Prasasti Kudadu adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan paling terkenal. Prasasti ini menunjukan sebuah perjuangan Raden Wijaya dalam situasi mendesak. Ingin mengetahui sejarah dan isi mengenai prasasti tersebut? Mari simak artikel berikut ini sampai habis!
Daftar ISI
Isi Prasasti Kudadu
Prasasti Kudadu juga dikenal sebagai Prasasti Butak karena ditemukan di sekitar Gunung Buthak. Peninggalan sejarah ini mencatat tentang penghargaan yang Raja Kertarajasa Jayawardhana berikan kepada para pemimpin Desa Kudadu.
Pada dasarnya, penghargaan tersebut merupakan sebuah apresiasi. Desa Kudadu dianugerahi status yang lebih baik dan ditujukan untuk dinikmati oleh pejabat desa dan keturunannya selamanya.
Penganugerahan ini merupakan tanda terima kasih karena para pejabat Desa Kudadu telah membantu Raja Kertarajasa saat ia sedang dikejar oleh pasukan Jayakatwang setelah membunuh Raja Kertanegara.
Bagian sambadha dari Prasasti Kudadu panjangnya mencakup lebih dari tiga lempengan prasasti. Dalam tulisan tersebut, digambarkan secara detail perjalanan Wijaya yang diberi mandat oleh Raja Kertanegara untuk mengusir musuh hingga ke Desa Jasun Wungkal.
Namun, Wijaya berada dalam posisi yang sulit dan harus melarikan diri dari kejaran musuh. Meskipun ia berusaha memberontak, ia selalu terdesak karena kelebihan jumlah musuh.
Selanjutnya, saat tiba di Desa Kudadu, Wijaya mendapatkan dukungan dari para pejabat desa yang tetap loyal kepada Raja Kertanegara. Mereka memberinya perlindungan, makanan, dan minuman.
Selain itu, ada beberapa orang yang menamaninya dalam situasi tersebut. Seperti Lembu Sora, Ranggalawe, Nambi, Dangdi, Banyak Kapok, Pedang, Mahisa Pawagal, Pamandan, Gajah Pagon, dan Wiragati.
Dengan bantuan pejabat Desa Kudadu, termasuk kepala desa Macan Kuping. Wijaya akhirnya dibawa ke pelabuhan terdekat dan menyeberangi laut menuju Pulau Madura.
Ketika Wijaya naik tahta menjadi raja, ia mengingat bantuan yang diberikan oleh para pejabat Desa Kudadu. Sebagai tanda penghargaan, ia memberikan Desa Kudadu sebagai daerah bebas pajak untuk para pemimpin desa beserta seluruh generasi penerus mereka.
Asal-Usul Prasasti Kudadu
Ada dua prasasti yang menggambarkan keberhasilan Raden Wijaya dalam mengalahkan musuh dan mendirikan kerajaan Majapahit. Seorang ahli menyebutkan bahwa keduanya Raden Wijaya keluarkan sendiri. Prasasti Kudadu adalah salah satunya.
Kudadu yang juga orang kenal dengan nama Prasasti Gunung Buthak, adalah peninggalan sejarah dari era Majapahit yang berasal dari tahun 1216 saka atau 1294 M.
Dalam prasasti ada cerita mengenai pemberian penghargaan dari Raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat di Desa Kudadu dengan menjadikan desa tersebut sebagai “sima”.
