Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu wilayah yang cukup terkenal dengan keragaman budayanya. Di NTB sendiri, ada 4 wilayah utama, yaitu Lombok, Bima, Sumbawa, dan Dompu, yang memiliki adat dan budaya berbeda, yang bisa kamu lihat dari pakaian adatnya. Berikut uraian lengkap 10 Pakaian Adat NTB.
Daftar ISI
10 Pakaian Adat NTB dan Keunikannya
Berikut ini 10 pakaian adat Nusa Tenggara Barat lengkap dengan keunikan saat pemakaiannya:
1. Pakaian Adat Katente Tembe
Ketente Tembe merupakan pakaian adat yang pertama dan tergolong sangat sederhana. Hal ini karena memang hanya berupa celana pendek yang terbuat dari kain sarung.
Pakaian Adat NTB ini biasanya pria Suku Dompu gunakan untuk ke ladang. Adapun untuk suatu acara-acara resmi, biasanya pakaian adat ini akan digunakan bersamaan dengan baju koko dan tambahan celana panjang di dalamnya.
2. Pakaian Adat Rimpu
Pakaian Adat NTB selanjutnya ini juga berasal dari Suku Dompu. Adapun Rimpu biasanya digunakan oleh kaum perempuan dan memiliki beberapa bentuk, sesuai dengan status dari pemakainya.
Untuk perempuan yang sudah menikah, biasanya akan menggunakan Rimpu Colo. Sedangkan untuk perempuan yang belum menikah, maka akan menggunakan Rimpu Mpida.
Bentuk dari pakaian adat ini yaitu berupa jilbab khas Dompu yang terdiri atas dua lembar kain sarung sebagai penutup. Secara filosofis, bentuk dari pakaian adat seperti ini berarti untuk menjaga diri, menutup aurat, dan agar pemakainya lebih dihormati orang lain.
Adapun perbedaan antara Rimpu Colo dan Rimpu Mpida, yaitu pada cara pemakaiannya. Rimpu Colo dalam pemakaiannya memperlihatkan muka penggunanya, sedangkan Rimpu Mpida menutup sebagian muka penggunanya dan hanya memperlihatkan mata, seperti menggunakan cadar.
3. Pakaian Adat Lambung
Lambung merupakan Pakaian Adat NTB yang berasal dari Suku Sasak, Lombok. Pakaian adat ini berupa baju berwarna hitam dengan lengan pendek longgar dan ada motif di bagian lehernya.
Yang menarik dari pakaian ini, yaitu bentuk dari kerahnya membentuk huruf “V”. Sedangkan untuk bagian bawah dari pakaian ini berupa sarung dengan berbagai motif.
Tidak hanya itu, pakaian adat ini juga dilengkapi dengan sabuk anteng untuk mengikat sarung. Kemudian, ada juga aksesoris anting berbentuk bulat yang terbuat dari daun lontar, dengan sepuhan perak.
4. Lante Gadu
Pakaian Adat NTB ini berasal dari wilayah Sumbawa, yang mana Lante Gadu sendiri berarti pakaian para menteri. Untuk itulah, pakaian ini sering digunakan pada acara-acara resmi oleh tokoh masyarakat maupun pejabat pemerintah.
Pada laki-laki, pakaian adat ini berupa jas tertutup berwarna gelap, seperti hitam, biru tua, hijau gelap, maroon, coklat tua, dan semua jenis warna gelap lainnya. Kemudian, bawahannya menggunakan celana panjang dengan sarung pendek di bagian luarnya.
Tidak hanya itu, pria juga akan menggunakan alas kaki berupa sandal dan sepatu senada. Ada juga aksesoris pelengkap seperti keris, sapu kidasangung, dan rantai saku.
Sedangkan untuk pihak wanita akan menggunakan baju bersulam benang emas, dengan selendang besar hasil sulaman. Selain itu, mereka juga akan menggunakan jilbab dan dalaman muslimah serta bros dan alas kaki terbuka.
