Nepotisme: Arti, Jenis, Dampak, Contoh dan Cara Mencegahnya

Nepotisme merupakan kegiatan yang memanfaatkan kedudukan atau kekuasaan untuk memprioritaskan keluarga maupun kerabat dan mengesampingkan kepentingan umum.

Kegiatan tersebut juga bagian dari tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang sangat dilarang, karena merugikan banyak orang. Lantas, apa saja jenis, dampak, contoh, dan cara mencegahnya? Simak rangkuman artikel berikut ini!

Pengertian Nepotism

Pengertian Nepotism
Ilustrasi orang sedang menyelidiki seseorang | Sumber Foto: Freepik

Kalimat nepotism berasal dari bahasa Latin, yaitu “Nepos” yang artinya keponakan atau cucu. Sehingga, makna nepotism adalah pemilihan seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan, tapi berdasarkan hubungan keluarga atau teman.

Seseorang yang dengan sengaja memanfaatkan kedudukan, jabatan, wewenang, atau kuasa untuk memprioritaskan keluarga dan teman terdekat adalah contoh dari kegiatan nepotisme. Sebab, tindakan tersebut mengesampingkan kepentingan umum.

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa nepotism merupakan tindakan seseorang yang memiliki pengaruh, sehingga bisa mengutamakan teman, keluarga, atau kerabatnya.

Tindakan tersebut sangat bertentangan dengan hukum di Indonesia. Bahkan, posisi nepotism sebanding dengan korupsi dan kolusi. Sayangnya, tindakan ini masih banyak terjadi di Indonesia.

Jenis-Jenis Nepotisme

Jenis Jenis Nepotisme
Ilustrasi tindakan nepotism | Sumber Foto: Freepik

Tindakan nepotism terbagi menjadi beberapa jenis, mulai dari ikatan keluarga, almamater, organisasi, hingga instansi. Masing-masing nepotism tersebut memiliki pengertian dan praktik yang berbeda. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Nepotisme Berdasarkan Ikatan Keluarga

Jenis pertama berdasarkan ikatan keluarga. Seperti namanya, jenis nepotism pertama ini memanfaatkan kekuasaan untuk mengutamakan keluarga, meski tidak memiliki keahlian tertentu.

Ini merupakan tindakan yang paling umum dan mudah ditemukan di berbagai tempat, khususnya tempat kerja. Misalnya, satu instansi berisi staf atau pekerja yang masih memiliki hubungan keluarga.

2. Berdasarkan Almamater

Jenis kedua, yaitu berdasarkan almamater atau college tribalism, yaitu mengutamakan seseorang yang berasal dari kampus atau jurusan yang sama.

Tindakan ini juga masih sering ditemui di beberapa tempat. Persamaan almamater memiliki pengaruh besar bagi seseorang untuk memutuskan atau menentukan pilihan, baik dalam lingkungan kerja, sosial, atau lainnya.

Misalnya, pemilik perusahaan merupakan lulusan dari universitas X. Mak, saat perekrutan calon pegawai baru, pemilik perusahaan tersebut lebih mengutamakan calon pekerja dari lulusan universitas yang sama, yaitu universitas X.

3. Organisasi Tertentu

Berikutnya, ada jenis nepotisme berdasarkan organisasi tertentu atau organization tribalism. Di Indonesia, nepotism berdasarkan organisasi juga banyak terjadi di semua lingkungan.

Seseorang yang lebih mengutamakan organisasi politik, profesi, dan organisasi lainnya di atas kepentingan umum merupakan tindakan yang melanggar hukum.

4. Berdasarkan Institusi

Jenis terakhir adalah berdasarkan institusi atau institutional tribalism, yaitu tindakan yang mengutamakan asal instansi yang sama. Misalnya, seorang pekerja pindah tempat kerja, lalu membawa pegawai terbaik untuk bekerja di perusahaan yang sama.

Tindakan tersebut juga bisa merugikan orang lain, sebab perekrutan tidak melalui proses seleksi seperti masyarakat umum lainnya. Namun, ada juga beberapa menerapkan seleksi, tapi hanya sebatas formalitas.

Dampak-Dampak Nepotism

Dampak Dampak Nepotism
Ilustrasi praktik Nepotisme | Sumber Foto: Freepik

Tindakan yang memanfaatkan kekuasaan untuk mengutamakan keluarga, organisasi, almamater, dan institusi dengan mengabaikan kepentingan umum tentu memberikan dampak buruk di berbagai sektor. Misalnya, pekerjaan, keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Berikut penjelasannya:

1. Sektor Pekerjaan

Nepotisme memberikan dampak cukup besar di sektor pekerjaan. Bahkan, ini menjadi tempat utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan nepotism yang merugikan banyak pihak.

Menjamurnya tindakan nepotism akan membuat lingkungan kerja menjadi kurang sehat. Persaingan proses seleksi perekrutan yang harusnya dilakukan kompetitif, justru berubah menjadi tidak sehat, karena pemimpin perusahaan mengutamakan keluarga atau kerabat.

Selain itu, para pekerja juga akan merasa tidak nyaman berada di perusahaan yang sebagian pekerjanya memiliki hubungan keluarga dan menempati jabatan penting, meski tidak kompeten.