Maka dari itu, penghargaan ini beliau berikan sebagai tanda terima kasih atas bantuan yang sudah Raden Wijaya terima ketika dikejar oleh pasukan Jayakatwang selama pemberontakan terhadap Singasari. Lokasi temuan prasasti ini berada di Gunung Butak, Desa Kemloko, kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Tulisan dan Terjemahan Prasasti Kudadu
Berikut adalah isi yang tertulis dalam Prasasti Kudadu:
1. Lempeng I
- swasti śaka warṣatîta, 1216, bhadrapādamāṣa, tithi pañca-
- mi kṛsṇapakṣa, ha, u, śa, wāra, maḍangkangan, bāyabyastha grhacāra,
- rohiṇinaksatra, prajāpatidewatā, mahendramaṇḍala,
- siddhiyoga, werajyamuhūrtta, yamaparwweśa, tetilakaraṇa,
- kanyarāśi irika diwasanyājñā śrî mahāwîratameśwarā nandita para
- kramottunggadewa mahābalāsapatnādhipawināśakaraṇa, śîlā
- sāraguṇa rūpa winayottamānuyukta, samasta yawadwipeśwara,
- sakala sujana dharmmasangrakṣana, narasinghanagara dharmmawiśeṣa santa-
- na, narasinghamūrtti sutātmaja, kṛtanaga-
2. Lempeng II-a
- ra duhitāsamāgamasampanna, kṛtarājasajayawarddhananāmarājabhiṣeka, tinaḍh de rakryan mantri katriṇi,
- rakryan mantri hino, dyah pamasi, rakryan mantri halu, dyah singlar,
- rakryan mantri sirikan, dyah palisir, kahiring de rakryan mantri raṇamaddyariputrāsakara,
- paramasādhuprapanna mapasanggahan sang prānarāja, rakryan mantri samarakāryyagahanakuśila,
- mahāśśratwasampanna mapasanggahan sang nayapati, rakryan mantrî dwipāntaraśatrumardanakārana sarjjawalittarañjita,
- mapasanggahan sangaryyadikara, makādi sang mantri mahāwîradikara,
- wiwidāmitra praṇayakara, sakalāmānujanurāga, mapasanggahan sangaryya wîrarāja, sakṣat suśisya de śrî ma-
3. Lempeng II-b
- hārāja kṛtanagara, tan kantun rakryan mantri sewakottamaguṇajña, mawasthā kanuruhan, rakryan mantrî śuratamendra, mawasthā dmang, makadi
- rakryan mantri wimitrariprabhitakara mawastha patih, sakṣat prah … mratisubaddhakĕn pangadĕg śrî mahārājāngkĕn iśwarapratiwimba, tankawuntat
- sang sinalahan wyawahārawiccedaka, sang pamgĕt i tirwan sangkyawyākaraṇaśāstraparisamāta, puspapāta, ḍang ācāryya kusumayuddharipu, mapañji
- paragata, sang pamgat i pamwatan sangkyawyākaraṇaśāstraparisamāpta, puspapita ḍang ācārtta anggarakṣa, sang samgĕt i jambi … puspapita ḍang
- ācāryya rudra, rakryan juru kṛanagara, sunayaduskarajña, pungkwi padlĕgan dharmmadhyakṣ a ri kaśewan, pu
4. Terjemahan
Selama tahun saka yang telah berlalu, Tahun 1216, Bulan Bhadrapāda, Tanggal (hari ke-) 52. Paro gelap bulan, Hari Hariyang Umanis Saniscara (Sabtu Legi), Wuku Medangkungan, Saat kedudukan matahari di barat laut, Saat kedudukan bulan di tempat Rohiṇi,
Dewa penguasanya Prajāpati, dan (bumi) pada lingkaran Māṇḍala milik Mahendra (orbit timur), Yoganya solar dan lunar adalah Siddhi, Muhurta pada pukul Werajya, Parwesanya Yama, Karananya Tetila.
Benda-benda langit terletak pada rasi bintang Kanya, Ketika itulah saat turunnya perintah Sri Mahāwīratameśwarānandita (Tuan utama yang agung baginda raja luhur penguasa dunia).
Parakramottaŋgadewa (Pahlawan pemberani pemilik kemuliaan bagaikan dewa), mahābaṇasapatnādhipawinakakaraṇa (raja yang mampu memusnahkan musuhnya pemilik tentara berjumlah besar).
śīlā cāra guṇa rūpawinayotta manuyukta (yang diberkati mempunyai tabiat, tenaga, budi, keluhuran dan rasa tanggungjawab). Yang menerangi seluruh penjuru pulau jawa dengan kemuliaannya (yang berkuasa di tanah jawa).
