Pengertian Laba Tertahan, Jenis, Contoh & Cara Menghitungnya

Laba tertahan juga dikenal dengan istilah retained earnings, yaitu bagian dari laba bersih yang tertahan. Seperti namanya, laba ini tidak diberikan kepada para investor untuk tujuan lain. Kemunculan laba ini dipengaruhi oleh beberapa jenis transaksi. Simak penjelasannya di bawah ini!

Pengertian Laba Tertahan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), retained earnings merupakan saldo dari laba bersih yang sudah dikurangi pajak oleh rapat anggota atau RUPS yang disepakati untuk tidak dibagikan kepada pihak manapun.

Berdasarkan pengertian di atas, laba yang ditahan akan digunakan untuk tujuan lain, seperti tambahan modal, keperluan investasi, hingga dana darurat.

Pendapat lain tentang retained earnings adalah sisa dari laba bersih yang sudah dikurangi oleh dividen. Istilah dividen merujuk pada distribusi keuntungan dalam perusahaan yang dibagikan kepada para investor atau pemegang saham dengan jumlah yang sebanding dengan jumlah kepemilikan sahamnya.

Laba yang ditahan harus berdasarkan pada keputusan bersama dalam RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham. Biasanya, keputusan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi keuangan perusahaan, strategi marketing, hingga persyaratan pendanaan operasional bisnis untuk periode selanjutnya.

Pengaruh lain yang membuat profitabilitas mengalami kenaikan atau penurunan, di antaranya perubahan biaya produksi, biaya penjualan yang berubah, perubahan tarif pajak perusahaan, jumlah dividen yang berubah, perubahan laba bersih, dan biaya administrasi yang berubah.

Jenis-Jenis Transaksi yang Mempengaruhi Laba Ditahan

Terbentuknya laba ditahan memang dipengaruhi oleh beberapa jenis transaksi yang terjadi selama satu periode pembukuan berlangsung. Namun, tidak semua jenis transaksi bisa mempengaruhi terbentuknya laba tertahan.

Artinya, hanya jenis-jenis transaksi tertentu yang bisa mempengaruhi jenis laba satu ini. Jenis transaksi tersebut, antara lain:

  • Transaksi laba bersih dari penjualan.
  • Transaksi kerugian dari perusahaan.
  • Pembagian dividen kepada para investor atau pemegang saham perusahaan.
  • Koreksi pembukuan atas laporan laba atau rugi pada periode sebelumnya.

Itulah beberapa jenis transaksi yang bisa mempengaruhi terjadinya laba ditahan. Umumnya, laporan laba ditahan masuk ke dalam laporan perubahan modal. Selain itu, jenis laba ini juga mencakup adanya perubahan laba ditahan.

5 Karakteristik Laba Ditahan

Laba ditahan memiliki karakteristik yang membuatnya berbeda dari jenis laba lainnya. Berikut beberapa karakteristik dari laba ditahan yang perlu diketahui oleh para pebisnis:

1. Adanya Kesalahan Laporan Keuangan

Karakteristik pertama adalah adanya kesalahan laporan keuangan yang terjadi pada periode sebelumnya. Laba akan ditahan jika akuntan atau penanggung jawab keuangan belum memberikan data valid.

Agar menghindari kerugian dan kecurangan dalam pembagian laba, maka perusahaan akan menunda atau menghentikan pembagian tersebut hingga laporan keuangan sudah benar atau sesuai.

2. Perubahan Metode Perhitungan

Berikutnya adalah adanya perubahan metode perhitungan dalam perusahaan. Perubahan ini sering terjadi dan menjadi alasan utama terjadinya laba ditahan.

Perubahan metode perhitungan pada perusahaan biasanya terjadi karena pemberlakuan sistem bulanan menjadi sistem harian. Karena perubahan inilah yang mengharuskan perusahaan menunda pembagian modal hingga metode perhitungan sudah tepat.

3. Adanya Perubahan Prinsip Akuntansi

Karakteristik dari laba tertahan berikutnya adalah adanya perubahan prinsip akuntansi dalam perusahaan. Perubahan prinsip akuntansi pada periode sebelumnya memang bisa mempengaruhi laba ditahan.

Contoh dari perubahan prinsip akuntansi yang terjadi pada periode sebelumnya, antara lain perubahan model laporan keuangan yang sudah disusun dan perubahan pada metode perhitungan.

4.  Adanya Perubahan Manajemen Perusahaan

Perubahan manajemen pada perusahaan juga menyebabkan laba ditahan. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas kerja, mengantisipasi kecurangan, dan menghindari kecurigaan.

Penahanan laba juga berguna untuk menyesuaikan manajemen baru dengan SOP perusahaan. Selain itu, manajemen baru juga bisa menunjukkan kredibilitasnya untuk mengelola keuangan.

5. Adanya Penyesuaian Nilai Rupiah

Terakhir adalah adanya penyesuaian nilai rupiah. Seperti yang diketahui, nilai tukar rupiah bisa mengalami kenaikan dan penurunan sewaktu-waktu. Perubahan nilai tukar inilah yang akan mempengaruhi hasil perhitungan laba perusahaan secara signifikan.

