Pendiri Kerajaan Demak, Sejarah & Latar Belakang Berdirinya

Ketika membicarakan proses perkembangan islam di Pulau Jawa, maka sangat lekat kaitannya dengan bagaimana sejarah kerajaan Demak. Ada latar belakang yang panjang, bagaimana seorang keturunan raja terakhir Majapahit bisa menjadi pendiri kerajaan Demak. Mari simak untuk mengetahui sejarah lengkapnya!

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak

Masjid Demak
Masjid Demak | Sumber Gambar: Pagaralampos

Kisah berdirinya Kerajaan Demak dimulai dari kemunduran kerajaan Majapahit pada abad ke 15. Konflik yang terjadi di Majapahit mendorong Raden Patah yang mendapat dukungan oleh para wali songo membangun Demak sebagai kerajaan dan menarik diri dari Majapahit.

Raden Patah sendiri merupakan putra dari raja terakhir Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya. Beliau bisa sampai di Demak atas perintah dari Gurunya, yaitu Sunan Ampel untuk merantau ke daerah barat. Perjalanan Raden Patah membangun kerajaan Demak pun tidak berlangsung dengan mudah. 

Beliau mengumpulkan bala prajurit untuk mengalahkan pasukan kerajaan Majapahit. Pertarungan yang tidak seimbang itu berakhir dengan kemenangan pasukan Raden Patah. Berawal dari perjalanan dan pertarungan itulah pada akhirnya Demak berdiri menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. 

Salah satu fokus kerajaan Demak adalah untuk dakwah syiar agama Islam. Oleh karena itu, dibangunlah masjid monumental yang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.

Sejarah Pendiri Kerajaan Demak

Raden Patah
Raden Patah | Sumber Gambar: sejarahkerajaandemaklengkap.blogspot.com

Konon katanya, Raden Patah merasa enggan kembali ke Kerajaan Majapahit karena sang ayah belum memutuskan untuk memeluk agama Islam. Beliau akhirnya menjadi Bupati Demak yang lambat laun menjadi sebuah kerajaan. Ketika bertakhta sebagai raja, Raden Patah memiliki gelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah.

Pada masa Demak dipimpin oleh pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak terdiri dari beberapa daerah. Meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah kecil di Kalimantan. 

Setelah wafatnya pendiri Kerajaan Demak tersebut, puteranya yang bernama Pati Unus naik takhta menggantikan kekuasaan sang ayah yang sudah berakhir di tahun 1518. Namun, Pati Unus yang memiliki gelar “Pangeran Sabrang Lor” hanya berkuasa di Demak selama tiga tahun saja.

Hal tersebut terjadi karena Pati Unus gugur dalam usahanya menyerbu basis Portugis yang kedua kalinya di Malaka pada tahun 1521. Takhta Pati Unus kemudian tergantikan oleh Sultan Trenggana yang dikenal karena keterlibatannya dalam pertempuran merebut Sunda Kelapa dari bawah pimpinan Fatahillah. 

Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1521-1546 pada pemerintahan Sultan Trenggana. Di bawah kekuasaan dari Sultan Trenggana, kerajaan besar yang ada di Jawa seperti Kerajaan Madura, Blambangan, Mataram, dan Pajang berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak.

Kejayaan dan Perebutan Takhta Kerajaan Demak 

Peta Kesultanan Demak
Peta Kesultanan Demak | Sumber Gambar: Wikipedia

Tak menyia-nyiakan jasa pendiri Kerajaan Demak, keberhasilan Sultan Trenggono bisa dilihat dari pencapaiannya memperluas wilayah kekuasaan ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Beliau juga yang mengirimkan pasukan Demak untuk menyerang Malaka yang saat itu ada di bawah kekuasaan Portugis. 

Salah satu panglima perang terkenal dari Demak adalah Fatahillah. Seorang panglima yang berhasil memimpin dan merebut Sunda Kelapa dari Portugis di tahun 1527 M. Beliau juga merupakan sosok yang mengubah namanya menjadi Jayakarta yang kemudian kita kenal sebagai Jakarta pada masa kini. 

Selain itu, Sultan Trenggana membangun beberapa menara sebagai pusat ibadah dan pendidikan agama Islam. Salah satu masjid yang berhasil dibangunnya adalah Masjid Agung Demak yang memiliki arsitektur khas Jawa dengan atap berundak atau bertingkat-tingkat. 

Masjid ini juga yang menyimpan benda-benda bersejarah, seperti mimbar kayu yang dipercaya buatan Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Namun, takhta Sultan Trenggana di Demak berakhir setelah beliau gugur dalam pertempuran yang di Pasuruan pada tahun 1546. 

Sepeninggal Sultan Trenggana, tampuk pemerintahan kerajaan terisi oleh putra Sultan Trenggana, yakni Sunan Prawoto. Namun, kekuasaannya hanya berlangsung beberapa tahun saja. Karena beliau lebih tertarik mendalami kehidupan spiritual sebagai seorang ulama yang menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru tanah Jawa. 

Selepas pemerintahan Sunan Prawoto, takhta kerajaan jatuh pada sosok yang bernama Arya Penangsang. Setelah menduduki takhtanya, Arya Penangsang membuat kebijakan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Jipang. 

Berbagai konflik muncul setelah tindakan itu dilakukan, terlebih adanya pemindahan Kerajaan Demak ke Pajang di tahun 1586. Sebab, Sultan Hadiwijaya berhasil menaklukan Arya Penangsang. Kerajaan Demak akhirnya mulai runtuh dan jatuh ke tangan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang.