5. Pakaian Adat Poro Rante
Poro Rante merupakan Pakaian Adat Bima, yang biasanya berwarna merah cerah dengan hiasan berbentuk bunga bersepuh emas. Bawahannya berupa kain songket dengan beberapa motif bunga, yaitu kakando, samobo, atau satako.
Keunikan dari pakaian ini, yaitu adanya sabuk keemasan bernama salepe. Selain itu, ada juga sapu tangan berbahan sutra berhias sulaman benang perak dan hiasan kepala yang disebut dengan kembang goyang.
6. Pasangi
Pasangi merupakan pakaian dari Poro Rante, yang mana pakaian ini diperuntukan untuk pria Suku Bima. Adapun pakaian ini terdiri atas baju atasan lengan panjang berwarna merah, cokelat, atau hitam.
Sedangkan untuk golongan bangsawan akan menggunakan baju warna hijau atau kuning. Menariknya, pakaian ini bersulam benang emas atau perak, sehingga membuatnya tampak mewah dan elegan saat orang gunakan.
Untuk bawahannya, menggunakan celana panjang dengan kain songket sepanjang lutut sebagai sarungnya. Untuk aksesoris nya menggunakan ikat pinggang, sebilah keris, dan sapu tangan berwarna kuning yang biasanya orang sebut dengan pasapu monca.
7. Pakaian Adat Pegon
Pakaian Adat NTB berikutnya, yaitu Pegon yang berasal dari Suku Sasak. Adapun pakaian ini digunakan khusus untuk kaum pria Suku Sasak yang berbentuk jas hitam dengan motif emas.
Kemudian, pada bagian bawahnya, akan ada lilitan songket bernama dodot dengan selipan keris. Tidak hanya itu, di bagian bawah juga ada kain wiron yang panjangnya sampai mata kaki.
Bentuk dari pakaian adat ini secara keseluruhan melambangkan kerendahan hati. Sedangkan untuk Sapuk sebagai penutup kepala melambangkan penghormatan kepada Tuhan Sang Pencipta dan menjaga kebersihan pikiran.
8. Pakaian Adat Donggo
Donggo adalah Pakaian Adat Suku Donggo di Bima. Adapun warna dari pakaiannya ini yaitu hitam, sehingga sangat identik orang kenakan saat upacara ritual kematian.
Aksesoris pelengkap dari pakaian ini berupa ikat pinggang Salongo dari tenun benang kapas. Selain itu, keunikan dari pakaian ini yaitu model potongan leher busananya yang berbentuk bundar dan adanya sabuk berwarna merah atau kuning tempat menyematkan pisau.
Untuk kaum wanita juga akan menggunakan baju hitam lengan pendek yang terbuat dari benang katun. Untuk bawahannya berupa celana sepanjang bawah lutut bernama deko.
9. Pakaian Adat Suku Bayan
Jenis Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat ini milik dari Suku Bayan dari daerah Lombok Utara. Ini berupa kain tenun hasil dari penduduk asli dengan beberapa motif dan warna.
Biasanya, pakaian adat ini untuk kegiatan upacara adat tertentu dan dalam pemakaiannya akan ada ikat kepala sebagai aksesoris. Kemudian, ada juga tambahan aksesoris seperti ikat pinggang dan juga selendang dengan jenis-jenis kain tenun yang sesuai peruntukannya.
10. Lonas Pabite
Lonas Pabite merupakan pakaian adat dari daerah Sumbawa yang diperuntukkan khusus untuk remaja. Pakaian ini berupa baju dengan selempang di bahu dan sapu di atas kepala.
Untuk bawahannya berupa kain sampai selutut dan celana hitam panjang di dalamnya. Sedangkan untuk pihak wanita akan menggunakan baju dengan motif emas dan dalaman berwarna hitam.
Tidak hanya itu, dalam pemakaiannya, wanita juga akan menggunakan kalung, anting, konde, hingga gelang warna emas. Biasanya, baju adat ini masyarakat gunakan saat ada acara budaya dan penyambutan tamu, baik di dalam maupun di luar daerah.
