Psikolog dan psikiater sering digunakan jasanya untuk menangani gangguan kesehatan mental. Keduanya menangani masalah yang sama dan bertujuan untuk membantu pasien dalam mengelola kesehatan mental. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan yang signifikan. Yuk, ketahui perbedaan psikolog dan psikiater!
Daftar ISI
Apa Itu Psikolog?
Psikolog merupakan orang-orang yang memperdalam ilmu psikologi dan melanjutkannya ke studi profesi. Secara umum, studi profesi psikolog akan membantu menerapkan ilmu kepada seseorang yang mengalami masalah kejiwaan.
Bidang ini berfokus pada metode penanganan untuk mengendalikan faktor yang menjadi pemicu gangguan mental dari segi non media. Secara umum, psikolog akan menerapkan teknik psikoterapi, tes, dan konseling untuk pasien. Oleh sebab itu, psikolog harus memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik.
Selain itu, psikolog juga memiliki sesi konseling dan penanganan pasien yang sangat luas dengan berbagai teknik. Mulai dari mendengarkan, menggali masalah, membuka pertanyaan, menggambarkan situasi, dan lain sebagainya.
Melalui penanganan psikolog, diharapkan dapat membantu menentukan diagnosa untuk pasien. Dengan demikian, mereka dapat menganalisa solusi terbaik untuk membantu masalah yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pasien dapat melawan masalahnya tanpa rasa takut.
Apa Itu Psikiater?
Psikiater berperan sebagai dokter medis yang memiliki spesialisasi di bidang kesehatan mental manusia. Ini juga menjadi perbedaan psikolog dan psikiater yang signifikan.
Menjadi seorang psikiater harus memiliki pemahaman tentang kondisi kesehatan dengan jelas, baik itu fisik maupun mental. Dengan demikian, psikiater dapat mengidentifikasi jenis pengobatan yang paling tepat.
Berdasarkan pernyataan Dr. Danielle J.Johnson yang berasal dari American Psychiatric Association. Ia menjelaskan bahwa, psikiater bertugas untuk mendiagnosis, mencegah, dan mengobati gangguan mental dengan menggunakan obat-obatan tertentu.
Sebagai contoh, misalnya seperti gangguan mental bipolar, kecemasan, obsesif kompulsif (OCD), pasca trauma (PTSD), kecanduan obat-obatan, skizofrenia, fobia, stress, anoreksia, dan lain sebagainya.
Jika ingin menjadi seorang psikiater, maka Anda harus menempuh pendidikan kedokteran terlebih dahulu. Selain itu, pendidikan yang ditempuh juga harus bersifat formal dan bukan hanya pelatihan saja. Setelah menyelesaikan pendidikan, maka Anda dapat menjabat sebagai seorang dokter umum.
Kemudian, Anda perlu melakukan residensi dalam jangka waktu empat tahun. Sehingga dapat memfokuskan diri ke satu bidang, yakni psikiatri. Pendidikan lanjutan tersebut sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang dimiliki oleh psikiater.
5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater
Meskipun keduanya berada di bidang yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan psikolog dan psikiater yang perlu Anda ketahui sebelum memutuskan berobat di salah satunya. Berikut adalah uraian mengenai beberapa perbedaannya:
1. Latar Belakang Pendidikan
Seperti penjelasan di atas, psikiater berperan sebagai dokter medis. Oleh sebab itu, menjadi seorang psikiater membutuhkan jenjang pendidikan yang tinggi. Psikiater harus berasal dari lulusan kedokteran, memiliki aktivitas magang medis, dan 3 tahun residensi tentang pengobatan gangguan kesehatan mental.
Inilah mengapa seorang psikiater akan memiliki gelar dokter spesialis kesehatan jiwa, karena mereka mengambil spesialisasi di bidang psikiatri. Berbeda dengan psikiater, psikolog bukanlah dokter medis. Psikolog cenderung memiliki gelar PhD filsafat atau PsyD klinis.
