Nasionalisme: Pengertian, Tujuan, Bentuk, dan Contoh Penerapannya

Sebagai negara yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama, masyarakat Indonesia sudah sepatutnya memiliki jiwa persatuan yang erat. Pendidikan nasionalisme ialah salah satu cara menumbuhkan persatuan bangsa. Supaya Anda lebih paham dengan jiwa berkebangsaan ini, simaklah artikel berikut.

Definisi Nasionalisme

Mari kita mulai dari pengertian jiwa nasionalis yang paling sederhana, yaitu rasa cinta terhadap tanah air. Jiwa nasionalis ini mengambil wujud berupa solidaritas dalam kelompok manusia untuk mencapai kemerdekaan dan kedaulatan atas suatu wilayah.

Rasa bangga dan cinta kepada tanah air ini kemudian menciptakan sebuah hubungan persatuan di antara masyarakat negara tersebut. Tidak hanya itu, semua golongan rakyat yang telah bersatu akan bekerja sama untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama demi menyejahterakan negara.

Beberapa ahli politik menyatakan bahwa nasionalisme ialah sebuah upaya untuk menyatukan semua golongan masyarakat. Adanya keanekaragaman etnis, budaya, dan agama ini lalu dijadikan motivasi untuk mencapai cita-cita bersama.

Dalam beberapa kasus, ada golongan masyarakat yang menerapkan jiwa nasionalis yang terlalu tinggi. Cinta kepada tanah air yang berlebihan ini kemudian melahirkan pola pikir yang merendahkan bangsa-bangsa lain. Nama lain dari paham kebangsaan yang berlebihan ini adalah chauvinisme.

Tujuan Nasionalisme

Setelah Anda tahu apa definisi dari paham berkebangsaan ini, Anda juga harus tahu apa saja tujuan diajarkannya paham ini di masyarakat luas. Ada kurang lebih lima tujuan utama yang melandasi pentingnya mengilhami pola pikir tersebut dan bisa Anda baca penjelasannya di bawah ini.

1. Mencintai Tanah Air

Tujuan pertama dari paham ini yang wajib Anda ketahui ialah untuk menumbuhkan rasa cinta dan setia kepada tanah air. Kebanggaan terhadap tanah air yang seorang manusia tinggali nantinya akan berkembang menjadi keinginan untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh warganya.

Tentu saja, tidak ada yang namanya negara yang seratus persen makmur, damai, dan sejahtera di dunia ini. Namun, semua itu dapat kita bawakan kepada seluruh warga negara melalui pendidikan kewarganegaraan demi mengembangkan kecintaan kepada tanah air.

2. Mempererat Tali Persaudaraan

Tujuan nasionalisme yang kedua adalah untuk mempererat tali persaudaraan antara sesama warga negara, apapun golongan dan haluan politiknya. Sebuah negara pasti terdiri dari orang-orang yang asal-usulnya beraneka ragam, sehingga harus ada suatu “tali pengikat” yang menyatukan mereka semua.

Menguatkan tali persaudaraan di antara semua golongan dalam suatu negara mampu mencegah perpecahan karena hal-hal yang sepele. Selain itu, hal ini juga dapat menghalau musuh-musuh dari luar yang ingin merusak dan menghancurkan negara dengan cara menebar kebencian dan persekusi.

3. Melindungi Stabilitas Negara

Sebuah negara tentu hanya bisa menjadi makmur jika pemerintahan dan kehidupan warga negaranya stabil atau jauh dari bahaya. Stabilitas suatu negara tergantung dari kesiapan dan kesediaan seluruh elemen rakyatnya dalam menjaga agar tanah air mereka aman dari gangguan negara lain.

Itulah tujuan pola pikir nasionalis yang ketiga, yaitu untuk melindungi negara, aset-asetnya, dan seluruh penduduknya dari campur tangan pihak asing. Stabilitas negara juga menandakan wibawa pada negara tersebut; semakin stabil suatu negara, maka semakin besar pula wibawanya.

4. Menghormati Perjuangan Pahlawan

Di nomor empat, ada tujuan nasionalisme yaitu penghormatan terhadap para leluhur yang telah berjibaku demi kemerdekaan negara. Semua kenikmatan di zaman modern ini tidak akan kita rasakan jika para pahlawan dan leluhur lainnya itu kalah dalam perjuangan mereka.

Mungkin Anda kurang kenal dengan pahlawan-pahlawan nasional kita, tetapi ada banyak nama jalan yang menggunakan nama-nama mereka. Melalui penamaan jalan, gedung, dan fasilitas umum lainnya, semoga rakyat Indonesia lebih mengenal dan menghargai perjuangan para pahlawan nasional tersebut.

5. Melestarikan Budaya Lokal

Tujuan terakhir dari pola pikir nasionalis ini ialah untuk melestarikan budaya lokal, baik dalam bentuk lagu, cerita rakyat, maupun tarian tradisional. Kebudayaan lokal ialah salah satu bentuk identitas negara dan rakyatnya. Tanpa adanya tradisi, maka negara tersebut tidak punya identitas unik.

