Penyakit OCD: Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Pernahkan kamu mendengar sebuah gangguan kesehatan yang bernama penyakit OCD? Ini merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang cukup banyak diderita oleh orang-orang di seluruh dunia. Bacalah artikel ini supaya kamu mengerti seperti apa gejala dan penyebab timbulnya penyakit ini.

Apa Itu Penyakit OCD?

Rata-rata gangguan otak dan kejiwaan dapat membuat penderitanya merasa susah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, ada pula gangguan jiwa yang membuat pengidapnya melakukan sesuatu dengan sangat rinci dan berulang-ulang. Itulah yang kita kenali dengan nama perilaku obsesif-kompulsif atau OCD.

Secara singkat, penyakit OCD adalah suatu gangguan medis dimana penderitanya mengalami tingkah laku kompulsif atau terpaksa. Perilaku paksaan ini kemudian merangsang pasien untuk menjadi terobsesi dengan suatu kegiatan.

Salah satu ciri yang membedakan gangguan jiwa ini dengan penyakit lain yang sejenis ialah pasien menyadari apa yang sedang mereka lakukan. Hanya saja, pasien sering merasa jika mereka tidak dapat menghentikan kebiasaan kompulsif itu, yang lalu membuat mereka cemas dan lelah.

Macam-Macam Penyebabnya

Suatu penyakit atau gangguan medis tidak mungkin datang tanpa adanya penyebab yang menimbulkan penyakit itu. Penyakit OCD memiliki kurang lebih tiga penyebab umum yang bisa datang kepada penderitanya dalam berbagai bentuk.

1. Warisan Genetik

Ada beberapa gangguan kejiwaan yang dapat diwariskan dari orang tua ke anak, dan penyakit OCD ialah salah satu contohnya. Seorang anak bisa mengidap gangguan kepribadian kompulsif ini apabila salah satu orang tuanya juga menderita OCD.

Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang menderita OCD atau tidak ialah dengan mengecek riwayat tumbuh kembangnya. Apabila kamu punya kebiasaan kompulsif semenjak kecil, artinya kamu mengidap OCD warisan.

2. Gangguan Saraf Otak

Bagian depan otak manusia, atau korteks frontal, berfungsi mengelola kemampuan kita dalam membuat rencana dan keputusan. Jika bagian otak ini terganggu, maka kita akan kesulitan dalam menentukan apa yang perlu dan tak perlu kita lakukan.

Dalam beberapa kasus, penyalahgunaan obat dan zat narkotika bisa mengganggu keseimbangan zat serotonin di korteks frontal ini. Akibatnya, si penderita menjadi sulit untuk mengingat apakah dia sudah melakukan sesuatu atau belum.

3. Pola Hidup Negatif

Bahkan andaikata kamu tergolong bebas dari bawaan genetik, kamu tetap saja berisiko terkena penyakit OCD. Ini bisa timbul dari pola hidup yang negatif, misalnya kepribadian perfeksionis yang menghendaki kesempurnaan pada segala hal.

Adapun bentuk pola hidup negatif yang dapat memicu timbulnya OCD yaitu kebiasaan pamer kepada orang lain. Orang yang suka pamer akan berusaha membuat dirinya benar-benar tanpa cacat, sehingga dia sibuk mengatur-atur lingkungan sekitarnya.

Gejala-Gejala pada Penyakit OCD

Sebetulnya ada banyak sekali gejala yang ditimbulkan oleh gangguan kepribadian kompulsif ini, baik yang terlihat maupun tidak. Meskipun begitu, ada sekitar empat gejala yang hampir pasti dialami oleh semua orang yang mengidapnya.

1. Perilaku yang Berulang-Ulang

Gejala gangguan obsesif-kompulsif yang pertama dan paling banyak muncul ialah tingkah laku mengulang-ulang suatu tindakan. Pasien biasanya percaya bahwa, apabila mereka tidak mengerjakan sesuatu hingga sempurna, maka mereka akan mendapat masalah di kemudian hari.

Contohnya seperti menyapu rumah sampai tiga kali padahal rumah sudah bersih dan tak ada debu yang tersisa di lantai. Ada pula contoh perilaku berupa berkeliling rumah berkali-kali demi memeriksa apabila ada barang yang lupa dia letakkan kembali di tempatnya.

Bukan hanya gaya hidupnya saja yang berulang-ulang, tetapi juga cara si penderita berbicara. Orang yang mengidap OCD akan mengulang-ulang kata, kalimat, atau irama sehingga pendengarnya menjadi bosan. Hal ini bisa jadi karena orang tersebut khawatir jika dia tidak berbicara dengan jelas.

2. Takut Terhadap Kuman

Gejala kedua yang dapat ditunjukkan oleh para pengidap penyakit OCD yaitu takut terhadap kuman yang berlebihan. Pasien akan merasa yakin bahwa di sekeliling mereka ada virus dan bakteri yang berkeliaran. Oleh karena itu, mereka mendadak jadi suka bersih-bersih di rumahnya.

Sekadar rajin bersih-bersih saja bukan tanda seseorang mengidap gangguan obsesif-kompulsif. Kebiasaan bersih-bersih tersebut haruslah yang bersifat tidak wajar dan amat sangat teliti. Saking telitinya, si penderita bahkan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membersihkan diri dan rumah.

