Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman yang menjadi panutan seluruh umat muslim di dunia. Dalam kisah hidup beliau, ada banyak sekali hal baik yang bisa diteladani mulai dari sifat sabar hingga sifat penyayang beliau kepada istrinya. Pada artikel berikut akan diuraikan kisah Rasulullah SAW mulai dari lahir hingga wafat.
Daftar ISI
- Kelahiran Rasulullah SAW
- Masa Kecil Rasulullah SAW
- Masa Remaja Rasulullah SAW
- Masa-Masa Nabi Muhammad SAW Berdagang
- Pernikahan dengan Khadijah
- Istri-Istri Rasulullah SAW
- Wahyu Pertama Turun
- Dakwah Pertama Rasulullah SAW
- Hijrah Nabi Muhammad SAW
- Reaksi Kaum Quraisy terhadap Hijrahnya Rasulullah SAW
- Perintah Berzakat di Zaman Rasulullah SAW
- Perintah Kurban di Masa Rasulullah
- Peperangan Rasulullah SAW
- Wafatnya Nabi Muhammad
- Sudah Tahu Sejarah Rasulullah SAW dari Lahir sampai Wafat?
Kelahiran Rasulullah SAW
12 Rabi’ul Awal tepatnya pada tahun 571 kalender Romawi adalah tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di Makkah dari pasangan bernama Aminah dan Abdullah.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan penyerangan pasukan gajah ke Ka’bah dibawah pimpinan Abrahah Habasyah. Pada saat penyerangan tersebut, Allah SWT menghentikan aksi pasukan tersebut dengan mendatangkan burung ababil.
Dengan segala kebesaranNya, burung ababil tersebut menjatuhkan batu-batu untuk kemudian mendatangkan wabah penyakit bagi pasukan tersebut. Adapun peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW ini sudah diterangkan pada Q.S Al-Fil yang memiliki arti Tahun Gajah.
Nabi Muhammad SAW tumbuh sebagai anak yatim karena Abdullah meninggal saat beliau masih dalam kandungan. Ayahnya sendiri adalah seorang saudagar yang sering melakukan perjalanan ke Negeri Syam. Dikisahkan saat singgah di Madinah, Abdullah sedang dalam keadaan kurang sehat hingga akhirnya meninggal dunia di sana.
Singkat cerita, setelah Nabi Muhammad SAW lahir, ibunya menyerahkannya kepada Halimah di Dusun Bani Sa’ad untuk mendapatkan persusuan. Hal ini dilakukan karena memang sesuai dengan tradisi bangsa Arab saat itu yang mana mereka akan menyusukan sang anak kepada perempuan desa di sekitar tempat tinggal mereka.
Hal ini tujuannya adalah agar anak-anak tersebut, termasuk dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW, bisa tumbuh di lingkungan pedesaan yang bersih dan asri. Adapun beliau tinggal bersama Halimah selama 4 tahun.
Masa Kecil Rasulullah SAW
Pada usianya 6 tahun, Nabi Muhammad kembali tinggal bersama ibunya. Selama hidup bersama ibunya, Aminah sering mengajak anaknya berziarah ke makam ayahnya di Madinah sekaligus mengunjungi beberapa saudaranya yang ada di sana.
Namun suatu hari, saat mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah, Aminah tiba-tiba sakit hingga akhirnya meninggal dunia saat itu. Hal ini pun membuat Nabi Muhammad tumbuh menjadi yatim piatu.
Nabi Muhammad SAW pun akhirnya diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Bersama dengan sang kakek, beliau tumbuh menjadi anak yang cerdas, tanggap, dan berbudi pekerti luhur. Selain itu, Abdul Muthalib juga sangat mencintai Rasulullah SAW.
Berdasarkan sebuah riwayat tentang kisah Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa beliau mendatangi Masjidil Haram untuk menemui kakeknya. Saat melihat kakeknya, Nabi Muhammad SAW langsung mendekati kakeknya dan duduk di tempat hamparannya.