Coba Anda hitung, berapa banyak tradisi dan budaya asli yang negara Indonesia miliki? Sekarang Anda hitung, berapa dari kebudayaan asli Indonesia itu yang masih dilestarikan oleh masyarakat kita? Pendidikan jiwa nasionalis ialah salah satu cara terbaik untuk membantu pelestarian budaya tersebut.

Macam-Macam Bentuk Nasionalisme

Sekarang kita akan mempelajari tentang bentuk dari paham kebangsaan ini, yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Bentuk-bentuk jiwa nasionalis tersebut memiliki lima jenis, baik itu yang berskala besar atau luas maupun berskala kecil atau lokal.

1. Kewarganegaraan

Contoh bentuk pola pikir nasionalis yang pertama ialah pola pikir yang menganut asas kewarganegaraan atau asas sipil. Jiwa persatuan ini menegaskan bahwa negara hanya dapat berdiri jika masyarakat berpartisipasi aktif dalam politik. Rakyat ialah penggerak pemerintahan yang paling utama.

Contohnya bisa Anda temukan pada kegiatan pemilu yang diadakan setiap beberapa tahun sekali. Pada kegiatan ini, rakyat Indonesia akan berbondong-bondong untuk memberikan suara mereka. Suara rakyat inilah yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan pemimpin negara maupun daerah.

2. Identitas

Berikutnya, ada contoh kedua dari jiwa berkebangsaan ini, yaitu nasionalisme dalam bentuk identitas yang melekat pada suatu kelompok. Maksud dari jiwa nasionalis yang berbasis identitas ini ialah pengakuan secara nyata bahwa golongan rakyat tersebut ialah anggota dari suatu komunitas.

Misalnya ada suatu komunitas yang terdiri dari etnis Cina dan Melayu yang tinggal di Jakarta selama puluhan tahun. Karena mereka sudah lama hidup di Jakarta, akhirnya mereka pun menyatakan diri sebagai orang Indonesia dan berbicara bahasa Indonesia.

3. Kultural

Kebudayaan atau kultural adalah bentuk paham nasionalis yang ketiga pada sebuah negara, yang menjadikan budaya lokal sebagai asas politiknya. Pola pikir dalam berkebangsaan ini mengutamakan tradisi warga negaranya untuk mempersatukan manusia apapun ras, haluan, dan pekerjaannya.

Anda bisa melihat contohnya pada lingkungan sekitar Anda, dimana orang-orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia pasti berbicara dengan bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, orang-orang ini juga mengakui bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ialah dasar negara Indonesia.

4. Religius

Contoh bentuk nasionalisme ini merupakan bentuk lanjutan dari pola pikir berasaskan budaya. Dalam paham berbasis religi ini, agama yang kita praktikkan sehari-hari ialah media pemersatu manusia. Tidak hanya itu, kepercayaan terhadap Tuhan atau pencipta ialah poin yang paling penting.

Sayangnya, paham kenegaraan ini seringkali menjadi target penyalahgunaan oleh politisi yang tidak benar-benar menganut agama apapun. Mereka hanya mengibarkan simbol-simbol religius demi mendapatkan perhatian dan dukungan dari masyarakat yang termakan tipu daya politisi tersebut.

5. Revolusioner

Jika paham kebangsaan berbasis kewarganegaraan atau sipil berfokus kepada rakyat sebagai penggerak negara, maka paham berbasis revolusioner ialah sebaliknya. Pola pikir ini menegaskan peran seorang pemimpin sebagai orang yang harus sanggup mempersatukan manusia dari berbagai golongan.

Bentuk jiwa persatuan negara ini sebetulnya tidak sepenuhnya berpusat kepada si pemimpin revolusioner itu saja. Dia dan seluruh warga negara di bawah kelolanya perlu menciptakan sinergi atau hubungan timbal-balik yang baik demi membangun negara yang merdeka dan berdaulat.

Contoh Penerapan Perilaku Nasionalisme

Inilah bagian dimana Anda bisa melihat berbagai macam contoh perilaku sehari-hari yang mencerminkan jiwa nasionalis. Mungkin Anda pernah melakukan beberapa dari perilaku ini, namun ada juga contoh perilaku nasionalis yang mungkin belum pernah Anda lakukan.

  • Melakukan upacara bendera di sekolah-sekolah setiap hari Senin.
  • Mengajarkan mata pelajaran kewarganegaraan dan Pancasila kepada peserta didik.
  • Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menghormati perbedaan suku, agama, dan ras di lingkungan sekitar.
  • Menghindari dan mencegah perilaku diskriminatif kepada golongan minoritas.
  • Mempromosikan produk-produk asli buatan anak bangsa ketimbang barang impor.
  • Mendukung partisipasi politik yang jujur, terbuka, dan bersih dari tindak pidana korupsi.
  • Mencegah penyebaran ujaran kebencian dan perilaku lain yang menimbulkan huru-hara di masyarakat.

Sudah Paham dengan Pola Pikir Nasionalisme?

Demikianlah penjelasan seputar paham berbangsa dan bernegara ini, beserta aneka tujuan, bentuknya, dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Jiwa nasional dalam diri seorang manusia tidak mungkin tumbuh dengan sendirinya. Harus ada pendidikan yang intensif agar jiwa kebangsaan itu bisa tumbuh.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page