Kumpulan Puisi Berantai 3 Orang, Dijamin Bikin Ngakak!

Tahukah kamu apa itu puisi berantai? Puisi berantai adalah serangkaian puisi yang ditulis oleh beberapa orang secara bergantian. Setiap penulis harus melanjutkan bagian dari puisi yang ditulis oleh penulis sebelumnya, sehingga tercipta sebuah kumpulan puisi yang utuh dan serasi. Contoh adalah puisi berantai 3 orang.

Biasanya, kumpulan puisi berantai ditulis dengan tema yang sama dan di antara penulisnya seringkali terjalin dialog atau bantahan dalam rangka memperkaya karya tersebut.

Saat ini, banyak bermunculan kumpulan puisi berantai yang dibuat oleh para penulis muda. Namun, kumpulan puisi berantai yang seringkali berhasil memikat hati para pembaca adalah kumpulan puisi berantai yang memiliki unsur humor dan candaan yang cerdas.

Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang kumpulan puisi berantai yang dijamin ngakak, yang ditulis oleh 3 orang penulis yang cerdas dan kreatif.

Oleh karena itu, lanjutkan membaca kumpulan puisi berantai 3 orang yang dijamin bikin ngakak ini sekarang juga! Semoga puisi-puisi ini bisa membuatmu tertawa ya. Selamat membaca!

Contoh Puisi Berantai Lucu, Menghibur, Bikin Ngakak

Sebelum mengetahui kumpulan puisi yang lucu, pernahkah kamu menebak siapa saja yang bisa memerankan puisi berantai? Jawabannya adalah semua orang dengan profesi berbeda. Tanpa berlama-lama lagi, inilah ketujuh contoh puisi berantai lucu yang menghibur. Mulailah membaca!

1. Kuli Bangunan, Penjual Burung, dan Pemuja Wanita

Dalam puisi berantai 3 orang yang pertama ini, ada tiga orang yang berbincang tentang kehidupan mereka. Kuli bangunan, penjual burung, dan pemuja wanita, semuanya memiliki cerita yang berbeda. Namun, dengan cara yang unik, mereka saling mengikat cerita satu sama lain. Inilah ceritanya;

Kuli bangunan: Aku; seorang kuli bangunan

Penjual burung: Aku; penjual burung di pasar

Pemuja wanita: Aku; pujangga yang sedang dimabuk asmara

Kuli bangunan: Aku adalah kuli bangunan, dalam hamparan tanah kosong itu, kubuat sebuah bangunan untuk…

Penjual burung: Burungku, cantik dan lucu sekali. Pagi-pagi aku beri makan, dan tiap pagi juga aku masukkan…

Pemuja wanita: Celana pacar ku ketat sekali seperti punya Satlantas Briptu Norman Kamaru, yang bodinya kekar seperti…

Kuli bangunan: Linggis, celok, martil, juga alat bangunan untuk…

Penjual burung: Sangkar burungku, dan jelek sekali. Akan aku ganti dengan yang bagus. Jadi aku butuh besi dan seng untuk…

Pemuja wanita: Calon mertua ku. Yang kerjanya selalu marah-marah saja, tiap pagi tiap kali meminum kopi dan makan sarapannya…

Kuli bangunan: Semen, pasir, aku campur dengan air, lalu akan aku aduk untuk…

Penjual burung: Memoles burungku, ia sangat indah sekali, dan semua mata terpesona pada burungku. Kamu sering sekali mengelus-elus…

Pemuja wanita: Hidung punya pacarku, yang mancung panjang seperti punya pinokio, yang lesung di pipi nya menambah tampan wajahnya. Aku berat untuk…

Kuli bangunan: Menemplok adukan pasir dan semen ke bata, dan jadilah bangunan untuk…

Penjual burung: Burungku, yang cantik dan lucu itu, oh tidak, ia terlepas dari…

Pemuja wanita: Hidung punya pacarku, terkena…

Kuli bangunan: Besi pondasi, yang aku rangkai teramat panjang, sepanjang…

Penjual burung: Burungku, warna bulunya sangat cantik, layaknya…

Pemuja wanita: Mata pacarku, yang berpancar sinar dan bundar bagaikan…

Kuli bangunan: Ban truk bos kerja aku, tertutup…

Penjual burung: Burungku, lepas lagi dari sangkarnya, aku sedih sekali. Aku ingin sekali menangis…

