Puisi Rakyat: Pengertian, Kaidah Kebahasaan, Jenis, Ciri-Ciri, Lengkap Beserta Contohnya

Puisi rakyat merupakan salah satu karya sastra dan warisan budaya yang harus dilestarikan. Karya sastra lama ini mempunyai banyak sekali pesan moral untuk kehidupan. Mengingat tema dalam puisi lama umumnya juga terinspirasi dari kehidupan sehari-hari. Ciri khas puisi ini adalah sangat kental dengan aturan dan terkesan kaku. 

Selain itu, puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut dan jarang diketahui penulisnya. Oleh sebab itu, setiap orang mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pesan melalui puisi. Lantas, bagaimana kaidah kebahasaan yang berlaku untuk menyusun puisi lama sesuai jenisnya? Simak selengkapnya melalui ulasan berikut ini!

Pengertian Puisi Rakyat

Puisi rakyat atau puisi lama adalah karya sastra lama yang terdiri dari beberapa jenis dan mempunyai jumlah bait dan baris sesuai kaidah yang berlaku. Puisi ini terikat dengan kaidah kebahasaan atau ketentuan tertentu. Seperti jumlah suku kata, bait, dan rima atau bunyi di akhir kalimat.

Kegunaan dari puisi lama pada zaman dulu adalah untuk menyampaikan berbagai pesan moral, agama, nasihat, dan budi pekerti yang melekat dalam kebudayaan para leluhur. Puisi ini biasanya disampaikan secara lisan pada acara tertentu. Seperti upacara adat, kesenian, dan acara keagamaan.

Ciri-Ciri Puisi Rakyat

Ciri khas dari puisi lama adalah mengandung nilai moral dan agama yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Orang zaman dahulu menggunakan puisi ini sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Secara umum, berikut ini beberapa karakteristik dari puisi lama:

  • Biasanya tidak diketahui nama penulis atau pengarangnya.
  • Tergolong sebagai karya sastra lisan karena disampaikan dari mulut ke mulut.
  • Terikat dengan kaidah kebahasaan mulai dari jumlah baris hingga suku kata.
  • Mempunyai rima di bagian akhir bait.
  • Menggunakan kata-kata arkais atau kata-kata kuno.
  • Menggunakan bahasa kiasan.

Jenis dan Contoh Puisi Rakyat

Puisi lama terdiri dari beberapa jenis, yaitu gurindam, pantun, dan syair yang bertema tentang kehidupan sehari-hari, tradisi dan budaya, serta keindahan alam. Berikut penjelasan beserta contohnya:

1. Gurindam

Gurindam merupakan bentuk puisi lama yang berasal dari india dan berkembang menjadi puisi melayu. Gurindam mengandung pesan moral dan agama yang dipadukan dengan peribahasa tertentu. Beberapa ciri-ciri dari gurindam adalah sebagai berikut:

  • Satu bait gurindam terdiri dari dua baris.
  • Satu baris terdiri dari 10-14 suku kata.
  • Mempunyai sajak yang sama seperti a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.
  • Baris pertama merupakan persoalan, permasalahan, atau perjanjian. Sedangkan baris kedua merupakan jawaban.

Berikut adalah beberapa contoh gurindam:

  1. Contoh Gurindam 1:

Kalau mulut tajam dan kasar,

Boleh ditimpa bahaya besar.

Pikir dahulu sebelum berkata,

Supaya terelak silang sengketa.

Kalau diri kena perkara,

Turut susah sanak saudara.

Barang siapa berbuat khianat,

Tuhan kelak memberi laknat.

Barang siapa tidak memegang agama,

Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

  1. Contoh Gurindam 2:

Jika hendak mengenal orang berilmu,

Bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Ilmu wajib diamalkan,

Agar ilmu tidak terlupakan.

Tidak ada yang tidak mungkin,

Asal kamu belajar rajin.

  1. Contoh Gurindam 3:

Apabila hendak asmara bahagia,

Hilangkan egois di dada.

Jika hendak mencari cinta sejati, 

carilah dengan sepenuh hati.

Cinta kekasih bersemi,

Jika setia akan abadi.

2. Pantun

Jenis puisi rakyat selanjutnya, yaitu pantun. Pantun biasanya lebih banyak dikenal dan digunakan hingga masa kini. Hanya saja, terdapat perubahan bahasa yang lebih modern. Pantun bertujuan untuk menyampaikan perasaan, nasihat, larangan, kritikan, dan lain sebagainya. Selain itu, pantun juga mempunyai ciri-ciri tertentu, seperti:

  • Satu bait terdiri dari empat baris.
  • Satu bait terdiri dari dua baris sampiran dan dua baris isi. 
  • Bait pertama dan kedua adalah sampiran, sementara bait ketiga dan keempat adalah isi pantun.
  • Mempunyai sajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
  • Satu baris terdiri dari 8-12 suku kata.

Berikut adalah beberapa contoh dari pantun:

  1. Contoh Pantun 1:

Pergi ke pasar naik motor,

Pulangnya beli batagor.

Kalau kamu ingin bertambah pintar,

Jangan lupa selalu rajin belajar.

  1. Contoh Pantun 2:

Sungguh indah pintu dipahat,

Burung puyuh di atas dahan.

Kalau hidup hendak selamat,

Taat selalu perintah Tuhan

  1. Contoh Pantun 3:

Terang bulan terang cahaya,

Cahaya memancar ke Tanjung Jati.

Jikalau hendak hidup bahagia,

Beribadahlah sebelum mati.

Sebagai informasi, salah satu langkah yang tepat untuk membuat pantun adalah dengan menyusun baris isi terlebih dahulu. Kemudian, Anda bisa menentukan bagian sampiran dengan menyesuaikan sajak yang ingin Anda gunakan. Jadi, Anda bisa mempersingkat waktu untuk menyampaikan pesan melalui pantun.

3. Syair

Jenis puisi lama terakhir adalah syair. Syair berasal dari Persia dan masuk ke indonesia bersama dengan masuknya agama islam. Jenis puisi ini biasanya berisi pengetahuan umum. Berikut ciri-ciri dari syair:

  • Satu bait terdiri dari empat baris.
  • Satu baris mengandung 8-14 suku kata. 
  • Mempunyai sajak a-a-a-a.
  • Semua baris dalam syair adalah isi.
  • Biasanya menggunakan kiasan.

Berikut adalah contoh syair:

  1. Contoh Syair 1:

“Syair Bidasari”

Dengarlah kisah suatu riwayat

Raja di desa negeri Kembayat

Dikarang fakir dijadikan hikayat

Dibuatkan syair serta berniat

Ada raja sebuah negeri

Sultan Agus bijak besyari

Asalnya baginda raja yang bahari

Melimpahkan pada dagang biaperi

Kabar orang empunya termasa

Baginda itulah raja perkasa

Tiada ia merasai sengsara

Entah kepada esok dan lusa

  1. Contoh Syair 2:

“Syair Perahu”

Inilah gerangan suatu madah

Mengarangkan syair terlalu indah

Membetuli jalan tempat berpindah

Di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu

Ialah perahu tamsil tubuhmu

Tiadalah berapa lama hidupmu

Ke akhirat jua kekal hidupmu

Hai muda arif-budiman

Hasilkan kemudi dengan pedoman

Alat perahumu jua kerjakan

Itulah jalan membetuli insan

Perteguh jua alat perahumu

Hasilkan bekal air dan kayu

Dayung pengayuh taruh di situ

Supaya laju perahumu itu

Kaidah Kebahasaan Puisi Rakyat

Berbeda dengan puisi modern, puisi lama mempunyai kaidah kebahasaan yang lebih kompleks dan berirama. Berikut beberapa aspek kaidah kebahasaan yang biasa digunakan dalam membuat puisi lama:

1. Mengandung Kalimat Perintah

Puisi lama yang banyak mengandung kalimat perintah adalah pantun. Kalimat perintah biasanya ada di bagian isi pantun sebagai anjuran untuk melakukan sesuatu. 

Tidak hanya itu, kalimat perintah juga memiliki banyak tujuan. Seperti sindiran, mempersilahkan, mengizinkan, menyampaikan informasi, permohonan, dan sebagainya.

2. Terdapat Kalimat Saran

Kalimat saran juga bisa Anda temukan di dalam karya sastra pantun. Kalimat ini berisi saran kepada orang lain untuk melakukan perbuatan baik. Beberapa kata yang biasa digunakan adalah sebaiknya, hendaklah, dan lain sebagainya.

3. Terdapat Kalimat Ajakan

Puisi lama umumnya juga berisi kalimat ajakan. Kalimat ajakan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti atau melakukan suatu perbuatan positif. Kata ajakan yang sering digunakan adalah ayolah dan marilah.

4. Terdapat Kalimat Seruan

Kalimat seruan di dalam puisi rakyat biasanya berfungsi sebagai ungkapan perasaan senang, sedih, atau sejenisnya. Contoh kata seruan yang biasa digunakan dalam karya sastra lama adalah “alangkah” dan “betapa”.

5. Terdapat Kalimat Larangan

Beberapa jenis puisi lama juga mengandung kalimat larangan. Kalimat larangan berfungsi untuk melarang orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang terlarang. Anda mungkin sudah sering membaca atau mendengar kata “janganlah” atau “hindarilah” yang terdapat pada puisi lama.

6. Terdapat Kata Penghubung atau Konjungsi

Konjungsi berfungsi untuk menggabungkan klausa, kalimat, ataupun paragraf di dalam sebuah karya sastra. Ada beberapa jenis kata penghubung yang umum orang gunakan untuk menyusun puisi lama, yaitu:

  • Pertama, konjungsi menyatakan tujuan: supaya, untuk, guna.
  • Konjungsi menyatakan sebab: sebab, karena.
  • Lalu, konjungsi menyatakan akibat: sehingga, akibatnya.
  • Konjungsi menyatakan syarat: jika, jikalau, apabila.

7. Mengandung Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk juga biasanya banyak Anda temukan di dalam berbagai contoh dari jenis puisi lama. Kalimat majemuk merupakan gabungan dari dua atau lebih klausa atau kalimat. Ada pula kalimat majemuk bertingkat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal dengan kedudukan yang tidak setara. Berikut jenis kalimat majemuk bertingkat:

  • Pertama, kalimat majemuk hubungan syarat: jika, seandainya, asalkan, dan andaikan.
  • Kalimat majemuk hubungan tujuan: agar, supaya.
  • Kalimat majemuk konsesif: walaupun, meskipun, biarpun.
  • Lalu, kalimat majemuk hubungan sebab: sebab, karena.
  • Kalimat majemuk hubungan perbandingan: ibarat, seperti, bagaikan.
  • Kalimat majemuk hubungan akibat: sehingga, maka.
  • Terakhir, kalimat majemuk hubungan cara: dengan

Sebagai pengetahuan tambahan, satu jenis puisi lama tidak harus mengandung seluruh poin dalam kaidah kebahasaan di atas. Pengarang puisi bisa menyesuaikan penggunaan kata yang tepat dalam kalimat yang akan digunakan. Sebagai contoh, puisi nasihat biasanya lebih banyak menggunakan kalimat saran.

Sementara puisi yang ingin menyampaikan perintah atau larangan biasanya banyak menggunakan kalimat perintah yang tegas. Lalu, puisi tentang keindahan alam akan menggunakan kalimat seruan yang menarik. Kaidah kebahasaan ini bisa Anda sesuaikan agar pesan dalam puisi lama dapat tersampaikan dengan baik.

Contoh Puisi Rakyat dan Analisis Kaidah Kebahasaannya

Berikut adalah berbagai contoh puisi lama dan analisis kaidahnya:

1. Puisi 1

Adil dan jujur penuh wibawa,

Gagah perkasa tiada tandingannya.

Analisis kaidah kebahasaan:

Baris pertama pada puisi tersebut menggunakan kalimat majemuk dan gabungan. Sedangkan bait kedua menggunakan sinonim atau persamaan kata.

2. Puisi 2

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,

Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Analisis kaidah kebahasaan:

Puisi rakyat tersebut menggunakan konjungsi menyatakan pengandaian, yaitu “jika” dan terdapat kalimat perintah berupa “lihat.”

3. Puisi 3

Makan semangka di siang hari,

Rasanya segar sangat menikmati.

Janganlah pernah kau bersombong diri,

Agar terhindar dari penyakit hati.

Analisis kaidah kebahasaan:

Pantun di atas berisikan kalimat larangan yang ditandai dengan kata “Janganlah”. Kemudian, terdapat kalimat saran yang ditandai dengan kata “agar”. Di mana kata tersebut juga termasuk konjungsi yang menyatakan tujuan.

Sudah Mengenal Apa Saja Jenis Puisi Rakyat?

Intinya, puisi rakyat mempunyai ciri khas yang berbeda dengan puisi modern. Ada beberapa kaidah kebahasaan yang harus dipenuhi untuk menyusun puisi lama ini. Selain itu, puisi lama juga terdiri dari tiga jenis dengan struktur yang berbeda. Anda bisa mendapatkan berbagai macam pesan moral tentang kehidupan melalui puisi ini.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page