Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman peninggalan sejarah, baik itu berupa benda berukuran besar maupun kecil. Salah satu peninggalan budaya lampau yang memiliki tinjauan sejarah unik adalah Prasasti Muara Cianten.
Singkatnya, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berhasil ditemukan pada tahun 1864 M. Penasaran bagaimana kisah terbentuknya prasasti hingga isinya? Ketahui cerita dan informasi lengkap di bawah ini, yuk!
Daftar ISI
Sekilas Tentang Prasasti Muara Cianten
Bagi yang belum tahu, prasasti merupakan piagam atau sebuah dokumen tertulis yang bisa bertahan lama. Ketika beberapa arkeolog menemukan sebuah prasasti, maka itu menandakan akhir dari zaman prasejarah, yang selanjutnya memasuki zaman sejarah.
Seseorang yang mempelajari atau meneliti sebuah prasasti disebut sebagai arkeolog. Sedangkan ilmu yang membahas ruang lingkup prasasti adalah epigrafi. Prasasti merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa Sansekerta di mana berarti pujian.
Oleh sebab itu, penulisan prasasti biasanya menggunakan bahasa Sansekerta. Sedangkan fungsinya sendiri sering kali berguna untuk memuji kehebatan kepemimpinan seseorang di suatu waktu.
Akan tetapi, fungsi prasasti tidak selalu berkaitan tentang pujian kepada raja atau pemimpin kala itu. Sebab, ada beberapa prasasti yang berisikan keputusan pengadilan, sebagai tanda kemenangan, utang piutang, dan bahkan ada juga prasasti yang berisi kutukan atau sumpah.
Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa prasasti selalu ada dalam masa-masa kejayaannya para raja yang memimpin suatu kerajaan. Entah itu sebagai sumpah, citra diri seorang pemimpin, atau bahkan suatu tanda kejayaan. Sebab, masing-masing kerajaan di era pemimpinnya memiliki fungsi prasasti itu sendiri.
Contohnya seorang pendeta India yang bernama Maharesi Jayasingawarman meninggalkan banyak sekali peninggalan untuk anak bangsanya dengan isi dan maksud tujuan yang berbeda-beda. Salah satu contoh peninggalan dari raja tersebut adalah Prasasti Muara Cianten.
Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Pasir Muara ini merupakan salah satu prasasti peninggalan kerajaan yang berhasil ditemukan dalam keadaan utuh. Para ahli meyakini bahwa prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara lantaran ditemukan di dekat lokasi berdirinya kerajaan.
Isi dan Bentuk Fisik Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan pada tahun 1864 dengan bentuk fisik yang kurang baik. Sebab, pahatan yang berada di atas batu perlahan mulai menghilang. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa arkeolog dan peneliti lainnya belum bisa membaca isi dan maksud dari adanya prasasti ini.
Prasasti Muara Cianten memiliki bentuk oval atau lonjong yang terbuat dari batu andesit. Dengan ukuran panjang 317 cm, tinggi 140 cm, dan lebar 148 cm; batu ini memiliki permukaan yang halus. Meskipun batu andesit tercipta dari letusan gunung berapi, namun prasasti ini mengandung sedikit silika di dalamnya.
Sayangnya, beberapa literatur dan informasi mengabarkan bahwa prasasti ini tergolong satu dari dua prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang belum bisa dibaca isinya. Satu penyebab utamanya adalah bahasa yang aus dan bentuk tulisannya ikal seperti huruf Sangkha.
Aksara ikal merupakan gaya tulisan dengan bentuk garis ikal yang saling membelit-belit. Beberapa literatur tersebut menggambarkan prasasti ini memiliki tulisan dengan bahasa “aksara” yang menyerupai sulur-suluran. Selain bentuk ikal, sebagian para ahli mengatakan bentuknya mirip dengan aksara inskripsi B.
Siapa Penemu Prasasti Muara Cianten?
Penemu pertama Prasasti Muara Cianten adalah seorang penulis buku “Hindoe-oudheden van java” yang bernama N.W. Hoepermans. Arkeolog asal Belanda ini juga menemukan prasasti lain di tahun yang sama, yaitu Prasasti Pasir Awi.
Setelah menemukan prasasti tersebut, beliau langsung melaporkannya ke Dinas Purbakala saat itu. Tokoh penulis N.W. Hoepermans tidak sendirian, ada beberapa rekannya yang membantu dalam pelaporan penemuan prasasti tersebut.