Pemuja wanita: Bapakku, seorang yang teramat bijaksana. Dia sangat baik padaku, sehingga ketika ulang tahunnya nanti, ingin aku beri Bapakku hadiah…

Kuli Bangunan: dua sak semen, satu truk pasir, akan aku aduk tapi aku sudah lelah, karena dari pagi sesuap nasi pun belum aku makan…

Penjual burung: Kroto, ulat, belalang, ulat, mereka adalah makanan burungku. Juga ia aku beri sedikit vitamin C agar cepat…

Pemuja wanita: Mati aku, ketika melihat pacar aku, ketika ia memakai baju…

Kuli wangunan: Dari batu bata, untuk aku buat dindingnya, kutumpuk di samping rumahku, sampai aku lelah…

Penjual burung: Mengejar burung punyaku, yang baru saja terlepas dari sangkarnya…

Pemuja wanita: Pacarku, aku semakin cinta padanya karena kemarin ia datang ke rumah membawa oleh-oleh…

Kuli bangunan: Batu bata yang kususun, akan ku buat untuk jadi pelindung…

Penjual burung : Burungku, akhirnya tertangkap lagi juga, ternyata ia tersangkut…

Pemuja wanita : di resleting celana pacarku…

Kuli bangunan : Yang warna nya kebiru-biruan menyilaukan, layaknya…

Penjual burung : Sangkar burungku, akhirnya sangkar burungku berpenghuni lagi untuk…

Pemuja wanita : Melihat burung-burung punyaku yang ceria dan indah bulunya…

2. Caleg, Petani, dan Maling

Puisi berantai 3 orang di posisi kedua ini menggambarkan perbedaan pandangan tiga orang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda. Mereka adalah seorang caleg, petani, dan terakhir seorang maling.

Tiga pandangan ini saling bertautan dan memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai permasalahan sosial di Indonesia. Tapi uniknya, pandangan ini dikemas dengan apik dan menarik dalam sebuah puisi berantai. Bacalah puisi berantai ini  untuk kemudian tertawa bersama!

Caleg: Saya akan meningkatkan kecerdasan bangsa untuk Indonesia tercinta. Namun, kita dapat mencapai semuanya hanya jika kita bersatu. Karena…

Petani: Uang telah disembunyikan di bawah meja, sehingga meja itu sendiri tidak dapat melihatnya. Kami sudah lelah bekerja di sawah, namun tidak ada hasilnya, dan pajak hanya membuat kenyang perut pejabat ynag sudah buncit makin buncit yang…

Maling: Terbiasa disebut sebagai monyet, seorang pencuri, dan panggilan-panggilan indah lainnya. Nyawa saya dipertaruhkan demi sesuap nasi untuk makan…

Petani: Pejabat gemuk dengan perutnya yang penuh dengan harta rakyat, beras petani, dan pajak dari pedagang kecil. Lihatlah kami, yang menderita…

Caleg: Memperjuangkan hak para petani, hak kaum buruh yang terpinggirkan, dan hak anak-anak generasi bangsa. Saya sangat senang jika para koruptor bisa saya…

Maling: Saya biarkan saja. Walaupun saya disebut monyet, maling, atau apapun itu, anak-anak saya membutuhkan makanan. Mereka butuh uang untuk pendidikan mereka. Bahkan hanya untuk mencuri selevel ayam tetangga. Saya juga bisa melakukan…

Caleg: Hukuman mati. Bagi mereka yang telah menyelewengkan uang rakyat, mari kita…

Petani: Potong saja. Kemudian kami terus menggarap sawah. Namun, harga pupuk naik. Apakah pejabat berpikir tentang nasib kami para petani? Di sini, kami menderita di antara hamparan tanaman padi yang entah kapan akan kuning, sedangkan di sana mereka…

Maling: Mencuri. Saya mencuri karena terpaksa. Maafkan Bapak, anak-anakku, sebenarnya Bapak tidak ingin menyediakan makanan untukmu dengan uang haram. Namun tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, harga kebutuhan pokok semakin mahal. Popok semakin mahal. Meskipun saya tahu suatu saat saya akan tertangkap dan dibunuh oleh mereka yang…

Caleg: Mencuri uang rakyat.”

