Meskipun belum mengenal bahasa dan tulisan, perkembangan teknologi manusia purba tergolong maju. Walaupun sederhana dan seadanya, seluruh alat tersebut mudah dijumpai pada alam dan berfungsi serba guna untuk menopang kehidupan.
Artikel ini akan mengulas lebih jauh mengenai perkembangan teknologi manusia purba, mulai dari teknologi batu dan tulang, antara pantai dan gua, pengenalan api, revolusi teknologi serta zaman pembuatan logam. Tanpa berlama-lama lagi, simak artikel selengkapnya!
Daftar ISI
Perkembangan Teknologi Manusia Purba & Contoh Peninggalan
Masih bergantung pada alam, manusia purba mengembangkan teknologi yang juga berasal dari alam, terutama batu. Teknologi bebatuan ini berkembang sangat pesat dalam kurun waktu yang lama. Berikut 5 proses perkembangan teknologi manusia purba dan contoh peninggalannya dari masa ke masa yang terjadi di Indonesia, yaitu:
1. Teknologi Batu dan Tulang
Menjadi alat yang manusia purba gunakan pertama kali, batu dan tulang adalah bahan-bahan yang mudah ditemui pada era prasejarah, khususnya zaman batu.
Perkembangan teknologi manusia purba ini muncul pada zaman paleolitikum yang berlangsung sekitar 600.000 tahun silam. Pada periode tersebut, kedua alat tersebut terbilang relatif simpel dan kasar.
Meski begitu, peralatan itulah yang sering kali menemani manusia purba dalam mencukupi keperluan hidup sehari-hari. Pasalnya, mereka masih menggunakan cara berburu dan mengolah makanan melalui metode food gathering (pengumpulan makanan).
Secara umum, hasil dari kebudayaan manusia purba pada masa ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pacitan dan Ngandong. Sebab, peninggalan manusia purba banyak terdapat di dua wilayah tersebut.
Hasil Kebudayaan Pacitan merupakan tempat hunian manusia purba Phitecantropus Erectus, perkembangan teknologi ini muncul di daerah Pacitan, Jawa Timur. Dalam penelitiannya, Von Koenigswald menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan pada tahun 1935 di Sungai Baksoka, Desa Punung.
Dengan bentuk ujung runcing dan tekstur kasar, alat dari batu tersebut adalah kapak genggam, yang berfungsi untuk menusuk dan menggali tanah.
Tak hanya kapak genggam, jenis alat yang paling banyak ditemukan pada wilayah Pacitan yaitu peranti yang berukuran kecil, seperti alat serpih, kapak berimbas, dan kapak penetak.
Berbeda dengan yang sebelumnya, perkembangan teknologi manusia purba tersebut justru tumbuh di daerah Ngandong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Pada daerah ini, terdapat beberapa peralatan manusia purba yang terbuat dari batu, tulang hewan, dan tanduk rusa. Berdasarkan hasil penelitian, peralatan peninggalan Ngandong berasal dari ras Pleistosen Atas.
Lebih lanjut, alat-alat kebudayaan Ngandong menunjukkan bahwa kegunaannya untuk berburu, menangkap ikan, serta, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Contoh dari kebudayaan ini berwujud kapak genggam, ujung tombak, dan alat serpih.
2. Antara Pantai dan Gua
Tidak berhenti sampai di situ, zaman batu terus berlangsung dan manusia purba mulai menjajaki teknologi yang lainnya. Saat memasuki era mesolitikum (batu tengah), kebudayaan manusia purba setingkat lebih maju dari zaman paleolitikum.
Kendati demikian, bentuk dan hasil dari kebudayaan paleolitikum tidak serta merta punah, melainkan mengalami penyempurnaan yang lebih baik lagi.
Secara garis besar, perkembangan teknologi manusia purba pada kebudayaan mesolitikum terbukti dengan adanya tempat tinggal yang berada pada dua lokasi, yakni pantai dan gua.
Dari tempat tinggal manusia prasejarah di tepi Pantai, terdapat kapak genggam yang bentuk dan coraknya berbeda dari yang ada pada zaman paleolitikum.
Sementara itu, abris sous roche mengindikasikan manusia purba pendukung kebudayaan tersebut bertempat tinggal di gua-gua.
Beberapa teknologi bebatuan, seperti ujung panah, alat serpih, batu penggilingan serta peralatan dari tulang dan tanduk rusa menjadi ciri khas dari kebudayaan ini.
