi ke sekolah saja masih dianterin seperti anak kecil.
- Dasar tidak tahu malu! Hak orang yang membutuhkan masih saja kamu ambil.
- Kalau makan jangan ngecap dong, macam kuda saja!
- Dasar hidung belang! Beraninya kamu masuk kamar sebelah.
- Dia amatiran sekali, main bola saja grasak-grusuk seperti ayam tanpa kepala.
5. Satire
Berikut contoh penggunaan majas sindiran berjenis satire:
- Pakaian kamu minim sekali, apa tidak ada tukang jahit yang lebih waras di sekitar rumahmu?
- Nyaman sekali makan di tempat itu sampai kecoa dan tikus saja ikut bergabung.
- Coba tengok orang tuamu yang rela bekerja banting tulang, kamu hanya duduk-duduk saja seperti seorang raja.
- Mana rasa empati kamu? Lihat anak kelaparan di jalan malah kamu jadikan bahan gurauan.
- Saya sudah memperingat anak itu berkali-kali agar tidak merokok di dalam ruangan, apa dia setuli itukah sampai sekarang masih merokok seenaknya?
- Kamu ingin selangsing apa lagi, badanmu saja sudah seperti kulit yang membungkus tulang.
- Hidungmu sepertinya bermasalah, bau badan sendiri saja tidak tercium betapa busuknya.
- Apa kau bisu? Masa jawab pertanyaan semudah ini saja sampai tidak bisa.
- Apa saya harus menyiram kepalamu pakai air es supaya pikiranmu tidak selalu emosi?
- Apa ibumu tak pernah memasak makanan yang enak? Dirimu rakus sekali saat buka bersama di rumah Doni.
- Kamu pendongeng, ya? Lihai sekali mengarang-ngarang cerita.
- Hatimu terbuat dari batu, ya? Dikasih tau kok ngelunjak.
- Bagaimana bisa kamu jadi sedungu ini, apa otakmu tertinggal?
- Sudah tahu lampu merah, tapi tetap tancap gas, orang itu buta warna kah?
- Harga minyak goreng terus meningkat di pasaran, penderita kolesterol tidak perlu khawatir lagi.
Sudah Paham tentang Majas Sindiran?
Majas sindiran telah menjadi salah satu gaya bahasa yang kerap digunakan terutama ketika menyentil seseorang atau isu yang mengganggu pikiran kita secara individu maupun kelompok dalam masyarakat.
Cara penyampaiannya pun bermacam macam. Mulai dari sindiran halus seperti majas ironi dan innuendo hingga yang frontal macam sarkasme. Meski begitu, tujuannya tetap sama yaitu perubahan.