Secara umum, psikolog akan melakukan 1 hingga 2 tahun magang terlebih dahulu. Sama seperti psikiater, psikolog juga memiliki pelatihan tentang tes psikolog. Misalnya seperti tes kepribadian, tes IQ, dan tes lain sebagainya.
Pelatihan medis yang dilakukan psikiater memberikan keuntungan dalam membuat resep obat. Proses resep obat adalah perbedaan psikolog dan psikiater yang paling menonjol. Akan tetapi, ada juga negara tertentu yang mengizinkan psikolog meresepkan obat psikiatri dengan syarat telah kursus psikofarmakologi.
Seorang psikolog harus menempuh pendidikan S1 di jurusan Psikologi, kemudian mengambil program magister profesi untuk dapat membuka praktik dan konseling psikolog. Di Indonesia, ada beberapa bagian peminatan dalam magister psikologi profesi antara lain sebagai berikut:
- Psikologi perkembangan.
- Psikologi sosial.
- Terapan psikologi kesehatan.
- Terapan psikologi olahraga.
- Psikologi industri dan organisasi.
- Terapan psikologi anak usia dini.
- Psikologi pendidikan.
- Terapan psikologi sumber daya manusia (SDM).
Jika ingin melakukan konsultasi yang berkaitan dengan psikologi, maka sebaiknya pilih psikolog yang keahliannya sesuai dengan masalah dan keluhan Anda. Sementara itu, psikiater cenderung menangani masalah kejiwaan yang lebih serius. Hal tersebut terjadi karena ia adalah dokter spesialis jiwa dengan gelar Sp.KJ.
2. Cara Mendiagnosis
Psikiater memiliki tugas untuk menganalisa penyebab dari gejala gangguan mental dari segi medis. Selain itu, psikiater juga perlu mencari tahu apakah ada kelainan saraf. Dengan demikian, psikiater akan bertanggung jawab dalam menemukan diagnosis dan cara pengobatan yang paling tepat untuk gangguan tersebut.
Sementara itu, psikolog bertugas untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya gangguan mental dari segi non medis. Sebagai contoh, seperti susunan keluarga, pola asuh, pengaruh lingkungan sosial, dan tumbuh kembang dari usia bayi hingga dewasa.
Jadi, psikolog lebih fokus pada terapi psikososial, yakni menyangkut tentang pikiran, emosi, dan perilaku kliennya. Ketika melakukan diagnosa, psikolog akan membuat pasien bercerita tentang masalah yang mereka hadapi. Setelah itu, pasien perlu melakukan cognitive behavioural test untuk melihat emosional dan perilakunya.
Seberapa beratnya hasil tes akan bergantung pada masalah yang dihadapi oleh pasien. Adapun beberapa jenis tes yang digunakan oleh psikolog, mulai dari tes IQ, kuesioner, dan neuropsikologi. Tes berfungsi untuk melihat perkembangan pasien secara kognitif dan memori.
Jika pasien mengalami gangguan mental yang sangat parah, maka psikolog wajib memberikan rekomendasi kepada pasien untuk melanjutkan kontrol dan pemeriksaan dengan psikiater.
Secara umum, psikiater akan melakukan diagnosis gangguan kejiwaan dengan tingkat yang lebih kompleks. Jika gangguan mental yang dialami pasien sangat parah, terutama dapat mengganggu aktivitas dan fungsi tubuh. Maka, psikiater akan memberikan terapi dan obat-obatan untuk mendukung proses penyembuhan.
3. Jenis Gangguan Mental yang ditangani
Perbedaan selanjutnya adalah terdapat pada jenis gangguan mental yang ditanganinya. Jadi, psikolog tidak bisa melakukan diagnosis pada gangguan mental yang dialami oleh pasien. Karena psikolog hanya mampu melakukan konseling tentang gejala tersebut.
