Meganthropus paleojavanicus merupakan salah satu jenis manusia purba yang berasal dari wilayah Jawa. Ia memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan manusia purba lainnya. Jika Anda ingin mengenal lebih jauh, Anda dapat mengetahuinya lewat artikel di bawah ini.
Daftar ISI
Apa Itu Meganthropus Paleojavanicus?
Nama manusia purba ini terdiri dari kata ‘mega’ yang memiliki arti besar dan ‘anthropus’ yang memiliki arti manusia. Dengan kata lain, meganthropus adalah manusia purba yang berukuran besar.
Sedangkan nama belakang Paleojavanicus berasal dari kata ‘paleo’ yang memiliki arti tua dan ‘Javanicus’ yang berarti berasal dari Jawa. Artinya, manusia purba ini pertama kali ditemukan di wilayah Jawa.
Perlu Anda ketahui bahwa pada saat penemuannya, fosil dari manusia purba tidak lengkap. Para ahli hanya menemukan bagian tengkorak, rahang bagian bawah, serta beberapa gigi yang terlepas.
Seperti namanya, ukuran tubuh Meganthropus memang besar jika dibandingkan dengan manusia purba jenis lain. Sejarawan memiliki perkiraan mengenai keberadaan mereka dari benda yang ditemukan di sekitar lokasi penemuan. Benda tersebut adalah alat rumah tangga dan ukiran.
Ciri-ciri Meganthropus
Berikut adalah ciri-ciri dari Meganthropus paleojavanicus yang akan membantu Anda mengenalnya lebih jauh.
- Memiliki kening yang bentuknya menonjol dan tulang pipi yang cukup tebal
- Tonjolan keningnya terlihat mencolok
- Tengkorak tidak memiliki dagu
- Memiliki geraham dengan ukuran besar
- Tegap
- Memiliki bentuk muka yang masif
- Memiliki bentuk rahang bawah yang cukup tegap
- Gigi berbentuk homonim
- Makanan utamanya adalah tumbuhan-tumbuhan
- Memiliki otot kuat untuk mengunyah
- Tengkorak bagian belakang bentuknya juga menonjol
- Memiliki volume otak sebesar 900cc
- Memiliki tinggi badan mencapai 2,5 meter
Selain ciri-ciri dari segi fisik dan bentuk tubuh, Anda juga perlu mengenali ciri-ciri manusia purba tertua di Indonesia ini melalui ciri lainnya sebagai berikut:
- Manusia purba ini memiliki cara berjalan yang mirip dengan orang utan, yaitu membungkuk dengan tangan menyangga tubuh.
- Peralatan masak yang mereka gunakan memiliki tekstur cukup kasar karena bahan utamanya adalah batu yang mengalami proses pemecahan secara manual dan sederhana (kapak).
- Mereka hidup dengan mengandalkan hasil alam saja.
- Mereka memiliki kebiasaan berpindah tempat apabila persediaan makanan di suatu wilayah sudah menipis.
Penemuan Meganthropus Paleojavanicus
Menurut para ahli dan sejarawan, manusia purba Meganthropus merupakan jenis yang paling tua di Indonesia. Penemuan pertamanya ada di Sangiran oleh G.H.R Von Koenigswald dan Weidenreich pada tahun 1936-1941.
Fosil sejarah yang berhasil terdeteksi terdiri dari susunan tulang yang mencakup tulang rahang bawah dan atas, tengkorak, serta beberapa gigi yang lepas. Dari hasil penelitian lebih lanjut, para ahli menyimpulkan bahwa makanan sehari-hari mereka adalah tumbuhan.
Pola Hidup Meganthropus
Pola kehidupan Meganthropus paleojavanicus masih berpindah-pindah tempat dengan mencari makan yang mereka dapatkan dari teknik cara berburu dan meramu. Sayangnya, fosil manusia purba yang berhasil ditemukan sangat sedikit.
Sejarawan kesulitan melakukan identifikasi benda-benda peninggalan manusia purba. Hal tersebut menyebabkan kebudayaan peninggalannya sulit diketahui. Akhirnya, muncul perbedaan pendapat di kalangan para ahli.
Sebagian ahli menganggap manusia purba ini sebagai Pithecanthropus, sementara sebagian lain menganggapnya sebagai Australopithecus.
Di sekitar fosil manusia purba juga ditemukan peralatan bertahan hidup yang terbuat dari batu namun masih kasar. Para ahli menduga mereka menggunakan peralatan memasak yang masih sangat sederhana karena proses pembuatannya adalah membenturkan batu dengan permukaan lain yang keras.
Karena benturan ini tidak beraturan, maka bentuk kapak juga berbeda-beda. Namun, intinya, batu tersebut adalah alat sederhana yang membantu mereka bertahan hidup.
Di sekitar tempat penemuan fosil, ahli juga menemukan peralatan yang berbentuk seperti kapak. Diduga bahwa kapak ini adalah peralatan yang manusia purba gunakan untuk mencari makan. Kapak ini menunjukkan bahwa hasil alam adalah makanan utama Meganthropus paleojavanicus.
Kapak mereka gunakan untuk memotong tumbuh-tumbuhan sekitar, membabat hutan, serta mengumpulkan buah-buahan. Dari bentuk kapak, para ahli bisa melakukan identifikasi yang menghasilkan kesimpulan tersebut.