Budaya nepotism yang terjadi di lingkungan kerja juga bisa meningkatkan angka turnover pegawai. Sebab, para pekerja yang kompeten, tapi tidak memiliki kesempatan karena budaya nepotism, cenderung akan mencari peluang kerja di tempat lain.

Turnover pegawai merupakan masalah yang cukup serius bagi perusahaan, sehingga harus dihindari, salah satunya adalah menghentikan tindakan nepotism dan memberikan kesempatan yang sama kepada siapapun.

2. Lingkungan Masyarakat

Tindakan nepotism juga berdampak terhadap lingkungan masyarakat, salah satunya adalah terjadinya diskriminasi yang cukup tinggi.

Mendahulukan kerabat atau teman terdekat untuk menikmati fasilitas maupun pekerjaan, tentu akan membatasi orang lain yang tidak memiliki hubungan apapun, meski memiliki hak atas kesempatan tersebut.

Kesempatan yang tidak sama inilah yang menimbulkan diskriminasi di lingkungan masyarakat. Diskriminasi bisa menimbulkan masalah baru, seperti konflik dan perpecahan.

3. Keluarga atau Kerabat

Kegiatan nepotisme tidak hanya memberikan keuntungan, tapi juga kerugian di lingkungan keluarga atau kerabat.

Pertama, jika terjadi konflik internal di lingkungan keluarga, maka konflik tersebut bisa semakin memanas di lingkungan pekerjaan. Kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap produktivitas kinerja di perusahaan maupun instansi.

Kedua, hubungan keluarga atau teman bisa terputus, karena kesempatan atau fasilitas yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi.

4. Perekonomian Nasional

Terakhir, nepotisme juga berdampak pada perekonomian nasional. Meningkatnya angka diskriminasi, turnover pegawai, dan menurunnya produktivitas kerja akan melemahkan perusahaan, sehingga berdampak pada pembangunan ekonomi nasional.

Dampak paling besar akibat kesempatan kerja yang tidak adil adalah meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Kondisi ini tentu semakin memperburuk ekonomi nasional.

Contoh Nepotisme di Indonesia

Di Indonesia, tindakan nepotism masih banyak terjadi dan menjadi budaya yang terus dilakukan. Berikut contoh-contoh nepotism di Indonesia:

1. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah tempat yang paling banyak ditemukannya tindakan nepotism. Contoh, keluarga atau teman mengikuti proses seleksi, tapi hanya bersifat formalitas.

Misalnya, mengirim surat lamaran pekerjaan, mengikuti interview, hingga ikut melaksanakan tes. Apapun hasilnya, calon pekerja yang memiliki hubungan keluarga atau kerabat tersebut akan tetap lolos seleksi dan menjadi pegawai tetap.

2. Lingkungan Politik

Contoh nepotisme di lingkungan politik, seorang kepala desa memilih para pejabat perangkat desa berdasarkan hubungan keluarga. Tindakan tersebut juga terjadi di politik negara, seperti lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

3. Masyarakat

Terakhir adalah contoh nepotism di lingkungan masyarakat. Contohnya, mengutamakan keluarga atau teman untuk menikmati fasilitas.Tentunya, tindakan tersebut merugikan banyak pihak.

Cara Mencegah Tindakan Nepotisme

Budaya nepotism harus dihentikan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan tersebut. Cara-cara tersebut meliputi:

1. Melakukan Observasi

Lakukanlah observasi, baik di lingkungan kerja atau lingkungan sosial. Jika menemukan hal-hal janggal seperti contoh nepotism yang sudah dijelaskan di atas, segeralah untuk mencatatnya.

2. Evaluasi Kemampuan

Berikutnya, melakukan evaluasi kemampuan atau kompetensi. Cara ini bertujuan untuk bantu mengklasifikasi apakah seseorang memang layak menempati posisi atau jabatan tertentu dengan kemampuan yang mereka miliki?

Sedangkan dalam lingkungan masyarakat, perhatikan apakah seseorang yang mendapatkan fasilitas atau bantuan memang layak mendapatkannya?

3. Tetap Profesional

Cara berikutnya adalah mengutamakan profesional, khususnya dalam bekerja. Misalnya, memilih kandidat pekerja sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, meski tidak memiliki hubungan kerabat atau teman.

Sikap profesional menjadi kunci utama dalam mencegah terjadinya nepotisme di Indonesia, baik dalam lingkungan pekerjaan, politik, hingga masyarakat.

4. Menarik Diri dari Situasi Tersebut

Terakhir, menarik diri dari situasi tersebut. Jika menemukan praktik nepotism dan mengganggu semangat kerja segeralah produktivitas, segeralah untuk menarik diri dan mencari tempat yang lebih baik.

Sedangkan cara paling tepat untuk menghentikan praktik nepotism dalam masyarakat adalah menegur secara langsung atau membuat laporan kepada pihak yang berwenang.

Budaya Nepotisme Harus Dihentikan Mulai Sekarang!

Seperti penjelasan sebelumnya, nepotism merupakan tindakan yang mengutamakan keluarga atau teman untuk menikmati fasilitas maupun mendapatkan posisi atau jabatan.

Tindakan tersebut paling banyak terjadi di lingkungan kerja, baik perusahaan atau lembaga pemerintahan. Salah satu cara untuk menghentikan budaya nepotism adalah mengutamakan profesional diri.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page