3. Pengelana, Koruptor, dan Penjual Gorengan

Puisi berantai yang akan diberikan di bawah ini adalah suatu gabungan dari tiga puisi yang ditampilkan oleh tiga orang yang berbeda, masing-masing memerankan peran pengelana, koruptor, dan penjual gorengan. 

Setiap puisi memiliki pilihan kata, penggunaan metafora, dan isi yang berbeda bahkan terkadang kontradiktif. Namun, sewaktu ketiganya digabungkan, terciptalah sebuah puisi berantai yang lucu dan menghibur setiap pembaca dan pendengarnya.

Pengelana: Aku akan membacakan puisi dengan judul “Sejauh Kakiku Melangkah” untuk menggambarkan seberapa jauh sudah aku mengelana.

Koruptor: Aku akan membacakan puisi dengan judul “Aku Dimana-Mana”.

Penjual Gorengan: Aku akan membacakan puisi dengan judul “Aku Penjual Gorengan” untuk teman semua pecinta gorengan.

Pengelana: Ketika alam bebas menjadi tempat tinggalku

Langitlah yang menjadi selimutku

dan bumilah yang menjadi alas tidurku

Menemani tiap-tiap…

Koruptor: Tikus-tikus yang berdasi

yang selalu memakan hak orang lain yang bukan punya dia

Selalu mengambil 

segala sesuatu yang…

Penjual Gorengan: Menggoreng gorengan

Merupakan pekerjaan setiap hariku

Berkecimpung dengan adonan dan gorengan

Adalah kewajibanku untuk …

Pengelana: Terus melangkahkan kaki

Melangkah tanpa henti

Meski kelelahan sudah menjadi temanku

Kekurangan ialah…

Koruptor: Hak-hak rakyat kecil

Semakin dirampas tanpa memperhatikan penderitaan mereka

Kekayaannya semakin bertambah dari waktu ke waktu

Tidak ada kata…

Penjual Gorengan: Gorengan, Bu! Gorengan, Pak!

Itulah caraku untuk menjajakan yang aku jual

Meskipun hujan meskipun panas datang

Mereka sudah aku anggap teman…

Pengelana: Ku ‘kan terus berjalan

Setapak demi setapak jalanan

Hingga kakiku benar-benar lelah

Hingga aku berkata tidak sanggup lagi…

Koruptor: Aku mendapatkan semua yang aku inginkan

Sampai hingga ke akar-akarnya

Namun semuanya akan sia-sia

Karena bukan haknya untuk…

Penjual Gorengan: Maju dan terus semangat

Demi mencari rejeki

Rejeki yang bersumber dari Ilahi

Untuk seluruh keluarga yang kusayangi…

4. Ustadz, Preman, dan Pujangga

Contoh puisi berantai di bawah ini terdiri dari tiga orang dengan karakteristik yang benar-benar berbeda. Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak hanya fokus pada kehidupan dunia semata, namun juga memperhatikan akhirat dan sesama manusia. 

Dengan berbagai pesan moral yang disampaikan, puisi ini sangat menginspirasi dan dapat menjadi bahan pembelajaran. Lebih baiknya lagi, dikemas dengan sangat jenaka! 