Yakni untuk melengkapi dharma keutamaan beliau sebagai Sang Pelindung sejati. Juga sebagai keturunan narasingha yang berbudi luhur terhadap negara. Dialah putra keturunan Narasinghamūrtti (Mahisa Campaka), Kretanagara…
Apa Saja Fungsi dari Prasasti Kudadu?
Ada beberapa fungsi yang mendasari aksara tertulis di atas sebuah batu. Berikut adalah beberapa fungsinya:
- Prasasti merupakan sebuah peninggalan bersejarah yang bisa berguna sebagai sebuah bukti tentang kehidupan di zaman dahulu. Semua kisah bisa tertuang di atas ukiran batu yang akan terus ada sampai sekarang.
- Selain itu, prasasti bisa menjelaskan sebuah runtutan peristiwa di masa lampau. Seperti perjuangan Raden Wijaya yang sedang terdesak karena Pasukan Jayakatwang mengincarnya.
- Fungsi yang lain dari prasasti adalah bisa menjadi medium untuk menuliskan perayaan, peresmian, dan penghormatan. Seperti pada Prasasti Kudadu yang menuliskan penghargaan kepada Desa Kudadu karena sudah menyelamatkan Raden Wijaya.
- Prasasti ini juga menjadi sumber ilmu untuk masa sekarang karena menuliskan penggalan sejarah mengenai Kerajaan Majapahit
5 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit
Selain Prasasti Kudadu, ada beberapa prasasti lain yang bisa ditemukan sebagai bukti kekuasaan Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara. Berikut beberapa di anatranya:
1. Prasasti Parung
Menurut perkiraan, prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-14 M. Di mana peninggalan sejarah ini menggambarkan sistem peradilan pada era Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, prasasti ini menjelaskan pentingnya bagi para hakim untuk bertindak dengan keadilan saat mengambil keputusan.
2. Prasasti Canggu
Pada tahun 1358 M prasasti ini pertama kali muncul. Prasasti ini berisi tentang peraturan mengenai perjalanan di kawasan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
3. Prasasti Sukamerta
Pada 1208 Saka atau sekitar tahun 1296 M, ada sebuah cerita tentang Raden Wijaya yang menikah dengan empat anak perempuan dari Kartanegara.
Jadi, bukan hanya di Prasasti Kudadu saja cerita tentang Raden Wijaya tertulis, dalam prasasti ini pun ada. Selain itu, terdapat kisah tentang Jayanegara, anak Raden Wijaya yang menjadi raja muda di Daha (Kediri) pada tahun 1295 M.
4. Prasasti Wurare
Pada 1211 Saka atau sekitar tahun 289 M, terdapat kisah tentang seorang Brahmana dengan nama Aryya Bharad yang memisahkan wilayah Jawa menjadi dua bagian.
Ini tertulis dalam Wurare. Hal tersebut terjadi karena ada perselisihan antar dua kerajaan yang hampir menimbulkan perang. Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
5. Prasasti Prapancasarapura
Menurut perkiraan, prasasti ini sudah ada sejak tahun 1320 M. Ini merupakan tulisan dari Tribhuwana Tunggadewi yang memerintah Majapahit dari tahun 1328 hingga 1350 M. Peninggalan kerajaan tersebut menceritakan tentang Hayam Wuruk yang juga memiliki nama Kummaraja Jiwana.
Baca Juga: Silsilah Kerajaan Majapahit, Peninggalan & Masa Kejayaannya
Sudah Tahu Isi dan Sejarah Prasasti Kudadu?
Prasasti Kudadu merupakan peninggalan sejarah yang sangat penting. Sebab, prasasti ini menjadi tanda perjuangan Raden Wijaya saat berada dalam situasi terdesak karena pengejaran Pasukan Jayakatwang.
Lewat prasasti tersebut kita bisa lebih mengenal siapa itu Raden Wijaya dan sifatnya yang baik dan bijaksana. Sebab, Raden Wijaya tidak melupakan ketika orang lain bersedia menolongnya. Serta berusaha untuk membalas budi meski beliau sudah berada pada puncak tahta tertinggi. Sikapnya patut untuk ditiru, bukan?