Apa itu Rasio Likuiditas? Pengertian, Rumus, serta Contoh Soalnya

Dalam dunia investasi, menerapkan penilaian secara objektif merupakan hal yang sangat penting bagi investor. Salah satu instrumen investasi yang diterapkan yaitu likuiditas karena Anda bisa tahu kualitas atau performa perusahaan tersebut. Perusahaan yang sehat yaitu perusahaan dengan rasio likuiditas baik dan begitu pula sebaliknya. Berikut pembahasan selengkapnya.

Pengertian Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan komparasi antara aktiva lancar dan kewajiban atau utang. Selain itu, rasio tersebut bisa menjadi informasi atau alat yang bisa membantu perusahaan dalam meningkatkan manajemennya.

Rasio ini juga menjadi indikator untuk mengetahui performa perusahaan serta kondisi keuangannya. Jadi, Anda dapat mengetahui seperti apa kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau kewajiban yang dimilikinya.

Perusahaan disebut likuid saat mampu melunasi utang-utang yang menjadi tanggungannya. Jika ternyata tidak likuid, itu artinya perusahaan belum mampu membayar apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Konsep pengukuran rasio liquidity tersebut bisa melalui perbandingan antara aktiva lancar serta total pasiva lancar alias utang jangka pendek. Adapun aktiva lancar di dalam perusahaan dapat berupa:

  • Piutang dagang,
  • Piutang pendapatan,
  • Uang kas,
  • Piutang wesel,
  • Surat berharga seperti obligasi maupun kepemilikan saham,
  • Beban yang dibayar sebagai DP,
  • Persediaan barang dagang serta inventaris,
  • dan sebagainya.

Lalu pasiva lancar perusahaan bisa dalam bentuk:

  • Uang wesel,
  • Uang dagang,
  • Pendapatan yang diperoleh di muka,
  • Utang jangka panjang yang jatuh tempo,
  • Uang dividen,
  • dan sebagainya.

Tidak kalah penting, rasio liquidity perusahaan akan dikatakan baik ketika berada di atas angka 1.0. Akan tetapi, ketika nominalnya malah di bawah 1.0 seperti 0.5, 0.8, dan lain-lain menunjukkan perusahaan mengalami kendala likuiditas sehingga berpotensi kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.

Manfaat Rasio Likuiditas

Manfaat menghitung liquidity ratio yaitu:

1. Bagi Perusahaan

Berikut manfaatnya bagi perusahaan:

  • Mengukur tingkat efisiensi pengeluaran terkait kegiatan operasional.
  • Membandingkan posisi strategis perusahaan dengan pesaingnya dari segi bisnis.
  • Mendapatkan informasi tentang kondisi finansial perusahaan terkait kemampuannya untuk membayar utang jangka pendek.

2. Bagi Investor

Berikut manfaatnya bagi investor:

  • Memungkinkan investor ketika ingin tracking serta menganalisis performa dari aset perusahaan yang dipakai sebagai instrumen investasi.
  • Mengetahui apakah perusahaan tersebut mempunyai aset yang memang layak untuk diinvestasikan.
  • Mengetahui seperti apa kemampuan perusahaan di dalam membayar utang jangka pendek pada periode yang telah ditetapkan.

Jenis Rasio Likuiditas

Terdapat beberapa macam rasio liquidity, di antaranya:

1. Rasio Cepat

Rasio cepat alias Acid Test Ratio atau Quick Ratio merupakan rasio yang dipakai ketika ingin mengetahui likuiditas perusahaan secara akurat. Caranya dengan membandingkan antara kewajiban utang jangka pendek terhadap aktiva lancar.

Di dalam perumusan rasio cepat tersebut, Anda perlu memperhatikan beberapa hal. Misalnya utang dagang, pinjaman jangka pendek, utang kartu kredit, utang pajak penghasilan, maupun biaya yang masih perlu untuk dibayar. Selanjutnya memperhatikan aset lancar yang dapat dihitung seperti investasi yang likuid, uang tunai, serta piutang. 

Di dalam rasio cepat, inventaris tidak dimasukkan sebagai aset. Ini karena dianggap sulit saat ingin mengonversinya ke uang tunai.

Rumus untuk menghitung rasio cepat yaitu:

Quick Ratio = {(Aktiva Lancar – Persediaan) : Hutang Lancar} x 100%

2. Rasio Kas

Berikutnya ialah rasio kas yang membandingkan antara cashflow terhadap tagihan yang menjadi tanggungan untuk dibayar. Rasio tersebut bermanfaat untuk mengukur seperti apa kemampuan perusahaan di dalam melunasi pasiva lancar terhadap total aktiva lancar paling likuid.

Perbandingan tersebut dilakukan tanpa perlu mempertimbangkan persediaan. Mengapa tidak perlu dihitung? Karena secara umum hal tersebut memerlukan waktu pencarian cukup lama daripada aset-aset perusahaan yang lain dan lebih likuid.

Kemudian untuk rumus menghitung jenis rasio likuiditas yang satu ini yaitu:

Cash Ratio = (Kas + Surat Berharga / Hutang Lancar) x 100%

3. Rasio Saat Ini atau Rasio Lancar

Rasio saat ini alias Current Ratio atau rasio lancar merupakan jenis rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam melunasi pasiva lancarnya. Pasiva lancar tersebut bisa berupa utang maupun kewajiban yang perlu diselesaikan dalam waktu kurang dari setahun dengan melihat total dari aktiva lancar milik perusahaan tersebut.

