10 Contoh Puisi Pahlawan, Cocok Sambut Hari Pahlawan

Para pahlawan yang telah gugur memiliki peran penting terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Mungkin tanpa jasa mereka, rakyat Indonesia masih dibelenggu penjajah. Salah satu bentuk apresiasi untuk semua jasa dan pengabdian mereka kepada bangsa, Anda bisa membuat puisi pahlawan. Simak contohnya berikut!

Contoh Puisi Pahlawan

Membuat puisi memang membutuhkan keahlian khusus. Karena harus memikirkan gaya bahasa, makna, hingga diksi menarik. Oleh sebab itu, berikut ini adalah beberapa contoh puisi bertema pahlawan yang bisa Anda jadikan sebagai referensi:

1. Hargai Pahlawan Kita

Pertama adalah karya tentang penghargaan pada pahlawan. Berikut isinya:

Seberapa banyak darah yang tumpah di masa lalu?

Seberapa banyak umat yang telah mati?

Seberapa banyak keluarga yang kehilangan saudaranya?

Anak, istri, bapak, ibu mereka semua ditinggalkan.

Dengan jiwa dan darah yang mereka miliki.

Dengan raga kokoh yang mereka pasang pada garda terdepan.

Dengan perasaan ikhlas yang mereka berikan sukarela.

Bahkan mereka tidak merasakan dan menjadikan sakit sebagai beban.

Cacat, pincang, hilang, hingga mati.

Itulah nasib akhir mereka.

Itulah ujung hidup yang harus mereka terima.

Itulah bentuk jihad mereka untuk bangsa tercinta.

Jangan tampar Indonesiaku. Tampar saja aku!

Jangan bakar Indonesiaku. Bakar saja aku!

Jangan hancurkan Indonesiaku. Hancurkan saja aku!

Itulah kalimat yang mereka katakan.

Ayolah bangkit Indonesiaku.

Hari ini adalah hari pahlawan kita semua.

Ku umumkan sekarang kepada kalian.

Tolong hargai pahlawan kita!

2. Pahlawan Tanpa Nama

Lalu, terdapat karya untuk para pahlawan yang tidak diketahui namanya. Berikut isinya:

Berpuluh-puluh tahun ia terbaring.

Namun, itu bukanlah tidur!

Peluru tajam berhasil melubangi dadanya.

Ia tersenyum secara beku tanpa kata.

Kita sedang berperang, sayang!

Ia tidak tahu namanya siapa.

Dia pun tidak ingat darimana ia berasal.

Terlihat jelas kedua lengan miliknya memeluk senapan.

Bahkan, dia tidak tahu untuk apa dan siapa ia datang.

Lalu ia terbaring, namun bukan tidur!

Dengan wajah yang sunyi, ia menengadah.

Retranya menangkap sepi senja pada saat itu.

Dunia terasa berhenti dan beku, tanpa ada derap dan suara merdu kesukaannya.

Ia masih sangat muda.

Hari itu, 10 November awan pun ikut merasakan kepedihannya.

Hujan turun deras, seakan dunia runtuh.

Orang-orang ingin kembali melihatnya.

Ada rangkaian bunga yang tersaji.

Meskipun wajah-wajah tersebut tidak dikenal oleh mereka.

Namun, segala jasanya akan selalu terkenang.

3. Pahlawan Bangsaku

Selanjutnya adalah puisi Pahlawan Bangsaku. Berikut isi lengkapnya:

Wahai bangsaku.

Seperti hancur bagai tulang belulang yang berkeping-keping.

Berserakan tidak terbentuk.

Banyak peluh dan darah yang jatuh mengalir dari raga.

Walau sekarang cucuran keringat itu menjadi penyejuk hati.

Meski kini keringat bercucuran menjadi penyejuk hati

Sukarela dalam memperjuangkan kebebasan Bumi Pertiwi.

Mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan tinggi.

Menatap kibaran yang membuat air mata jatuh secara perlahan.

Berdoa dengan khusyuk memohon kepada Tuhan.

Untuk para pahlawan negeri yang telah gugur.

Untuk mereka yang tidak kenal takut dan mundur.