Ustadz: Assalamu’alaikum, teman-teman sekalian

Sekarang kita bikin puisi, siapa takut siapa yang paling

Saya si Ustadz yang berilmu agama

Ingin buat puisi, tapi agak kebingungan juga

Preman: Yo, jangan takut-takut

Biar saya, preman di sini yang bikin jadi santai aja

Puisi buat saya gampang, saya nggak suka ribet-ribet

Jadi dengar baik-baik, puisi saya pasti bikin kalian ketawa terbahak-bahak

Pujangga: Hei, jangan asal meremehkan

Saya sebagai pujangga, ingin bikin puisi yang menyejukkan

Biar nggak hanya lucu, tapi juga memberikan pesan moral

Sekarang mari, kita mulai dari awal

Ustadz: Sembahyang di pagi buta, agar hati tak kotor

Pergi ke masjid, sujud, dan ruku’ dengan benar

Ibadah kita perkuat, agar jauh dari dosa

Agar kelak di akhirat, kita masuk surga

Preman: Wo-wo-woh, jangan hanya fokus sama akhirat

Dunia ini kan masih panjang, jangan dikejar-kejar mati

Mendingan santai-santai, buka usaha sendiri

Dapat uang banyak, bisa beli segalanya yang diinginkan hati

Pujangga: Jangan lupa, hidup ini hanya sementara

Tapi jangan pula terlalu asik mengejar harta

Perjuangkan juga kebaikan dan keadilan

Agar hidup ini jadi lebih sejahtera dan damai sentosa

Ustadz: Jangan lupa puasa, ya di bulan Ramadhan

Niatkan ibadah, jangan cuma buat main-main

Sedekah juga jangan lupa, bagi yang kurang beruntung

Semoga di baliknya, kita dapat kebahagiaan yang tiada tara

Preman: Yo-hey, tapi jangan lupa makan yang enak-enak

Sekali-sekali beli makanan, yang bikin kita terpuaskan

Mendingan jangan diet-diet, bikin kita jadi sehati-hatinya

Nikmati hidup ini, sampai puas dan kekenyangan

Pujangga: Tapi jangan lupa, kebaikan dan amal jariyah

Juga merupakan bagian dari hidup yang sejahtera

Biarlah bukan hanya kita, yang merasakan kebaikan

Tapi juga yang lain, merasakan keberkahan yang sama

Ustadz: Intinya, jangan lupa pada kebaikan dan kebenaran

Jangan fokus hanya pada dunia, jangan lupa pada akhirat yang abadi

Jangan lupa juga pada sesama, jangan lupa pada Tuhan yang menciptakan

Agar hidup kita menjadi indah, baik dan berarti

5. Penggembala, Petani, dan Pedagang

Contoh puisi berantai 3 orang yang satu ini menggambarkan kehidupan sehari-hari di pedesaan dan betapa pentingnya peran masing-masing profesi untuk memastikan kelangsungan hidup dan keberlangsungan produksi pertanian. 

Yuk, teruslah membaca bagaimana interaksi antara penggembala, petani, dan pedagang yang saling terkait ini sebab pastinya seru dan lucu!

Penggembala: Setiap pagi aku menyapa domba-domba ku, tetapi mereka tidak sepertinya tidak memperdulikannya, itu membuatku merasa kesal, tapi hanya sejenak kemudian aku…

Petani: Memotong padi dengan sekuat tenaga. Aku memotong batang padi ini dengan senang hati, karena sebentar lagi aku akan…

Pedagang: Bertelur… Semua ayam bertelur, tidak ada yang menetaskan, padahal kalau ada yang menetaskan aku akan membuatnya menjadi….

Penggembala: Kembali sedih… Saat ia mengeluarkan suaranya menandakan ia ingin makan sesuatu yang hijau seperti tumbuhan. Dengan cepat aku mengambil tiga karung penuh makanan untuknya. Setelah makan, ia….

Petani: Memukul-mukul… Dalam proses panen, menanam dan memanen tanaman baru yaitu…

Pedagang: Toko, permen, dan korek api, itulah daganganku. Saya, si pedagang keliling yang suka menawarkan dagangannya di terminal kepada…

Penggembala: Domba yang gemuk… berlari setelah memakan rumput di tanah tetangga tanpa meminta izin atau permisi untuk pulang. Aduh-aduh sangat memalukan, harus diletakkan dimana ya wajahnya.

Petani: Baiklah, mendingan dipakai jadi orang-orangan sawah saja, daripada diabaikan begitu saja.

Pedagang: Hei, saya mau menjualnya. Siapa tahu kuntilanak ingin membeli, cukup menguntungkan untuk membeli kain kafan untuk persiapan masa depan. Mari kita lanjutkan!