Adapun yang termasuk aktiva lancar yaitu piutang, kas, surat berharga, dan lain-lain. Jika perbandingan antara aktiva dengan utang lancar semakin tinggi, itu menunjukkan kemampuan perusahaan di dalam melunasi kewajibannya semakin lancar.

Lalu untuk rumus yang diterapkan yaitu:

Rasio Lancar = (Aktiva Lancar : Kewajiban Lancar) x 100%

4. Margin Laba Bersih

Berikutnya ada Net Profit Margin atau margin laba bersih, sebuah persentase dari sisa pendapatan pasca dikurangi beberapa komponen seperti:

  • Bunga
  • Biaya produksi
  • Pajak

Tidak sedikit investor yang memberikan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan rasio net profit margin-nya. Alasannya karena margin laba bersih bisa memberikan gambaran terkait kemampuan perusahaan dalam hal manajemen pengeluaran. Termasuk bagaimana perusahaan tersebut mengonversi sisa pengeluaran menjadi keuntungan. 

Kemudian rumus yang diterapkan dalam menghitung margin laba bersih yaitu:

Margin Laba Bersih = {(Pendapatan – (Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasional + Pajak + Bunga + Biaya Lain) : Pendapatan) x 100}

5. Rasio Cakupan Bunga

Jenis rasio likuiditas yang kelima yaitu rasio cakupan bunga. Rasio tersebut membandingkan antara pendapatan perusahaan yang sekarang tersedia dengan beban bunga yang harus dibayarkan di masa depan.

Biasanya rasio tersebut dimanfaatkan sebagai rasio solvabilitas sehingga mampu melakukan identifikasi ketersediaan dana secara jangka panjang terhadap bunga berkelanjutan. Lalu rumus yang diterapkan yaitu:

Laba sebelum terkena pajak dan beban bunga : bunga

6. DSO atau Days Sales Outstanding Ratio

Rasio DSO atau Days Sales Outstanding merupakan jenis rasio untuk mengetahui total waktu yang diperlukan perusahaan di dalam menerima pembayaran pasca penjualannya selesai.

Saat perhitungan DSOnya ternyata tinggi, menunjukkan perusahaan memerlukan waktu lebih lama dalam menerima pembayaran. Akan tetapi, saat perhitungan Days Sales Outstanding-nya rendah, artinya perusahaan memerlukan waktu relatif cepat untuk menerima pembayaran.

Rumus yang diterapkan dalam menghitung rasio DSO yaitu:

Rata-rata piutang : Pendapatan yang diperoleh per hari

7. Rasio Perputaran Persediaan

Inventory turnover ratio alias rasio perputaran persediaan mengindikasikan seberapa cepat atau efektif persediaan yang bisa dikelola perusahaan. Caranya dengan membandingkan HPP atau Harga Pokok Penjualan di dalam persediaan rata-rata pada satu periode.

Semakin tinggi rasio perputaran persediaan tersebut, menunjukkan semakin cepat perusahaan dalam menjual barang persediaan yang dimilikinya sehingga semakin cepat memperoleh pendapatan. 

Adapun rumus yang diterapkan dalam mengetahui Inventory Turnover Ratio yaitu:

Inventory Turnover Ratio = Penjualan / Persediaan rata-rata

Contoh Soal tentang Rasio Likuiditas

Berikut beberapa contoh soal dalam menghitung rasio likuiditas berdasarkan jenis-jenis rasio tersebut.

1. Rasio Lancar

PT Indo Jaya mempunyai aktiva lancar Rp10.000.000,00 serta memiliki kewajiban alias utang lancar sebesar Rp5.000.000,00. Cara menghitung rasio lancarnya yaitu:

(Rp10.000.000,00 : Rp5.000.000.00) x 100% = 2.0

Artinya, PT Indo Jaya mempunyai rasio lancar yaitu 2.0. Dengan kata lain, kondisi keuangannya stabil.

2. Rasio Cepat

PT Jaya Laksana mempunyai aktiva lancar sebesar Rp20.000.000,00. Perusahaan tersebut juga mempunyai persediaan Rp12.000.000,00 serta mempunyai kewajiban lancar Rp16.000.000,00. Cara menghitungnya yaitu:

{(Rp20.000.000,00 – Rp12.000.000,00) / Rp16.000.000,00} x 100% = 0.5

Berdasarkan kalkulasi di atas, dapat disimpulkan jika quick ratio PT Jaya Laksana yaitu 0.5. Artinya kondisi keuangan dari perusahaan tersebut tidak sehat.

3. Rasio Kas

PT Jaya Abadi mempunyai kas sebesar Rp5.000.000,00. Perusahaan tersebut juga mempunyai surat berharga senilai Rp3.000.000,00 serta kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000,00. Adapun cara menghitung rasio kasnya yaitu:

(Rp5.000.000,00 + Rp3.000.000,00 / Rp5.000.000,00) x 100% = 1,6

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menunjukkan kondisi keuangan dari PT Jaya Abadi masih sehat dan stabil.

Sudah Paham tentang Rasio Likuiditas dan Cara Menghitungnya?

Sekian penjelasan seputar liquidity ratio lengkap dengan rumus dan cara menghitungnya. Dengan memahami rasio perusahaan tersebut, Anda bisa mengetahui seperti apa performa perusahaan dalam membayar kewajibannya.

Semakin rasionya tinggi, perusahaan tersebut dinyatakan semakin baik dalam memenuhi kewajiban atau utangnya. Sebaliknya, semakin rendah rasionya, kemungkinan perusahaan kesulitan membayar kewajibannya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page