Untuk mereka yang menginjak kabut pasir berdebu.

Untuk mereka yang memiliki sayang dan semangat juang yang tak terhingga.

Lihatlah! Berkat jasa kalian Indonesia bebas dari belenggu jajah.

Kini, semangatmu hanya bisa ku kenang.

Meski ragamu telah hancur terkubur dalam tanah dan terurai oleh zaman.

Namun, demi tumpahan darahmu.

Tulang patah yang disebabkan oleh perlawananmu.

Kami, anak bangsa.

Akan selalu memperjuangkan masa depan Indonesia.

Walaupun dengan cara yang berbeda darimu.

4. Diponegoro (Chairil Anwar)

Berikut adalah contoh puisi Diponegoro:

Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali.

Dan bara kagum menjadi api.

Di depan sekali tuan menanti.

Tak gentar, lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri.

Berselempang semangat yang tidak bisa mati.

MAJU.

Ini barisan tak bergenderang-berpalu.

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti.

Sudah itu mati.

MAJU.

Bagimu Negeri.

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba.

Binasa di atas ditindas.

Sungguh pun dalam ajal baru tercapai.

Jika hidup harus merajai.

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

5. Ketidakadilan

Selanjutnya adalah puisi mengenai dengan tema ketidakadilan, berikut isinya:

Terdengar berbagai peluru yang saling beradu desingan.

Menciptakan dentuman suara meriam keras yang saling menyahut.

Dari kejauhan, ledakan sudah menggelegar dengan keras.

Ini pertanda peperangan dahsyat sedang berlangsung!

Sungguh, pertarungan ini sungguhan dahsyat mengguncang bangsa.

Keadilan dan ketidakadilan mulai terjadi.

Semua bertanya-tanya, siapakah yang akan menjadi pemenang?

Semua tidak tahu, sebab pertarungan belum membuahkan hasil.

Para pahlawan kemerdekaan dan penjajah negeri adalah aktor utama pertarungan.

Akhirnya, bendera berkibar dengan gagah.

Itu menjadi pertanda kemenangan.

Bendera warna merah dan putih, terlihat gagah berkibar.

Penuh tangis, kemenangan ada di tangan Indonesia!

6. Telah Gugur Pahlawanku

Di nomor 6, terdapat puisi pahlawan yang telah gugur. Berikut isinya:

Lihat, dia berjalan dengan merangkak.

Tepat di atas bumi tercinta.

Tak kuasa menegakkan tubuh dan wajahnya.

Ia telah ikhlas melepaskan hidupnya secara gemilang.

Setelah itu, pelor terakhir berhasil membidiknya.

Ke arah dada musuh yang merebut Bumi Pertiwi.

Dia merangkak.

Di atas bumi tercinta.

Usianya sudah tua.

Sekujur badan terdapat banyak luka.

Seperti harimau tua.

Maut susah payah untuk menjeratnya.

Dia memiliki mata seperti saga.

Melihat musuh dengan tajam.

Musuh pergi, pertarungan usai.

Pertempuran gemilang usai, lima pemuda mengangkatnya.

Meski ada anaknya, dia menolak untuk diangkat.

Dia tetap merangkak.

Untuk menuju ke kota kecintaannya.

Ya, ia merangkak.

Di atas bumi tercinta.

Belum melangkah dengan banyak, maut menghadangnya secara cepat.

Secepat anaknya memegang tangannya.

Lalu, dia berujar:

“Bahwa sesungguhnya yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah jua.

Aku berasal dari tanah, tanah Ambarawa kesayanganku.

Kita bukan anak jadah, sebab kita memiliki bumi asalnya.

Bumi yang merawat kita dengan mata air mengalir.

Tempat pautan sah, itulah bumi kita.

Penuh kehormatan.

Segala inti jiwa yang kita miliki adalah bumi tercinta.

Ini bumi nenek moyang.

Bumi warisan yang harus dijaga.

Baik sekarang, maupun masa yang akan datang.

Ketika hari berubah malam.

Bumi itu terbakar.

Sebab api menyala yang membelenggu.

Orang tua tersebut berujar:

“Lihat, fajar telah tiba!”

