Prototype atau prototipe adalah proses rancangan sistem yang diawali dengan membentuk contoh atau standar ukuran yang akan dibuat nantinya. Berikut penjelasan lengkap tentang proses perancangan yang dibutuhkan oleh perusahaan ini!
Daftar ISI
Pengertian Prototype
Seperti penjelasan sebelumnya, istilah prototipe merujuk pada proses perancangan sistem untuk melihat standar atau hasil dari sebuah produk sebelum diedarkan oleh perusahaan.
Jika sebuah perusahaan menggunakan proses perancangan ini, maka pihak pengembang dan pelanggan akan berinteraksi hingga menemukan hasil terbaik atau jalan keluar.
Bagi perusahaan, proses perancangan yang diawali dengan membuat contoh akan membuat produk lebih maksimal. Namun, dalam prosesnya ini perusahaan harus mengetahui bagaimana cara agar hasilnya sesuai dengan harapan.
Secara umum, proses perancangan ini dikenal dengan skalabilitas, standar, atau ukuran yang dibentuk berdasarkan suatu skema atau rancangan sistem.
Adanya prototipe ini bisa membuat para pengembang dan pengguna berinteraksi dengan model produk secara langsung tanpa membuat produk aslinya terlebih dahulu. Jadi, produk yang dilihat bersama merupakan contoh atau gambaran dari produk yang akan diedarkan nanti.
Sederhananya, prototipe ini bukan termasuk produk jadi yang siap untuk diedarkan atau dirilis. Ketika proses sistem ini berhasil, maka pengembang akan membuat sistem yang sebenarnya. Istilah proses pembuatan sistem ini disebut dengan prototyping.
Sistem yang berguna bagi pengembang dan pelanggan ini memiliki dua jenis, yaitu:
- Evolutionary Prototype
Ini merupakan jenis sistem yang dikembangkan tanpa henti atau secara terus menerus. Tujuannya untuk memenuhi prosedur atau fungsi yang diperlukan oleh sebuah sistem sesuai dengan kebutuhan.
- Requirement Prototype
Jenis kedua ini digunakan oleh para pengembang untuk mencari dan menjelaskan definisi dari fungsi sebuah sistem yang nantinya akan dirancang. Selain itu, jenis kedua ini juga digunakan untuk melihat prosedur kerja dari sistem tersebut.
Manfaat dari Prototype
Menggunakan contoh atau gambaran sebelum merilis produk yang asli, memberikan manfaat yang cukup banyak, khususnya bagi para pengembang. Berikut manfaat-manfaat dari prototipe yang perlu diketahui:
1. Bantu Menghemat Biaya Produksi Perusahaan
Manfaat pertama adalah bantu menghemat atau memangkas biaya produksi perusahaan.
Jika ditinjau secara keseluruhan, pembuatan contoh atau gambaran sebuah produk terdapat realisasi konsep serta evaluasi hasil dari percobaan tersebut, inilah yang membuatnya lebih hemat daripada membuat produk aslinya.
Jika perusahaan pengembang langsung membuat produk asli, maka biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih besar. Begitu juga kegagalan yang didapatkan juga lebih besar, karena akan ada bagian-bagian yang harus dievaluasi oleh pengembang, agar produk tersebut sempurna.
2. Bantu Mempermudah Presentasi Produk
Manfaat kedua adalah bantu mempermudah presentasi produk bagi para developer. Dalam hal ini, pihak developer bisa menuangkan serta mempresentasikan konsep serta idenya kepada investor dan para calon pengguna.
Jadi, tanpa adanya proses perencanaan seperti prototipe, akan mempersulit developer atau pengembang dalam menuangkan ide produk kepada para stakeholder.
3. Sebagai Acuan untuk Mengembangkan Produk Asli
Para pengembang juga bisa membuat produk baru di masa yang akan datang berdasarkan prototype yang digunakan. Sebab, kebutuhan pasar terhadap produk baru bisa dianalisis menggunakan perencanaan sistem tersebut.
Selain itu, perencanaan ini juga bantu memberikan ide kreatif yang baru untuk pembuatan suatu produk jadi lebih sempurna dan memuaskan.
4. Memberikan Visi yang Nyata
Manfaat keempat adalah memberikan visi yang nyata. Ini dikarenakan contoh produk yang dibuat terlihat sangat detail, nyata, dan juga jelas. Jadi, baik para pengembang, pengguna, atau investor bisa melihat visi dari sebuah produk secara transparan.
Selain itu, proses perancangan produk ini juga memungkinkan adanya diskusi antara pihak-pihak terkait, jadi lebih mudah dan efektif.
5. Sebagai Tempat Masukan Para Pengguna
Proses perancangan menggunakan contoh produk memberikan kesempatan para pengguna untuk memberikan masukan dan keinginan mereka terhadap produk tersebut.
Dalam hal ini, pengembang atau developer sangat terbuka menerima kritik, saran, atau masukan dari calon pengguna maupun klien terhadap contoh produk yang diperlihatkan.