Cara Menghitung dan Contohnya

Laba yang ditahan adalah salah satu jenis laporan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan, sehingga penyusunannya harus dilakukan secara rutin. Laporan dari laba tertahan inilah yang akan mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan bisnis yang ditentukan. Berikut cara menghitung serta contohnya:

1. Menghitung Laba Kotor

Cara pertama adalah menghitung jumlah laba kotor. Komponen pertama ini diperoleh dari hasil penjualan, tapi belum dikurangi dengan jumlah pengeluaran perusahaan.

Rumus untuk menghitung laba kotor, yaitu:

Laba Kotor= Pendapatan Penjualan-Harga Pokok Penjualan

Contoh, perusahaan A menjual produk kosmetik sebesar Rp250.000.000,00. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp100.000.000,00.

Maka, cara menghitungnya adalah:

Laba Kotor= Rp250.000.000,00 – Rp100.000.000,00= Rp150.000.000,00

Jadi, total laba kotor yang diperoleh perusahaan A dari penjualan produk kosmetik tersebut adalah sebesar Rp150.000.000,00.

2. Menghitung Laba Operasional

Cara kedua, yakni menghitung laba operasional perusahaan. Berikut rumus menghitung laba operasional perusahaan:

Laba Operasional= Laba Kotor-Biaya Operasional

Contoh, laba kotor yang diperoleh perusahaan A sebesar Rp150.000.000,00; Sedangkan total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp100.000.000,00. Maka, cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

Laba Operasional= Rp150.000.000,00 – Rp100.000.000,00= Rp50.000.000,00

Jadi, total laba operasional yang diperoleh perusahaan A dari perhitungan di atas adalah Rp50.000.000,00.

3. Menghitung Laba Bersih Sebelum Pajak

Cara ketiga, yaitu menghitung laba bersih sebelum pajak. Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan total laba ditahan. Berikut rumus menghitungnya:

Laba Bersih Sebelum Pajak= Laba Operasional-(Bunga+Depresiasi+Amortisasi)

Contoh, laba operasional dari perusahaan A sebesar Rp50.000.000,00. Sedangkan bunga yang diperoleh sebesar Rp5.000.000,00; depresiasi Rp3.000.000,00; dan amortisasi Rp2.000.000,00.

Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Sebelum Pajak= Rp50.000.000,00 – (Rp5.000.000,00 + Rp3.000.000,00 + Rp2.000.000,00)

=Rp50.000.000,00-Rp10.000.000,00

=Rp40.000.000,00

Dari perhitungan di atas, laba bersih sebelum pajak yang diperoleh perusahaan A sebesar Rp40.000.000,00.

4. Menghitung Laba Bersih Terkena Pajak

Setelah menghitung laba bersih sebelum pajak, cara selanjutnya adalah menghitung laba bersih yang terkena pajak. Berikut rumus untuk menghitung laba bersih terkena pajak:

Laba Bersih Setelah Pajak= Laba Bersih Sebelum Pajak-Tarif Pajak

Contoh, laba bersih sebelum pajak yang diperoleh perusahaan A sebesar Rp40.000.000,00. Sedangkan tarif pajak yang diperoleh sebesar Rp10.000.000,00. Maka, cara menghitung laba bersih yang terkena pajak adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak= Rp40.000.000,00-Rp10.000.000,00= Rp30.000.000,00

Jadi, jumlah laba bersih perusahaan A yang sudah terkena pajak adalah sebesar Rp30.000.000,00.

5. Cara Menghitung Laba Tertahan

Terakhir adalah mencari jumlah laba yang akan ditahan oleh perusahaan. Untuk menghitung laba yang ditahan, perusahaan bisa mengikuti rumus berikut ini:

Laba Ditahan= Laba Bersih Setelah Pajak-Dividen

Contoh, jumlah laba bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan A sebesar Rp30.000.000,00. Sedangkan dividen berjumlah 12.000.000,00. Maka, cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

Laba Ditahan= Rp30.000.000,00-Rp12.000.000,00= Rp18.000.000,00

Dari perhitungan di atas, diperoleh laba ditahan sebesar Rp18.000.000,00 dalam satu periode. Jumlah tersebut bisa mengalami perubahan di periode berikutnya.

Itulah 5 cara atau tahapan menghitung laba ditahan yang bisa diikuti oleh perusahaan. Perhitungan yang tepat akan membuat laporan keuangan perusahaan tidak mengalami masalah, khususnya laporan laba yang akan ditahan 

Sudah Paham Perihal Laba Tertahan?

Laba ditahan disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Tujuan dari penahanan laba cukup beragam, salah satunya sebagai tambahan modal investasi atau dana darurat.Perhitungan laba ditahan melibatkan beberapa transaksi, mulai dari laba kotor, laba operasional perusahaan, laba bersih sebelum pajak, dan laba bersih setelah pajak. Sebagai pebisnis, perhitungan laba tertahan harus dilakukan dengan tepat untuk menghindari kecurangan atau penyalahgunaan wewenang.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page