Kebiasaan berpindah tempat menjadi kegiatan utama yang menjadi ciri dari manusia purba ini. Apabila sumber makanan di suatu wilayah habis, mereka akan berpindah ke wilayah lain yang sumber makanannya masih melimpah.
Ini merupakan insting bertahan hidup. Mereka tahu bahwa jika tidak ada makanan, mereka akan lapar dan mengalami penderitaan.
Jadi, tindakan nomaden sangat wajar ditemukan pada kebiasaan-kebiasaan manusia purba. Mereka akan berpindah dari satu gua ke gua lain. Mereka memilih gua sebagai tempat tinggal karena bisa melindungi dari panas dan hujan.
Pada masa itu, manusia purba belum memiliki insting untuk membangun tempat tinggal. Hal paling penting yang mereka pikirkan adalah tidak mati.
Penelitian Meganthropus Paleojavanicus
Tahun 1942, Von Koenigswald tertangkap oleh penjajah Jepang sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian. Temuannya dilanjutkan oleh Franz Weidenreich.
Franz menemukan bahwa rahang temuannya mirip dengan rahang gorila dengan ukuran yang lebih besar. Hingga akhirnya peneliti lain seperti Sartono, Marks, dan Tyler juga menemukan fosil serupa.
Setiap fosil memiliki hubungan dengan manusia purba ini, tetapi hubungan tersebut ada yang kuat dan ada yang lemah. Tidak dapat dipastikan apakah memang fosil tersebut masuk ke dalam manusia purba sejenis atau tidak.
Penemuan yang lain juga masih menjadi perdebatan para ahli karena setiap orang memiliki pendapat berbeda. Perbedaan pendapat ini lahir dari pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh wilayah penemuan fosil yang karakteristiknya berbeda walau masih mirip.
Fosil Meganthropus Paleojavanicus
Terdapat beberapa jenis pada manusia purba ini, penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Meganthropus A / Sangiran 6
Meganthropus A memiliki nama lain Sangiran 6. Ia adalah fragmen fosil dengan rahang yang sangat besar. Fragmen rahang besar tersebut pertama kali ditemukan pada 1942 oleh Von Koenigswald.
2. Meganthropus B / Sangiran 8
Pada tahun 1953, penemuan fosil berupa potongan tulang rahang lain dideskripsikan oleh Marks. Ciri-cirinya adalah memiliki ukuran dan bentuk hampir sama dengan penemuan rahang bawah besar yang asli (sudah mengalami kerusakan parah).
Dari fosil tersebut diketahui bahwa penemuan ini berupa tulang rahang dewasa. Ukurannya lebih kecil daripada Homo erectus. Namun, para ahli sempat bingung karena ada beberapa keunikan yang berbeda dengan penemuan awal.
3. Meganthropus C / Sangiran 33
Penemuan fosil ketiga adalah potongan tulang rahang pada tahun 1979. Penemuan tersebut memiliki ciri-ciri dan kesamaan umum dengan temuan rahang bawah sebelumnya. Namun, akhirnya, fosil ini memiliki hubungan cukup lemah dengan Meganthropus paleojavanicus.
4. Meganthropus D
Penemuan fosil ini berupa tulang ramus dan rahang oleh Sartono pada tahun 1993. Usia fosil tersebut diperkiraan antara sekitar 1,4 hingga 0,9 juta tahun yang lalu. Bagian ramusnya telah mengalami kerusakan yang cukup parah.
Namun, bagian tulang rahang bawah tidak mengalami kerusakan parah kecuali bagian gigi yang hilang. Fosil ini ukurannya agak lebih kecil tetapi memiliki bentuk sangat mirip dengan Meganthropus A.
5. Meganthropus I / Sangiran 27
Spesimen penemuan Tyler ini menggambarkan bentuk tengkorak yang hampir lengkap, tapi hancur. Namun, tidak memiliki tonjolan ganda yang hampir bertemu di bagian atas tempurung kepala dan punggung nuchal yang tebal.
6. Meganthropus II / Sangiran 31
Meganthropus II adalah fragmen fosil tengkorak yang pertama kali Sartono jelaskan pada 1982. Dari penemuan ini, Tyler akhirnya menyimpulkan bahwa ukuran fragmen tersebut lebih besar dari batas normal ukuran Homo erectus.
Ciri-ciri meganthropus yang jelas adalah memiliki bentuk tengkorak lebih dalam dengan kubah lebih rendah dari spesimen mana pun yang pernah ditemukan.
7. Meganthropus III
Penemuan fosil ini hubungannya sedikit lebih lemah dengan Meganthropus Paleojavanicus. Tyler menggambarkan penemuan sudut oksipital tengkorak kira-kira 120 derajat. Menurut Tyler jarak tersebut adalah rentang ukuran yang Homo erectus miliki. Namun, pendapat tersebut masih diragukan oleh ahli lainnya.
Baca Juga: Pengertian Homo Sapiens: Persebaran & Penemuannya
Sudah Tahu Mengenai Meganthropus Paleojavanicus?
Manusia purba memiliki sisi menariknya masing-masing. Hal tersebut dapat diketahui dengan identifikasi benda-benda peninggalan yang mereka gunakan. Dari situ, kita akan tahu bagaimana pola kehidupan mereka dan cara mereka bertahan hidup. Setiap jenis manusia purba memiliki pola kehidupan yang berbeda satu sama lain.