Meski setingkat lebih maju dari sebelumnya, teknologi zaman ini memang masih mengandalkan alam. Maka tak heran, jika contoh peninggalannya tidak jauh berbeda dari teknologi batu dan tulang.
3. Mengenal Api
Bagi manusia prasejarah, api memainkan peran yang cukup krusial dan membawa pengaruh yang besar pada kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data arkeologi, proses penemuan api terjadi 400.000 tahun yang lalu, tepat pada periode manusia homo erectus.
Besar kemungkinan, pemanfaatan api menjadi meluas karena akibat dari penggunaan metode yang membenturkan batu dan menggosokkan kayu secara bersamaan. Sebagai hasilnya, percikan api yang muncul tersebut lalu manusia purba arahkan ke dedaunan kering, lumut, atau rumput halus yang mudah terbakar.
Jenis perkembangan teknologi manusia purba tersebut tak hanya sekedar sebagai alat pemanas tubuh dari iklim yang dingin, melainkan lebih dari itu.
Kehadiran teknologi api dapat manusia prasejarah manfaatkan untuk berbagai hal. Misalnya, sumber penerangan, alat pemasak bahan makanan, dan bentuk perlindungan dari hewan buas.
Dengan adanya kehadiran api tersebut, manusia purba lebih maju dan dapat memanaskan bahan makanan yang mereka temukan.
4. Revolusi Teknologi Manusia Purba
Seiring berjalannya waktu, manusia purba terus mengalami revolusi dari gaya hidup mereka. Pola hidup yang awalnya berburu dan meramu, lambat laun berubah menjadi memproduksi makanan secara mandiri lewat cara bercocok tanam.
Pada prosesnya, perkembangan teknologi ini merupakan perwujudan revolusi peradaban prasejarah. Tujuannya untuk menunjukkan fungsi, manfaat, dan tingkat perubahan yang memengaruhi masyarakat pada praktik pertanian secara bertahap.
Dalam revolusi teknologi, manusia purba mulai meninggalkan kehidupan nomaden dan beralih untuk menerapkan teknik pertanian sederhana.
Selain itu, manusia prasejarah juga telah mengenal tradisi pertukaran barang dan mahir dalam pembangunan tempat tinggal dengan kategori yang permanen.
Usut punya usut, manusia purba yang hidup pada zaman ini telah mengetahui teknologi yang berfungsi untuk menghaluskan batu.
Maka dari itu, penemuan ragam peralatan pada era revolusi teknologi tersebut berupa kapak bahu, kapak lonjong, kapak persegi, dan mata panah yang sudah teramplas dengan lembut.
5. Perkembangan Zaman Logam
Setelah berakhirnya masa neolitikum, manusia purba menapaki zaman logam. Sesuai dengan namanya, zaman logam adalah masa kejayaan dari peralatan yang berbahan logam.
Menjadi akhir dari masa praaksara, perkembangan teknologi manusia purba ini membuat kehidupan manusia makin kompleks dan terampil.
Lebih jauh, era logam juga berarti sebagai zaman perundagian, karena dalam masyarakatnya terdapat kaum undagi yang memiliki keterampilan pada bidangnya masing-masing.
Konon, manusia prasejarah yang hidup pada zaman logam telah berhasil menciptakan jenis teknologi yang cukup canggih dan menggunakannya untuk keperluan sehari-hari.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab logam tidak mudah pecah dan gampang untuk dipahat, sebagaimana halnya bebatuan.
Untuk membuatnya, manusia purba harus melakukan pengolahan bahan logam terlebih dahulu. Setelahnya, manusia prasejarah dapat meleburkan serta membentuk bahan logam tersebut yang sesuai dengan keinginan dan fungsinya.
Adapun, contoh peralatan dari zaman logam, antara lain kapak corong, nekara, arca dan bejana perunggu.
Sudah Tahu Tentang Perkembangan Teknologi Manusia Purba?
Perkembangan teknologi manusia purba menjadi bukti kemajuan peradaban kuno dan membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Meskipun penuh keterbatasan dalam bahasa, tulisan, dan peralatan yang terkesan coba-coba, manusia purba tetap berusaha mengembangkan teknologi yang berkelanjutan dengan sangat baik.
Selain memainkan peran yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, teknologi manusia prasejarah juga berfungsi sebagai proses evolusi gaya hidup yang lebih mumpuni. Maka tak heran, teknologi yang berkembang pada masa manusia purba terus mengalami perubahan dengan rentang waktu yang relatif panjang.