Raja-Raja Kerajaan Demak

Seperti yang kamu tahu, kerajaan Demak memiliki beberapa pemimpin dalam sejarahnya. Berikut uraian mengenai raja terkenal di Kerajaan Demak:

1. Raden Patah

Pada masa kecilnya, Raden Patah memiliki nama akrab sebagai pangeran Jimbun. Beliau merupakan putra dari Brawijaya V dan seorang putri asal Tionghoa dari Dinasti Ming yang Bernama Siu Bun Ci. Raden Path sendiri lahir di Palembang pada tahun 1455.  

Karena memiliki gelar bangsawan, Raden patah memiliki keistimewaan untuk mengenyam pendidikan dengan layak. Selama 20 tahun, beliau menghabiskan waktu di istana Adipati Palembang, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke Majapahit bersama adik tirinya, Raden Kusen. 

Ketika sampai di Tuban, Jawa timur, Raden patah bertemu para saudagar muslim dan memutuskan untuk tinggal dan belajar di Ampel. Secara tidak langsung, beliau mendalami agama Islam bersama beberapa tokoh Wali Songo. Seperti Sunan Bonang, Sunan Drajat, dan Sunan Giri.

Raden Patah menjadi pendiri kerajan Demak dan menduduki takhta mulai dari tahun 1500 Masehi sampai dengan 1518 Masehi. Selama kepemimpinannya, Kerajaan Demak menjadi pusat dari penyebaran syiar Islam dengan peran besar Wali Songo. Ini merupakan periode awal perkembangan Islam di tanah Jawa.

2. Adipati Unus

Adipati Unus adalah anak dari Raden Patah. Setelah sang ayah gugur, Adipati Unus yang melanjutkan takhta kerajaan Demak. Sebelum naik takhta menjadi sultan, Adipati Unus terkenal memiliki keberanian sebagai panglima perang. Bahkan, Adipati Unus mendapat julukan khusus sebagai Pangeran Sabrang Lor.

3. Sultan Trenggana 

Sultan Trenggana juga merupakan anak pendiri Kerajaan Demak, Raden Patah. Beliau meneruskan takhta Kerajaan Demak setelah Adipati Unus meninggal dunia. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak meraih masa kejayaan yang ditandai dengan kekuasaan Demak sampai ke Jawa bagian barat dan timur.

Namun, ketika beliau menyerang Panarukan yang saat itu ada di bawah kekuasaan Kerajaan Blambangan, Sultan Trenggono gugur. Hingga berakhirlah kekuasaannya di Demak.

4. Sunan Prawoto 

Sunan Prawoto adalah putera mahkota dari Sultan Trenggono. Akibat Sultan Trenggono yang gugur, kekuasaan Sunan Prawoto di Demak melemah dan terancam. Pangeran Sekar dan Pangeran Surowiyoto berusaha mengalahkan Sunan Prawoto dan berambisi mengambil alih Demak.

Namun, Sunan Prawoto berhasil membunuh Pangeran Surowiyoto dan tetap menduduki kekuasaan. Sayangnya, insiden tersebut malah membuat dukungan pada kekuasaannya semakin melemah.

Beliau kemudian memindahkan pusat kerajaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, daerah di Jawa Tengah. Sunan Prawoto pada akhirnya hanya menjabat selama satu tahun karena terbunuh di tahun 1547 Masehi.

5. Arya Penangsang

Arya Penangsang menduduki takhta Demak setelah membunuh pendahulunya, yakni Sunan Prawoto. Beliau juga menyingkirkan Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, penguasa Jepara yang dianggap berbahaya bagi kekuasaannya di Demak. 

Hal tersebut pula yang menjadi alasan munculnya sikap tidak senangnya pada adipati Demak, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang. Ini menyebabkan adanya pemindahan pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan dari Arya Penangsang. Kekuasaan Arya Penangsang bisa bertahan sampai dengan tahun 1554.

Pada tahun itu pula, Pangeran Hadiwijaya dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, serta anaknya Sutawijaya. Mereka memberontak melawan Demak dan menyebabkan Arya Penangsang tewas. Kemudian, Hadiwijaya menduduki takhta dan memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang yang menandai berakhirnya kekuasaan kerajaan ini.

Baca juga : Pendiri Kerajaan Singosari dan Latar Belakang yang Legendaris

Sudah Tahu Siapa Pendiri Kerajaan Demak?

Pendiri kerajaan Demak dan penguasa selanjutnya menjadi bukti sejarah panjang nusantara. Serta menjadi cikal bakal dan awal mula agama Islam dapat berkembang pesat dan menjadi agama lokal di tanah Jawa. Lewat visi dan kepemimpinan yang kuat, Kerajaan Demak berhasil memperluas pengaruhnya di Nusantara. 

Perkembangan kerajaan juga memberi kontribusi signifikan dalam perkembangan Islam di Jawa. Kejayaan Kerajaan Demak tidak hanya menciptakan fondasi budaya dan politik yang kuat. Namun, juga membuka jalan bagi perkembangan kerajaan selanjutnya di nusantara. 

Karena itu, sejarah kerajaan dan peran para penguasanya menjadi bagian integral warisan sejarah yang patut dihargai. Sebagai generasi penerus, kamu sebaiknya ikut mempelajari sebagai wujud penghormatan. Mengunjungi peninggalan kebudayaannya seperti Masjid Agung Demak dan Situs Kolam Wudhu juga bisa kamu lakukan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page