Wahai bumi yang indah,

Kita akan berpelukan untuk selama-lamanya!

Nantinya, ada waktu gemilang lain.

Dimana seorang cucuku akan menancapkan bajak di tempat kita terkubur.

Kemudian, benihnya akan ditanam.

Lalu tumbuh dengan subur.

Ia berujar pada akhir hayatnya:

“Alangkah lebih baik, gemburlah tanah di sini!”

Hari semakin malam.

Ia menutup mata.

Ia telah gugur.

Untuk selama-lamanya.

7. Jejak-Jejak Pejuang

Berikutnya adalah puisi Jejak-Jejak Pejuang:

Jejak-jejak para pahlawan bangsa.

Semerbak harum dalam deretan syair pujangga.

Bercerita indah akan kisah perjuangan.

Sang pahlawan dalam membela bangsa.

Meregang nyawa di medan peperangan.

Raga berlubang tertembus peluru tajam.

Meski tersungkur tergeletak di tanah.

Kau tetap hidup dalam sanubari anak bangsa.

Jejak-jejak para pahlawan bangsa.

Menapak jelas menembus zaman.

Kini kau pun mampu menyaksikan dari surga.

Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela.

8. Tak Gentar Berjuang

Selanjutnya adalah puisi bagi mereka yang tak gentar memperjuangkan Indonesia:

Untukmu para pejuang Indonesia.

Berbekal bambu runcing.

Berbaris jajaran terdepan.

Berteriak maju melawan penjajah.

Peluh keringat bercucuran darah jua.

Kau hiraukan demi kemerdekaan bangsa.

Tak gentar semua pengorbananmu.

Kini Indonesia telah merdeka.

Bagaimana anak bangsa seperti kami membalas perjuanganmu.

Segala kau berikan pada bumi Ibu Pertiwi.

Tanpa mengharap imbalan jasa.

Tak sedikit dari para pejuang kehilangan nyawa.

Tak diketahui pula apa benar telah dikebumikan.

Semua yang bertempur dengan layak.

Izinkan kami menjadi sepertimu.

Terbakar semangat hingga urat nadi.

Memperjuangkan Indonesia dengan cara berbeda.

Pahlawanku.

Engkau kan selalu dikenang.

Atas jasamu dan dalam sejarah perjuangan.

9. Soekarno (Asty Kusumadewi)

Berikut adalah puisi pahlawan karya Asty Kusumadewi tentang Soekarno:

Bangga tanah Surabaya melahirkanmu. 

Bangga tanah Blitar menjadi tempat istirahatmu. 

Pejuang nomor satu, tampan dan bijaksana definisi dirimu sesungguhnya.   

Bung Karno.. 

Kau cerdas, menguasai banyak bahasa.

Kau berwibawa dikagumi dunia. 

Daya juangmu tinggi untuk Indonesia merdeka.   

Terimakasih bapak proklamator Indonesia. 

Teks proklamasi lantang kau bacakan. 

Bendera dijahit oleh istrimu yang menawan. 

Indonesia merdeka atas nama bangsa Indonesia. 

Diwakili Soekarno-Hatta.

10. Mati Secara Terhormat

Terakhir adalah karya untuk para pahlawan berjudul Mati Secara Terhormat:

Berlari untuk mengejar para musuh.

Berhasil menghindar dari ancaman dan serangan.

Upaya yang tegar, meski gempuran yang membuat nafas habis.

Ia meninggalkan keluarga di rumah.

Padahal mengharapkan dengan cemas kehadirannya.

Ia pun dikepung, lalu menjadi tawanan penjajah.

Meski begitu, pahlawanku tetap hidup untuk mengabdi kepada rakyat dan bangsa.

Kau, mati dengan cara paling hormat.

Mari Peringati Hari Pahlawan dengan Puisi!

Itulah beberapa contoh puisi pahlawan yang bisa Anda gunakan untuk memperingati hari pahlawan tahun 2023. Sebagai warga negara yang baik, selalu ingat dan kenang pahlawan bangsa adalah salah satu kewajiban. Mari mengenang perjuangan mereka lewat puisi!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page