Mulai dari masalah pekerjaan, percintaan, pekerjaan, dan kecanduan terhadap suatu hal. Pada jenis terapinya, psikolog hanya akan merekomendasikan untuk melakukan aktivitas tertentu. Misalnya seperti olahraga, melatih sugesti, membentuk pola pikir, journaling, dan meditasi.
Lain halnya dengan psikiater, yakni dokter kejiwaan yang dapat melakukan identifikasi terhadap gangguan mental akibat kondisi tertentu. Penyakit mental yang ditangani psikiater cenderung kompleks. Misalnya seperti depresi berat, bipolar disorder, skizofrenia, anxiety disorder, anorexia nervosa, dan lain sebagainya.
4. Pemberian Obat
Perbedaan psikolog dan psikiater berikutnya terlihat dari sisi obat. Seperti yang sudah Anda ketahui, ketika melanjutkan pendidikan kedokteran, psikiater akan mempelajari tentang materi ketidakseimbangan kimia yang ada di dalam otak manusia. Dengan demikian, psikiater akan lebih paham tentang manusia.
Karena itu, psikiater dapat memberikan resep obat-obatan dan terapi yang lebih tepat. Mulai dari farmakoterapi, pemeriksaan fisik, laboratorium, hingga terapi stimulasi otak. Cara pengobatannya berdasarkan kebutuhan pasien.
Supaya proses pengobatan berjalan dengan mudah, maka pasien wajib melakukan diagnosis mental terlebih dahulu. Berbeda dengan psikiater, psikolog lebih fokus terhadap aspek sosial di sekitar pasien. Sehingga pengobatannya bisa berupa terapi psikologis atau psikoterapi.
Bukan hanya itu saja, psikolog mampu dan kompeten dalam melakukan berbagai jenis tes psikologi sebagai pengganti obat-obatan. Tes tersebut akan dijadikan sebagai interpretasi dari segala masalah yang dialami oleh pasien. Mulai dari tes kepribadian, minat bakat, IQ, dan lain sebagainya.
5. Ruang Lingkup
Secara umum, memang psikolog dan psikiater sama-sama mendalami ilmu tentang kejiwaan. Selain itu, keduanya juga berfokus pada konsentrasi dan praktik yang sama. Mulai dari upaya penanganan, diagnosis, pencegahan, dan pemberian terapinya,
Inilah mengapa kedua bidang ini akan bekerja sama dalam melakukan koordinasi terapi terbaik untuk pasiennya. Akan tetapi, pemberian terapinya akan memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Pada bidang psikolog, pasien harus melakukan terapi pengobatan pada waktu yang telah ditentukan. Misalnya seperti setiap minggu melakukan konseling psikososial, psikoterapi, dan sejenisnya.
Sama seperti psikolog, psikiater juga akan melakukan terapi kepada pasien dengan waktu tertentu. Baik itu setiap minggu maupun bulan. Namun, psikiater akan memberikan penanganan berupa psikoterapi dan psikofarmakologi. Cara penanganannya tergantung kasus permasalahan dan kebutuhan klinis dari pasien.
Jika memiliki masalah gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat diatasi sendiri, maka sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan pihak profesional. Baik itu psikolog maupun psikiater. Bahkan ada juga beberapa pasien yang akan melakukan konsultasi dengan kedua profesi medis tersebut.
Sebenarnya, jenis pengobatan dan penangan akan tergantung kasus yang sedang dihadapi oleh pasien. Bisa jadi, awalnya pasien melakukan konsultasi ke psikolog terlebih dahulu. Namun, ternyata jenis gangguan mentalnya perlu rujukan ke psikiater, karena mengharuskan terapi yang membutuhkan obat-obatan.
Jika Mengalami Gangguan Mental, Segera Konsultasi!
Ketika sedang mengalami gangguan mental, misalnya seperti gangguan kecemasan yang berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, segera konsultasi ke psikiater atau psikolog. Melihat perbedaan psikolog dan psikiater tersebut, Anda dapat memilih tempat konsultasi yang paling tepat.