Keterbukaan ini bertujuan untuk menilai fungsionalitas dan fitur produk sebelum dirilis. Tidak hanya itu, pendapat para pengguna juga memberikan ide-ide lain, seperti penambahan fitur-fitur baru di masa yang akan datang.
6. Mengetahui Kebutuhan Konsumen
Manfaat terakhir adalah bantu para developer atau pengembang untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan para calon pengguna. Ini sesuai dengan definisi prototipe yang berperan sebagai gambaran sederhana yang tidak menampilkan semua fungsi atau fitur secara keseluruhan.
Kemudian, interaksi antara pengembang dengan calon pengguna atau konsumen bantu pengembang mengetahui apa saja keinginan maupun kebutuhan pengguna secara langsung.
6 Tahapan Membuat Prototype
Meski hanya bersifat sebagai contoh atau gambaran produk, pembuatan prototipe tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Dilansir dari Detik.com ada beberapa tahapan yang perlu dilalui, yaitu:
1. Mengumpulkan Segala Kebutuhan
Tahapan pertama adalah mengumpulkan segala kebutuhan yang nantinya dijadikan sebagai dasar pembuatan contoh produk.
Pada tahapan pertama ini, perusahaan atau pengembang harus melakukan identifikasi produk apa saja yang dibutuhkan dan disukai oleh calon konsumen.
2. Membuat Prototipe
Tahap kedua adalah membuat prototipe menggunakan perencanaan sementara, di mana fokus utama perencanaan tersebut terletak pada kepuasan calon pengguna, atas gambaran atau contoh produk yang dibuat.
3. Melakukan Uji Coba
Setelah gambaran produk selesai dibuat, langkah berikutnya adalah melakukan uji coba terhadap produk tersebut. Tujuannya untuk mencari ada atau tidaknya masalah pada produk.
Tahapan uji coba ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji coba produk bisa selama 1-3 bulan, tergantung jenis dan fungsi produk yang dibuat.
Durasi waktu ini digunakan untuk memastikan bahwa gambaran produk yang dibuat sudah benar-benar sempurna.
4. Melakukan Evaluasi
Setelah proses uji coba, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan oleh para pengembang atau developer adalah melakukan evaluasi terhadap prototype tersebut.
Evaluasi dilakukan oleh pengembang bersama tim yang bertanggung jawab. Evaluasi ini akan membuat gambaran produk semakin lebih baik dan lebih sempurna saat diedarkan.
Setelah melakukan evaluasi, pihak pengembang wajib melakukan uji coba berulang kali hingga fungsi dan fitur pada produk tersebut benar-benar maksimal dan bisa memuaskan calon pengguna atau klien.
5. Membuat Produk Asli
Jika hasil dari rancangan produk gambaran sudah maksimal atau sempurna, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan oleh para pengembang adalah membuat produk aslinya.
Dalam tahap kelima ini, perusahaan pengembang harus menentukan ada atau tidaknya perubahan besar yang harus dilakukan. Perubahan ini didapatkan dari uji coba ulang yang dilakukan pada prototipe.
6. Produk Siap untuk Diedarkan dan Dijual
Tahap terakhir adalah mengedarkan dan menjual produk kepada calon pengguna. Produk yang diedarkan harus berjumlah banyak atau sesuai dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya.
Setelah diedarkan dan dijual secara massal, pihak pengembang perlu menunggu saran, kritik, pendapat, atau pengalaman konsumen terhadap produk tersebut. Masukan dari para konsumen ini bertujuan untuk mengetahui kinerja produk yang sudah dipasarkan.
Contoh-Contoh Prototype
Umumnya terdapat 4 contoh prototipe yang paling sering digunakan dalam dunia bisnis. Keempat contoh tersebut, antara lain:
1. Low-Fidelity
Pertama ada low-fidelity, yaitu jenis perancangan produk di atas kertas. Low-fidelity merupakan jenis yang paling umum digunakan, karena dianggap murah dan lebih cepat.
2. High-Fidelity
Ini adalah jenis kedua yang berbentuk digital, karena menggunakan perangkat desain khusus. Bisa dikatakan high-fidelity adalah kebalikan dari low-fidelity dan memiliki keunggulan yang lebih baik.
3. Paper Prototype
Seperti namanya, jenis ketiga ini menggunakan media kertas untuk menyampaikan rancangan produk yang akan dirilis secara massal. Biayanya pun relatif lebih murah karena medianya hanya berupa kertas.
4. HTML Prototype
Terakhir ada HTML prototipe, yaitu jenis paling rumit dan biaya pembuatannya lebih besar. Dibutuhkan desainer khusus yang memiliki kemampuan pengkodean untuk menjalankan jenis satu ini.
Sudah Paham Apa Itu Prototype?
Jadi, prototipe merupakan suatu gambaran awal terhadap produk yang hendak pebisnis buat. Sehingga, mempermudah pengembang atau target pasar dalam memahami ide dari pebisnis tersebut yang umumnya disajikan baik dalam bentuk gambaran di atas kertas maupun berbentuk digital.