Penggembala: Abaikan saja… Sepertinya saya harus mengajarkan domba-dombaku cara yang sopan dan santun saat mencuri rumput, agar menjadi domba yang…

Petani: Terhindar dari hama… ternyata banyak padi yang terkena hama wereng, padahal sudah diberi…

Pedagang: Permen tolak angin… yang paling laris, dengan harga lima ratus perak saja, namun memiliki manfaat mencegah…

Penggembala: Sehat dan gembul… aku mengajari mereka cara makan dan minum yang baik dan benar, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, tapi harus…

Petani: Menambahkan pestisida.. .agar hama wereng tidak datang lagi…

Pedagang: Mabuk perjalanan…. saya selalu membawa banyak tolak angin, karena dapat menghasilkan untung yang lumayan. Harga grosir lima ribu dan saya menjualnya dengan harga…

Penggembala: Gratis… rumput-rumput di jalan itu gratis untuk siapa saja, termasuk untuk domba-dombaku. Bagaimana menurutmu, domba?

Petani: Hei, apakah domba bisa berbicara?

Penggembala = Itu hanya harapan saja.

Petani: Ohhhhh… Baiklah, lanjutkan…

Pedagang: Aku menjual permen dengan harga yang teramat mahal, supaya aku bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan menjadi lebih kaya. Aku siap untuk…

Penggembala: Dikurbankan… Setiap tahun kukurbankan tiga ekor kambing dan semoga kurbanku diterima. Aamiin… Aamiin…

Pedagang: Aamiin…

Petani: Aku berharap tidak akan gagal panen pada musim ini. Aku akan berusaha sebaik mungkin dan berdoa agar hasil panen punyaku berhasil…

Pedagang: Amin… Apapun hasilnya, kita harus tetap berusaha dan menerima dengan ikhlas. Itu yang terbaik untuk kita semua.

6. Pecinta, Tukang Sepatu, dan Si Malang

Puisi berantai yang ditampilkan oleh 3 orang pada contoh di bawah ini memberikan kesan menyenangkan bagi pembaca atau pendengarnya. Faktanya, setiap bagian dari puisi ini memiliki tema dan konteks yang berbeda, tapi ajaibnya bisa nyambung, sehingga dapat tercipta kesan yang lucu.

Apabila kamu sudah penasaran dengan puisi berantai 3 orang dari si pecinta, tukang sepatu, dan si Malang, baca sekarang juga! 

Pecinta:

Saya selalu melihatmu

Mengingat nama kamu

Mencoba mendekatimu

Dan selalu…

Tukang sepatu:

Tugas saya adalah memperbaiki sepatu

Ini tugas saya sehari-hari

Untuk memberi makan anak istri

Meskipun panas atau hujan yang menjadi teman

Namun saya…

Si Malang:

Malang nian nasib saya

Tak beruntung seperti teman-teman saya

yang hidup berkecukupan

yang tidak harus menahan rasa lapar

Saya hanya bisa…

Pecinta:

Mengatakan “Saya mencintaimu.”

Tidaklah cukup untuk mengungkapkan perasaan saya

yang ingin memilikimu

Agar kita menjadi…

Tukang sepatu:

Sepatu! Sepatu!

Siapa yang ingin memperbaiki sepatu?

Karena dari situlah saya mendapatkan penghasilan

Saya tidak pernah…

Si Malang:

Gelap!

Itulah kata tepat yang mencerminkan saya

Saya tidak pernah merasakan cahaya

Penderitaanlah yang…

Pecinta:

Meninggalkanmu, tak mungkin itu

Karena cinta saya kepadamu

Sangat besar seperti…

Tukang sepatu:

Sepatu!

Sayalah tukang sepatu itu

Yang tidak malu dengan pekerjaan sendiri

Karena niat saya tulus dan halal profesi ini

Jadi…

Si Malang:

Apa yang harus saya lakukan?