Beberapa tokoh sekaligus rekan N.W. Hoepermans di antaranya adalah GP Rouffaer, CM Pleyte, NJ Krom, RDM Verbeek, dan JFG Brumund. Meskipun hingga kini para ahli arkeolog belum mengetahui arti dari prasasti tersebut, namun Anda sebagai pewaris bangsa tetap harus menjaga dan melestarikannya.
Lokasi Keberadaan Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten ditemukan di tepi Sungai Cisadane yang berada di Kampung Muara atau Kampung Pasirmuara, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbuang, Kabupaten Bogor. Itulah alasan kenapa prasasti ini juga disebut sebagai Prasasti Pasir Muara.
Secara geografis, Kampung Muara terletak pada koordinat 106˚41’28.5” BT dan 06˚31’39.9” LS. Jarak antara Kota Bogor dengan Kampung Muara ini cukup jauh, yaitu sekitar 19 km. Oleh sebabnya, kampung ini termasuk daerah yang berpenduduk jarang.
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Pengelolaan dan Pemanfaatan Peninggalan Kerajaan Tarumanegara di Kecamatan Cibungbulang sebagai Objek Wisata Pendidikan”, akses menuju tempat prasasti ini kurang terawat. Sebab, akses menuju sungai merupakan jalan setapak dengan dilapisi batu-batu kerikil.
Jalan ini termasuk kategori berbahaya dan licin untuk dijadikan sebagai objek wisata. Bahkan, isi tulisan pada papan informasi prasasti pun juga sudah mulai pudar.
Sebenarnya, lokasi Prasasti Muara Cianten ini masih tetap berada di pinggir sungai (insitu) dan belum ada pihak yang berhasil memindahkannya. Jika terjadi genangan atau debit air sungai mulai meninggi, maka prasasti akan tergenang oleh air.
Itulah alasannya kenapa kondisi fisik prasasti kurang terawat, karena tulisannya sedikit memudar akibat terkikis oleh genangan air. Selain itu, ketika ada pengunjung datang saat banjir, mereka juga akan kesulitan untuk menemukan keberadaan prasasti secara langsung.
Terdapat penelitian milik Ary Cristanto pada tahun 2017 yang mana menunjukkan akan adanya perpindahan lokasi batu prasasti ini. Namun, menurut laman berita Tribun News Bogor, belum adanya proses pemindahan. Oleh karena itu, posisi dan bentuk prasasti masih sama seperti dahulu.
Meskipun kondisi daerahnya seperti itu, Anda bisa mengunjungi lokasi menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, jika Anda menggunakan transportasi umum, Anda harus menuju ke kawasan Lebak dan melanjutkan perjalanan dengan kendaraan roda dua berupa ojek.
Fungsi Prasasti Muara Cianten
Berdasarkan pemaparan di atas, Prasasti Muara Cianten ini belum memiliki penjelasan detail mengenai isinya. Oleh karena itu, fungsi dari prasasti tersebut tidak lain sebagai perkembangan sejarah serta objek pendidikan dan pariwisata.
Pada hakikatnya, isi prasasti itu juga tergantung dengan fungsinya. Namun, biasanya struktur isi prasasti terdiri atas seruan nama dewa, pertanggalan, nama seseorang yang mengeluarkan prasasti, nama pejabat, sebab prasasti ada, macam-macam pungutan, wujud anugrah, dan berisikan larangan.
Jika seorang arkeolog menerjemahkan isi dari prasasti, maka mereka akan mengetahui maksud dan tujuan para raja menuliskannya. Tentunya, para leluhur menulis prasasti juga sebagai bentuk komunikasi mereka.
Penyampaian kisah-kisah para raja terdahulu itu melalui sebuah prasasti, sebab mereka tidak bisa menjelaskan secara lisan karena hidup di zaman yang berbeda. Itulah sebabnya, Anda sebagai keturunannya harus menjaga dan merawat peninggalan pada zaman terdahulu.
Yuk, Jaga dan Lestarikan Prasasti Muara Cianten!
Berdasarkan penjelasan di atas, apakah Anda sudah tidak penasaran dengan bentuk dan isi Prasasti Muara Cianten? Prasasti ini adalah salah satu bukti tertua yang mendokumentasikan sejarah Indonesia. Ini mengingatkan kita akan pentingnya pelestarian warisan budaya dan sejarah.
Merawat prasasti adalah tanggung jawab bersama kita untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah. Meskipun pengelolaan area prasasti masih minim, setidaknya ketika Anda pergi ke sana, Anda tetap menjaga kebersihan dan tidak menghilangkan jejak yang ada di sana. Masyarakat perlu tahu cara melindungi dan menghormati peninggalan sejarah ini. Agar para pengunjung lainnya juga bisa menikmati budaya asli dari Prasasti Muara Cianten.