Dalam kasus yang sudah parah, penderita OCD akan menolak untuk melakukan jabat tangan. Bukan hanya dengan orang asing saja, tetapi juga dengan teman dan anggota keluarganya sendiri. Gejala ini pun akan mengakibatkan si pasien menjadi takut untuk pergi keluar rumah.

3. Menata Barang secara Simetris

Adapun gejala yang umum terdapat pada penderita penyakit OCD yaitu kebiasaan menata barang-barang di sekitarnya dengan sangat teliti. Barang yang pasien atur cenderung berada dalam posisi yang simetris, rapi, dan tidak pernah berubah tempat atau susunannya.

Misalnya seperti ini; seorang pengidap OCD sedang menata rak sepatu. Susunan rak sepatu di bagian atas terdiri dari sepatu olahraga, lalu di tengah ada sepatu formal, dan di bawahnya sandal kasual. Tata rak sepatu tersebut akan pasien atur agar selalu seperti ini dan tak boleh berubah.

Inilah gejala yang acap kali pasien OCD keluhkan, sebab perilaku menata barang dengan simetris ini dapat menguras tenaga dan waktu mereka. Gejala ini bisa jadi akan lebih melelahkan jika pasien juga mengidap ketakutan terhadap kuman dan virus seperti pada bagian sebelumnya.

4. Selalu Meragukan Banyak Hal

Satu lagi gejala yang cukup banyak dialami oleh pasien pengidap gangguan obsesif-kompulsif ialah selalu merasa ragu akan perbuatan mereka. Penderita OCD sering memikirkan apakah kegiatan yang telah mereka lakukan sudah cukup atau masih kurang, sehingga harus mereka ulangi lagi.

Apakah semua lampu di rumah sudah saya matikan? Sudahkah saya cuci tangan pakai sabun pagi ini? Bagaimana jika saya lupa membereskan kamar tidur? Kumpulan pertanyaan yang tampak sepele di mata orang lain tersebut dapat membuyarkan konsentrasi orang pengidap OCD.

Pasien lalu akan menghabiskan banyak waktu demi memeriksa atau mengulangi apa yang sekiranya belum mereka kerjakan dengan benar. Apabila mereka terhalang dari melakukan kebiasaan kompulsif tersebut, maka pasien akan mengalami perasaan cemas, panik, atau bahkan marah.

Cara Mengobati Penyakit OCD

Karena sifatnya yang berupa penyakit kejiwaan, gangguan obsesif-kompulsif tidak bisa begitu saja diobati dengan minum obat. Ada beberapa metode pengobatan yang dapat pasien jalani tergantung dari tingkat keparahan gejalanya.

1. Terapi Kognitif

Metode pengobatan penyakit OCD yang pertama ialah terapi perilaku kognitif atau CBT. Terapi ini membutuhkan suatu simulasi khusus yang bertujuan menghilangkan kebiasaan obsesif-kompulsif. Dokter akan berperan sebagai pemberi instruksi yang mengarahkan pasien untuk melakukan suatu hal.

Sementara itu, pasien dalam terapi via simulasi ini wajib melakukan segala cara untuk menghilangkan kebiasaan kompulsifnya yang terangsang. Pada akhir terapi kognitif ini, pasien sudah harus bisa mencegah dirinya dari melakukan perbuatan kompulsif tanpa arahan dari dokter.

2. Terapi Relaksasi

Relaksasi dalam ranah ini bukan berarti bersantai tanpa kerjaan, melainkan terapi mental untuk meredakan rasa cemas berlebih pada pasien OCD. Contoh kegiatan pada terapi relaksasi ini misalnya yoga, senam, meditasi, dan juga pijat di sekitar area kepala pasien.

Aneka kegiatan relaksasi tersebut mampu menghadirkan perasaan tenang dan fokus kepada pikiran orang yang menderita penyakit OCD. Dengan begini, pasien mampu menjaga pola hidup yang sehat, wajar, dan tidak tergantung dengan obat-obatan anti depresi yang harganya seringkali mahal.

3. Neuromodulasi

Alat neuromodulasi yang lumayan canggih ini bisa menjadi sarana pengobatan untuk gangguan obsesif-kompulsif. Perangkat ini mampu menghasilkan energi yang bisa mengatur energi listrik di sekitar otak pasien. Sel-sel saraf yang menerima rangsangan energi pun diharapkan bisa melenyapkan gejala OCD.

Perlu kamu ketahui bahwa dokter hanya akan menyarankan terapi dengan alat neuromodulasi ini pada kasus-kasus yang tergolong parah. Maksudnya adalah jika pasien OCD tidak kunjung belum sembuh padahal sudah menjalani beragam terapi dan pengobatan lainnya.

Sudah Paham tentang Penyakit OCD?

Gangguan jiwa obsesif-kompulsif bisa berdampak buruk kepada kemampuan pasien yang mengidapnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Makanya, daripada gangguan OCD ini dibiarkan tanpa terapi, ada baiknya jika pasien atau keluarganya mencari layanan kesehatan yang mumpuni.

Share: