23 Puisi Ramadhan Penuh Hikmah untuk Berbagi Momen Istimewa

Bulan suci Ramadhan adalah bulan mulia dimana seluruh umat Islam melaksanakan puasa dan memperbanyak ibadah. Bulan ini adalah bulan dimana segala ibadah yang dilakukan akan mendapatkan pahala berlipat-lipat. Nah, untuk menyambut bulan ini, kamu bisa mengirimkan puisi Ramadhan untuk orang tersayang. 

Puisi Ramadhan merupakan puisi-puisi islami dengan konsep religi khas bulan Ramadhan. Tujuannya agar kamu bisa membagikan rasa suka cita menyambut Ramadhan dengan banyak orang, terlebih pada keluarga, teman, sahabat, dan orang-orang tersayang. Bagaimana isi puisinya? Simak berikut ini!

Kumpulan Puisi Ramadhan Penuh Hikmah

Inilah beberapa kumpulan puisi yang bisa kamu gunakan atau bagikan ke orang-orang tersayang, melalui pesan singkat WhatsApp, Instagram, Facebook atau yang lain.

1. Ramadhan Datang

Judul puisi: Ramadhan Datang

karya: Siti Fatimah

Malam indah penuh bintang

Menyambut bulan penuh ampunan

Bulan yang selalu kurindukan

Untuk mendekat kepada Tuhan

Marhaban ya Ramadhan

Hadirmu seperti kerinduan

Yang berhasil masuk dalam relung jiwa

Banyak doa dipanjatkan

Segala harapan mulai dilangitkan

Segala dosa terhapuskan

Marhaban ya Ramadhan

Bulan ampunan yang mulia

2. Suka Cita Ramadhan

Judul puisi Ramadhan: Suka Cita Ramadhan

Karya: Siti Fatimah

Bahagia terselip pada tawa anak-anak kecil yang sedang berlarian

Menyambut bulan suci penuh ampunan

Suka cita merekah pada senyum manisnya

Menyambut bulan mulia

Terima kasih Tuhan

Kau hadirkan kembali Ramadhan dalam hidup

Kau berikan pahala berlipat-lipat

dan ampunan yang begitu besar

Ramadhan-Mu akan kusambut dengan penuh gembira

Dengan penuh kekhusyukan

Mengharap Rahmat dan kasih sayang

Darimu, Rabbi…

3. Sebulan Penuh Puasa

Judul puisi: Sebulan penuh puasa

Karya: Siti Fatimah

Ramadhan tiba saatnya kita berpuasa

Puasa satu bulan penuh dengan penuh suka cita

Menahan lapar dan dahaga

Hingga amarah yang bersarang dalam dada

Satu bulan penuh kita berpuasa

Mengharap ridho dan rahmat-Nya

Tanpa lelah meminta ampunan-Nya

Yang melebihi luasnya samudera

Satu bulan penuh kita berpuasa

Menahan segala sesuatu yang bisa mengotori hati 

Mengubah menjadi sesuatu yang suci

Atas Ridho Illahi

4. Doa Bulan Ramadhan

Judul puisi: Doa Bulan Ramadhan

Karya: Siti Fatimah

Ya Allah Ya Tuhanku

Dalam dekapan bulan suci-Mu ini 

Berikan hamba ampunan dan kesadaran

akan kasih sayangMu yang begitu besar

Ya Allah Ya Tuhanku

Kasih-Mu Maha Luas

Sayang-Mu tak terbatas

Berikan pada hamba

Yang sungguh penuh dosa

Ya Allah Ya Tuhanku 

Apapun yang ada dalam lubuk hatiku

Naungi dengan rahmat-Mu

Karena sungguh ku tak sanggup apabila berjalan sendiri

Di dunia yang fana ini

Ya Allah Ya Tuhanku

Jadikan kami sebagai hamba yang selalu mengingatMu

Mengingat ayat-ayat suci-Mu

Mengingat sabda Nabi-Mu

Sebagai petunjuk jalan hidup kami 

Di dunia, maupun akhirat

5. Menapaki Bulan Suci

Judul puisi: Menapaki Bulan Suci

Karya: Ika Dina Syarifa

Sebelum fajar benar-benar matang

Sudah banyak doa dipanjatkan

Semoga dilancarkan

Semoga diampunkan

Semoga dikuatkan

Subuh yang sumringah dari biasanya

Siang terang-benderang

Riuh suara adzan berkumandang

Lantunan ayat suci Al-Qur’an 

Shaf masjid terisi sampai belakang

Bulan dengan segala kebaikan

Manusia berlomba dengan berupa amalan

Menuju petang, “Mau berbuka apa nanti?”

Maghrib yang penuh syukur

Doa yang satu-persatu kabul

Untuk makanan dan minuman

Serta kekuatan hingga adzan datang

Perjalanan masih panjang

Tiga puluh hari menuju kemenangan

6. Aku Pulang

Judul puisi: Aku Pulang

Karya: Faras Alifia Rahman

Hingar bingar penuh mungkar dan kelakar

Giat menggeliat bercumbu dengan malaikat

Ayo ambil satu gelas lagi!

Kita terbang sampai pagi!

Omong kosong lima waktu!

Toh, aku bisa bersenang-senang setiap waktu

Persetan dengan puasa!

Toh, aku bisa berpuas-puas mengecap rasa

Ayolah!

You only live once!

Hidupkan hidupmu selagi hidup!

Tunggu sebentar..,

Hidup apa?

Aku siapa?

Sejatinya aku adalah calon mayat

Yang terlalu takabur padahal esok bakal dikubur

Terlalu jauh aku berkelana dan terlena

Hingga diriku terbenam dalam kabut kelam

Sang Maha Penolong membukakan pintu-Nya sekali lagi untukku

Dengan tertunduk malu, aku tertatih-tatih melangkah mendekati-Nya

Ya Rabb..

Hamba pulang

Izinkan tubuh yang berlumur kerak-kerak nista ini

Tuk bersimpuh rapuh di hadapan-Mu

Perbolehkan kening yang selalu mendongak congkak ini

Tuk tunduk bersujud menyembah nama-Mu

Dengan segala kefasikan diri

Dan segenap kekumuhan hati

Sisakan setitik ampunan untuk pendosa sepertiku, Ya Rabb

Sebab diri ini terlalu hina untuk memohon Lailatur Qadar-Mu

Ya Rabb..

Masih pantaskah pendosa sepertiku menyandang gelar sebagai hamba-Mu

Ramadhan ini aku pulang

Menemui Tuhanku yang selalu enggan kutemui

Rangkul aku dengan rahmat-Mu, Ya Rabb

Jangan biarkan aku menginjak bibir jurang kedurhakaan itu lagi.

7. Kemuliaan yang Dirindukan

Judul puisi Ramadhan: Kemuliaan yang Dirindukan

Karya Adi Taufika Adi

Butir-butir tasbih berputar tak terhitung

Mengiringi alunan zikir di bulan suci

Menyeru kepada umat muslim seisi bumi

Melantunkan kalimat-kalimat agung

Sungguh indahnya suasana di malam hari

Sejuk mendengar alunan bersenandung

Melebihi merdunya suara kidung

Yaitu alunan kalam ilahi

Sungguh kemuliaan yang layak kita junjung

Ramadhan penuh kedamaian di hati

Penuh rahmat Sang Maha Pelindung

Kemuliaan itu selalu dinanti

Rindu datangnya tiada terbendung

Karena datangnya setahun sekali

8. Pada Bulan yang Suci

Judul puisi ramadhan: Pada Bulan yang Suci

Karya: Delfiani Safira

Kali ini, aku tak lagi menyalahkan angin; 

Yang tak pernah meniupkan sepoi-sepoi kerinduan

Melalui hembusnya yang selalu tajam

Aku ingin berterima kasih;

Kepada angin dan mereka

Yang berhasil memberi ketenangan kali ini

Ketenangan mencipta damai

Kedamaian mencipta bahagia

Semua makhluk berbondong bersukacita

Semua makhluk mendamba tentram dan sentosa

Aku ingin berterima kasih; 

Kepada-Nya

Yang masih mengizinkan hamba

Bersua dengan yang suci

Yang menghadirkannya tenang

Yang menghadirkannya tentram

9. Waktu Berbuka Tiba

Judul puisi Ramadhan: Waktu Berbuka Tiba

Karya: Siti Fatimah

Sayup kumandang azan terdengar dari kejauhan

Aku bergegas pulang sembari membawa jajanan dari pasar

Berlari kecil-kecilan

Bersiap menyambut santapan di meja makan

Ibu sudah menungguku di meja makan

Bersama bapak dan dua saudara kecilku

Lapar dan dahaga akan ku akhiri 

dengan segarnya es kolak buatan Ibu

Terima kasih atas segala rahmat-Mu 

dan rezeki yang Engkau berikan

Pada sepiring nasi yang kumakan

Pada semangkuk es yang kuteguk

Tanpa nikmat dan kasih-Mu

Waktu berbuka puasaku takkan indah

Terima kasih Ya Allah

Engkau satu-satunya Tuhan 

Yang Maha Pengasih

10. Nyatanya, Ramadhan Akan Terus Kembali

Judul puisi Ramadhan: Nyatanya, Ramadhan Akan Terus Kembali

Karya: Ajilni Ilmi N. 

Menjelma kasih pada bilik yang mulai digarap manusia, hari demi hari. 

Menyusuri jalan penuh cita bahagia pada jiwa yang seakan tidak bisa digandakan.

Melewati masa dan ruang, mengantongi kisah yang berujung pada kasih, menyelesaikan kebangkitan batin yang tidak lepas dari sebuah perjuangan hakiki menuju roma Ilahi.

Semua itu, melekat pada ingatan

Mungkin dari sekian pinta manusia, mereka memilih untuk dijumpakan lagi dengan bulan penuh keberkahan ini.

Bulan di mana semua tatap seperti penuh dengan kebaikan dan aroma pekat kemanusiaan. 

Bulan yang ketika ketetapan hati belum sepenuhnya diperbaiki, namun kesempatan untuk menata diri selalu diberi.

Lagi-lagi, 

Ramadhan mulai memeluk jiwa manusia yang belum tentu memeluk kembali kehadirannya.

Dan lagi-lagi, 

semua yang tidak dengan baik digenggam oleh manusia mampu diterima hangat oleh-Nya.

Selamat menyelami Ramadhan Karim

Sebab di dalam Ramadhan, manusia bisa menemukan kasih Tuhan tanpa sebuah permintaan.

11. Malam Kemuliaan

Judul puisi Ramadhan: Malam Kemuliaan

Karya: Intan Novitasari

Angkasa kian pekat menghitam, 

Duduk bergeming seorang diri dalam bising lirih,

Celotehan insan pertiwi mengembara kesana kemari, 

Menanti gempita kerinduan yang kian bertamu, 

Deru haru merasuk sukma, 

Menggetarkan jiwa-jiwa hilang tak berpenghuni, 

Tuk Menemukan tempat pulang, 

Diujung rasa yang kian mati, 

Mengisahkan diri tanpa tabah, 

Merebah diri melawan keadaan,

Menggeluti diri penuh noda, 

Lantaran kalut masih ku kantongi, 

Benahi diri dalam laskar iman, 

Menahan hasrat kian menggoda, 

Meski ego meraung menggelegar, 

Mendapati diri masih tergeletak tak berdaya,

Ingin  menyambutmu dengan menggelora, 

Memeluk hadirmu kian mengudara, 

Pada pesona pemilik malam kemuliaan,

Pantaskah diri ini tuk bertemu kembali? 

Sekalipun berpulang di penghujung takbir, 

rindunya bersua lagi bukan kepalang ajar, 

Oh Ramadhan, 

Malam kemuliaan para insan berlomba mencari kebajikan diri.

12. Menanti Ramadhan

Judul puisi: Menanti Ramadhan

Karya: M. Barnaba Ridho Illahi

Isak tangis kian membanjiri

Perlahan bulan pun berganti menghampiri

Tanpa sadar bulan suci telah kembali

Dari Syaban yang terlewati

Hingga ramadhan yang dinanti

Siapkan hati siapkan diri

Bersihkan budi dan banyak berbagi

Karena hari akan penuh syafaat ilahi

Namun apabila diingkari tanpa adanya pasti

Maka jangan segan, jika nestapa mendatangi

Karena nikmat yang dimiliki, hanya milik hamba yang tekun menjalani.

13. Ramadhan yang Dinanti

Judul puisi Ramadhan: Ramadhan yang Dinanti

Karya: Nur Rohmah

Hilal telah tampak bulan sabit pun tersenyum

Tanda awal hijriah ditetapkan ramadhan yang di nanti

Wahai orang yang beriman berpuasalah

Perbanyak ibadah tadarus tarawih bersedekah

Allah tuhan sebaik-baik ampunan

Masa penuh kebahagiaan serta kedamaian

Sungguh janji Allah itu benar

Ramadhan…

Tanda cinta Allah pada hambaNya

Bulan penuh keberkahan penuh ampunanNya

Lailatul qadar turunnya Al Qur’an yang mulia 

Sang petunjuk kebenaran obat segala jiwa

Dilipatgandakan segala amal ibadahnya

Malaikat pun tak tahu seberapa nilai puasa manusia

Hanya Allah yang tahu tanpa perantara

Ramadhan…

Sebaik-baik perjumpaan

Sebaik-baik perbekalan

Mari sambut dengan penuh suka cita

Sebulan penuh puasa menahan nafsu lapar dahaga

Perisai pelindung seorang hamba dari siksa neraka

Sujud tunduk bentengkan jiwa dengan do’a

Wahai Allah tuhan semesta alam

Pertemukanlah kami dengan ramadhan

14. Menyambut Bulan Mulia

Judul: Menyambut Bulan Mulia

Karya Intan Novitasari

Kerlipan bintang memukau pelita

Di tengah langit kian pekat menghitam

Deru ombak kian riuh

Bagai raungan harimau mencari mangsa

Ku duduk bergeming seorang diri

Di tengah celotehan insan pertiwi mengembara kesana kemari

Ku beralun lirih ikuti ritme irama berlagu

Menanti gempita bulan ramadhan kian bertamu

Meski kabut kelabu merajai relung kalbu,

Tak payah pudar tuk menemui kerahmatan Ilahi

Menepis kalut yang kukantongi

Tuk menantikan malam yang penuh keberkahan

Menjamu tamu dengan suka cita

Benahi diri dalam laskar iman

Menahan hasrat yang kian menggerogoti jiwa

Menjelma diri bak kupu-kupu keluar dari kepompong

Kedamaian kalbu penuh fitrah

Berlomba-lomba dalam kebajikan

Tuk merangkul kerinduan pada bulan kemuliaan

Dan kusambut hadirmu dengan menggelora

15. Ramadhan

Judul puisi: Ramadhan

Karya: Tina Andarina Bolo

Suara langkah kaki, berbondong-bondong

Berjalan menuju masjid

Diiringi tawa dan suara anak kecil yang berlarian kesana kemari

Lantunan ayat suci Al-Qur’an tiada henti

Untuk menyambut bulan yang suci ini

Marhaban Ya Ramadhan

Seruan doa membumbung ke langit

Tak henti mengucap syukur pada Ilahi 

Pecah tangis dan tawa untuk menyambut bulan suci ini

Rasa haru dan rindu bercampur menjadi satu

Dikala jiwa masih dipertemukan dengan bulan yang mulia ini 

Bulan dimana para malaikat turun dari Arsy-Nya

Yang setiap jengkal dari bumi ini bertebaran oleh Rahmat dan ampunan-Nya

Bulan yang dimana jutaan jiwa

Menginginkan belas kasih-Nya

Untuk mencapai kesucian jiwa

16. Dua Piring untuk Berbuka

Judul puisi: Dua Piring untuk Berbuka

Karya: Siti Fatimah

Senja sore telah nampak di ufuk barat

Sayup kumandang azan maghrib mulai bersahut-sahutan

Saatnya aku mengakhiri puasa hari ini

Dengan segelas air dan sepiring nasi yang baru kubeli

Ku sambut waktu berbuka dengan senang hati

Sembari melahap sesuap demi sesuap nasi

Tak henti-henti kuucap syukur atas nikmat Sang Ilahi

Atas kenikmatan rezeki sore ini

Di tengah lahap makanku

Kulihat di seberang ada bocah kecil sedang mengintip lemas

Air matanya berlinang seperti menahan lapar

Kusuguhkan sepiring nasi untuknya agar perutnya tak lagi kosong

Agar ia bisa mengakhiri puasanya dengan riang

Agar ia bisa menyambut  ramadhan dengan tenang

Dua piring nasi kali ini Tuhan

Adalah bentuk kasih sayang-Mu

Adalah bentuk kemurahan-Mu

Dua piring nasi kali ini Tuhan

Adalah rezeki yang harus aku syukuri

Aku bisa mengisi perutku

Sembari mengukir kebahagiaan pada hati orang lain

Dua piring nasi kali ini Tuhan

Mungkin terlihat sederhana

Namun sangat bermakna

Terimakasih Tuhan

17. Suasana Tadarus

Judul puisi Ramadhan: Suasana Tadarus

Karya: Siti Fatimah

Riuh suara langkah kaki anak kecil berlari-lari 

Meramaikan masjid di bulan ramadhan ini

Senyum manis mereka merekah kemana-mana

Menghadirkan keceriaan di bulan mulia

Lantunan ayat-ayat suci mulai terdengar

Saling bersahut-sahutan

dari masjid satu ke masjid yang lain

Setiap orang dengan gembiranya membaca Al-Quran

Sambil berharap mendapat pahala-Nya

Langit yang tenang menyambut dengan indahnya

Setiap kekhusyukan yang tercipta

Pada bibir yang tak berhenti membaca firman-Nya

Pada hati yang tak berhenti mengucapkan kalimat-kalimat indah-Nya

Ramadhan adalah bulan mulia penuh suka cita

Mari hidupkan bulan mulia dengan membaca ayat-ayatNya

Bertadarus

Berdzikir

Bermunajat

Untuk mengingat-Nya, bersama

18. Ramadhan yang Kurindu

Judul puisi: Ramadhan yang Kurindu

Karya: Siti Fatimah

Bulan penuh ampunan bagi hamba penuh dosa

Dengan segala rahmat dan kasih sayang Tuhan

Kusambut Ramadhan penuh suka cita

Ramadhan,

Bolehkah aku sedikit berbincang denganmu tentang keinginanku

tentang kerinduanku

pada malammu

saat masa kecilku

Kala itu,

tawaku masih leluasa bertebaran dimana mana

Kala itu,

langkah kakiku melaju cepat saking riangnya

Bersama teman-teman

saling berlarian

saling melempar tawa

di dekat masjid desa

Ramadhan

bolehkah aku sedikit berbisik denganmu

aku rindu bagaimana susana masa kecilku

saat menyambutmu

dengan petasan-petasan 

yang mengundang kekhawatiran para ibu

Ramadhan,

kini aku sudah dewasa 

kini tak ada lagi petasan

kini tak ada lagi teman-teman

yang mengajakku tertawa riang

menyambutmu

seperti dulu

Ramadhan,

Kau masih kusambut dengan hangat, namun kerinduan suasana masa kecilku tak bisa lagi kuucap

Yang bisa kulakukan hanyalah memanjatkan doa

Semoga teman teman yang jauh disana selalu diberi keselamatan dan pahala yang berlipat ganda

ibadah yang diterima

dan hati yang bergembira

Ramadhan,

maaf kali ini aku hanya rindu

19. Sekali Saja

Judul puisi: Sekali saja

Karya: Arfan Eka Wijaya

Kedatangannya seperti kilat

Hanya hitungan hari

Yang lalai, rugi

Pergi dengan banyaknya kebaikan

Izinkan untuk kembali menyapa

Sekali saja

Menikmati sebiji kurma

Dan selalu berderma

Dimana kebaikan berlipat ganda

Ingin masa ini selalu ada

Sekali saja

Bertemu kembali

Dengan senyum dan semangat baru

Sekali saja

20. Waktu yang Didambakan

Judul puisi: Waktu yang Didambakan

Karya: Arfan Eka Wijaya

Keberadaannya, diharapkan

Keberadaannya, diabaikan

Keberadaannya, dilupakan

Namanya hanya dielukan tempo hari

Begitulah manusia

Menyambut layaknya sebuah momentum

Berbondong-bondong menebar bahagia

Tapi hanya sebuah sambutan

Yang lewat termakan godaan

Begitulah manusia

Ia adalah bulan suci yang diagungkan

Ayat-ayat digaungkan

Menambah kebaikan

Itulah masa yang diharapkan

21. Kepada Ibu

Judul puisi Ramadhan: Kepada Ibu

Karya: Febrian Kisworo Aji

Pagi buta terdengar ingar bingar

bunyi itu kian bising menelusup ke dalam telingaku

sendok, garpu, kompor, gelas, ceret, dan piring saling beradu.

“Sahur-sahur”

suara ibu yang masih samar

pengiba paling tabah,

menjelang subuh sebelum melaksanakan ritual ibadah

merupa puisi paling rahasia.

Mengembun sebagai kata-kata

yang menempel di dedaunan diksi indah

menguap menuju Tuhan

lalu dihisap oleh mentari

sebagai jelmaan kuasaNya.

Kepada Ibu aku belajar tabah

yang menumbuhkanku, menyiramiku, dan menyayangiku

‘tuk menambah energi berserah

melantunkan doa-doa puisi

dengan puasa sebagai perantara

yang kupersembahkan kepadaNya.

22. Lagi Tersungkur

Judul puisi : Lagi Tersungkur

Karya: Febrian Kisworo Aji

Mataku tidak tahan lama lagi

menatap redup nyala laptop

ketika malam tiba

samar-samar terangnya

sejenak melamun, ada musik yang tekun mengiringi tidur;

lagu-lagu syukur, lagi-lagi tersungkur

masih tersisa secangkir kopi

yang belum habis diseduh

untuk memadamkan api rokok

yang kelewatan mengumbar nafsu

Menjelang subuh tiba

dengkur dibangunkan oleh sahur

sambil malas-malasan, memaksa diri ini;

makan memakan makanan

yang dimakan oleh puasa

selamat menunaikan ibadah puisi

22. Selamat Bulan Ramadhan

Judul puisi Ramadhan: Selamat Bulan Ramadhan

Karya: Masayu Sechmaida

Mati bulan pada lini

Hilal bersimpul, tersenyum mentari

Terbuka pintu pahala suci

Cahaya mulia menyambangi hari

Langkah pertama menjejak hati

Ikhlas menjalani perintah Ilahi

Berpuasa sepenuh bulat bulan

Dengan cobaan menuju kemenangan

Menumpas nafsu nan meraja

Menahan lapar dan dahaga yang mendera

Seluas samudra kesabaran teruji

Lisan terjaga dari perkataan keji

Jiwa raga pancarkan kasih nurani

Pijarkan putih cahaya ruhani

Membaur sinar kemuliaan bulan pahala

Menyentuh hangat insan beriman

Titian bulan pahala terbentang kemuliaan 

Semangatlah menapaki dengan ketakwaan

Hingga final menggapai kemenangan

Selamat menjalani ibadah Ramadhan

23. Ketika Ramadhan Menghampiri

Judul puisi: Ketika Ramadhan Menghampiri

Karya: Noviyanti

Sya’ban akan berganti

Ramadhan kini dinanti

Bulan suci dambaan hati

Bagi setiap insan yang menanti

Selalu kudapati wajahmu

Dalam lelap tidurku menjelang Ramadhan tiba

Engkau datang

Walau sekilas dan hanya tersenyum padaku

Kali ini

Kulihat bayangmu

Seperti biasa

Menjelang Ramadhan tiba

Tapi kali ini

Kau tersenyum padaku tak seperti biasanya

Kali ini

Senyummu begitu indah

Dengan cahaya yang memancar di wajahmu

Kau tersenyum padaku juga padanya

Yang sebenarnya baru aku temui beberapa waktu ini

Menjelang Ramadhan

Engkau hadir walau hanya dalam mimpi

Menghapus rinduku

Yang sebenarnya nanti akan tumbuh kembali

Ibu semoga doa-doaku bisa melapangkan barzahmu

Itulah Kumpulan Puisi Ramadhan Penuh Hikmah

Mari rayakan bulan suci penuh hikmah ini dengan kumpulan puisi Ramadhan menyentuh hati. Kamu bisa menggunakan puisi-puisi tersebut untuk dikirimkan ke orang-orang tercinta melalui pesan singkat ataupun lewat surat.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page