Saya selalu malang rasanya

Keputusasaan selalu saja menghantui

Meskipun saya telah terus berusaha…

Pecinta:

Mencintaimu

Selalu dan,

Selamanya sampai…

Tukang Sepatu:

Saya mendapat ridho dari-Mu Sang Pemilik Raga

Dan saya akan terus jalani ini

Syukurku selalu …

Si Malang:

Menerima nasib buruk nan malang saya

Hanya bisa diatasi oleh raga sendiri

Tapi saya harus terus maju

Untuk masa depan yang bisa jadi lebih maju.

7. Dokter, Tukang Parkir, dan Petani

Contoh puisi berantai yang terakhir ini juga bertokohkan 3 orang dengan profesi yang berbeda dari kalangan yang berbeda pula. Khusus untuk bagian ini, kamu akan melihat perbedaan antara seorang dokter, petani di sawah, dan tukang parkir yang menjaga kendaraan. 

Yuk, baca sampai akhir untuk tahu kira-kira bagaimana jika dokter, petani, dan tukang parkir ini saling berinteraksi dan beradu nasib!

Dokter:

Menolong orang adalah pekerjaanku yang aku suka

Membuat orang tetap sehat adalah tugas yang kutunaikan

Kesehatan semua orang itu sangat berharga

Sebab sehat raga dan sehat jiwa tak dapat ditukar dengan …

Tukang parkir:

Prittttt…. prittttt….

Adalah suara peluitku

Peluit yang menemaniku selalu

Dalam menjalankan tugasku 

Tak pernah sekali pun aku ragu dan malu..

Petani:

Cangkul dan mencangkul…

Pekerjaan yang kutaklukkan setiap hari

Menanam, merawat subur tanaman 

Kulakukan dengan sungguh-sungguh setiap harinya dan setiap …

Dokter:

Pasien, mereka tanggung jawabku

Mereka yang perlu kuselamatkan

Aku rela metukar waktuku untuk satu kesembuhan

Demi membuat mereka kembali sehat

Demi mereka untuk bisa selalu bersama …

Tukang parkir:

Sepeda motor dan mobil, mereka sahabatku

Selalu mengiringi setiap hari-hariku

Pekerjaanku memang tukang parkir

yang mengatur parkiran agar …

Petani:

Tanaman-tanaman di ladang tetap tumbuh subur

Itu membuatku selalu bersyukur

Akan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

Terus tumbuh dan berkembanglah wahai tanamanku yang kusayang,

Supaya …

Dokter:

Aku bisa membantumu menjadi sehat

Aku akan menyelesaikan tugas yang kuperjuangkan

Namun semua kesembuhan berasal dari Tuhan semata

Bersyukurlah selalu kepada-Nya,

sebab …

Tukang Parkir:

Rejeki datang dari-Nya

Melalui parkiran inilah Ia mendatangkan rejekiku

Agar mendapat sesuap nasi

Untuk keluarga tercinta yang kusayangi

Yang telah …

Petani:

Bekerja keras, sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku

Setiap hasil dari yang kutanam, selalu kuperjuangkan

Meski hasil panen tak selalu melimpah

Namun tetap kusyukuri dengan segenap hati

Mana Puisi Berantai 3 Orang yang Paling Bikin Ngakak?

Setelah membaca ketujuh kumpulan puisi berantai di atas, kamu sudah pasti tahu bahwa tujuan membuat puisi jenis ini adalah untuk menghibur. Kendati demikian, puisi berantai memiliki pesan moral yang sirat akan makna. Oleh sebab itu, kamu harus mendengarkan dengan seksama. 

Sebagai contoh, Sang Ustadz ingin mengingatkan pada akhirat, namun sang preman tetap aman-aman saja membicarakan dunia. Si caleg ingin dapat suara, namun si maling mengingatkan bahwa yang kamu pilih bisa saja menipu rakyat di Indonesia. Jadi, telitilah kira-kira pesan apa yang disampaikan. Itulah kumpulan puisi berantai 3 orang yang dijamin bikin ngakak. Meski sederhana, tapi kekompakan dari para penulisnya membuat puisi-puisi ini sangat menarik untuk dibaca. Jangan ragu untuk membuat puisi berantai dengan teman atau orang tuamu, siapa tahu kalian bisa menciptakan karya yang lebih lucu dan menarik lagi!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page