Baca Juga : Mengenal 7 Pakaian Adat NTT dan Makna Setiap Hiasannya
Aksesoris dan Makna Pakaian Adat NTB
Berikut beberapa makna dari aksesoris yang biasanya orang gunakan bersamaan dengan Pakaian Adat NTB:
1. Penutup Kepala
Ada banyak sekali jenis penutup kepala sebagai pelengkap Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat. Beberapa diantaranya yaitu Sapu yang biasanya untuk Pakaian Pegon dan Sambolo pada Pakaian Adat Suku Bima.
Sambolo sendiri mencerminkan identitas budaya masyarakat Suku Bima. Sedangkan Sapu memiliki banyak makna sesuai dengan bentuknya, contohnya ikat kepala berdiri melambangkan pengingat kepada sang pencipta, kejantanan, keberanian, dan menjaga pikiran bersih karena selalu ingat pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ikat Pinggang
Untuk ikat pinggang setiap suku pada dasarnya berbeda-beda. Ada yang menggunakan Sabuk Anteng dan ada juga yang menggunakan ikat pinggang dari kain songket. Adapun ikat pinggang secara umum melambangkan pererat hubungan.
3. Kain Selempang
Aksesoris Pakaian Adat NTB berikutnya berupa kain selempang dengan berbagai pola tenunan yang berbeda. Pola tenunan yang berbeda ini tentu saja juga memiliki arti yang berbeda.
Sebagai contoh, pola motif bunga matahari mengandung makna kesetiaan menunggu dalam kesendirian. Selain itu, penggunaan selempang itu sendiri di bahu melambangkan kerendahan hati.
4. Sanggul
Aksesoris tambahan lainnya, yaitu berupa sanggul dengan konde sebagai penghiasnya. Misalnya, untuk Suku Sasak sendiri, sanggul berbentuk seperti pelepah batang pisang yang mengandung makna bahwa pemakainya mempunyai ketetapan hati yang kokoh dan berhati sejuk serta rasa sosial tinggi.
Kemudian, biasanya ada juga hiasan bunga cempaka yang muncul di kepala, yang melambangkan seorang pengantin yang akan memasuki jenjang pernikahan dan akan berkembang, jika telah berumah tangga.
Selain itu, ada juga konde emas berbentuk daun semanggi saat digunakan pengantin. Ini melambangkan harapan agar pengantin bisa menjaga dan menjunjung tinggi kesucian pernikahannya.
Selain itu, pada bagian pangkal konde terdapat sebuah kawat yang berfungsi sebagai penahan agar tidak jatuh, yang mengandung makna tidak mudah goyah dari godaan.
5. Anting
Khususnya pada Pakaian Adat Suku Sasak, wanita akan menggunakan anting. Anting ini ada banyak bentuknya, salah satunya yaitu Sengkang Gigi Dua Olas untuk pengantin.
Makna dari anting ini, yaitu kesuburan wanita, terutama pengantin saat menggunakannya. Selain itu, ini juga bisa melambangkan status sosial, yang mana untuk golongan bangsawan terbuat dari emas, sedangkan untuk golongan orang biasa terbuat dari bahan perak atau tembaga.
6. Senjata
Aksesoris tambahan lainnya, yaitu senjata tradisional yang berupa keris, pedang, dan sejenisnya. Adapun keberadaan senjata ini pada dasarnya sebagai simbol kejantanan dan keberanian pada laki-laki. Untuk itulah, biasanya aksesoris senjata hanya pada kaum laki-laki.
Baca Juga : 5 Pakaian Adat Khas Kepulauan Riau Baju Kurung dan Maknanya
Sudah Tahukan Apa Saja Jenis Pakaian Adat NTB?
Ada banyak sekali pakaian adat NTB, mulai dari Katente Tembe hingga Lonas Pabite. Pada dasarnya, pakaian adat setiap daerah itu memiliki keunikan dan maknanya tersendiri. Namun, semuanya tentu saja sama-sama memiliki makna yang baik untuk pemakainya.
Tugas kita sekarang sebagai warga negara Indonesia adalah menjaga setiap pakaian adat yang ada. Terutama pakaian adat masing-masing daerah dengan cara menggunakannya dan aktif melestarikannya melalui pertunjukan karnaval dan sejenisnya.