Seperti yang diketahui sendiri bahwa kakek Nabi Muhammad SAW adalah orang yang sangat dihormati saat ini, jadi tidak ada yang boleh duduk di hamparan tersebut kecuali Abdul Muthalib.
Melihat apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, anak-anak Abdul Muthalib langsung menahan beliau untuk menginjak hamparan tersebut. Akan tetapi, Abdul Muthalib langsung berkata “Biarkanlah dia berjalan mendekat kepadaku”.
Beberapa hari selanjutnya, setiap kali Nabi Muhammad SAW datang kesana, Abdul Muthalib akan selalu membiarkan cucunya untuk mengambil tempat duduk di sisinya. Hal inilah yang menunjukkan betapa besar rasa sayangnya kepada cucunya.
Namun, tepat saat umurnya 8 tahun, Abdul Muthalib meninggal dunia di Makkah, dan Abdul Muthalib berpesan agar cucunya dirawat oleh pamannya Abu Thalib. Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW pun dirawat oleh pamannya Abu Thalib yang merupakan seorang pedagang.
Masa Remaja Rasulullah SAW
Saat remaja, Nabi Muhammad SAW terhindar dari berbagai perbuatan buruk yang merugikannya. Seperti suatu kisah di mana Nabi Muhammad SAW bercerita tentang beliau yang pergi ke pesta perkawinan di zaman Jahiliah bersama teman-temannya.
Saat pesta tersebut, Allah SWT menutup telinganya sehingga dia tidak mendengar apapun. Bahkan dia sampai tertidur di pesta tersebut dan terbangun keesokan harinya. Setelah hari itu, beliau tidak pernah lagi ingin ikut-ikut temannya untuk melakukan perbuatan buruk.
Masa-Masa Nabi Muhammad SAW Berdagang
Atas didikan pamannya Abu Thalib, Rasulullah SAW tumbuh menjadi pemuda dewasa yang cerdas dan pintar berdagang. Dia sering ikut berdagang membantu pamannya.
Saat usianya mencapai dua belas tahun, beliau melakukan perjalanan ke Negeri Syam bersama dengan pamannya. Ketika sampai di Bushra, mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira mendekati Nabi Muhammad SAW sambil menarik tangannya dan berkata “Inilah tuan untuk semesta alam. Inilah utusan Rabb semesta alam. Dialah nabi yang diutus untuk semesta alam”.
Seseorang yang mendengar itu kemudian bertanya “Darimana kamu tahu?”. Buhaira pun menjawab “Sesungguhnya saat kalian datang dari Aqabah. Tidak ada satupun pepohonan yang tidak sujud. Dan ini dilakukan hanya untuk nabi. Kami mengetahui ini dari kitab kami”.
Setelah itu, dia langsung meminta kepada Abu Thalib untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanannya. Hal ini karena dia khawatir jika Yahudi tahu dan malah bertindak jahat pada Nabi Muhammad SAW. Abu Thalib pun mengikuti saran dari Buhaira.
Waktu terus berlalu, hingga pada akhirnya Abu Thalib menyarankannya untuk ikut bergabung dengan kafilah dagang milik Khadijah. Khadijah sendiri merupakan seorang janda kaya raya yang sangat dihormati oleh kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW pun mengikuti nasihat pamannya.
Setelah bergabung, Nabi Muhammad SAW langsung dipercaya untuk membawa dagangan milik Khadijah. Khadijah memberikan seorang rekan berdagang untuk Nabi Muhammad SAW bernama Maisarah.
Sepanjang perjalanan menemani Nabi Muhammad SAW, Maisarah telah mengalami banyak kejadian yang membuatnya takjub. Salah satu di antaranya adalah dia melihat Nabi Muhammad SAW selalu dilindungi oleh awan dan tidak pernah sekalipun terkena teriknya cahaya matahari.
Tidak hanya itu, selama berdagang pun, Maisarah dibuat takjub dengan kejujuran Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah menipu pembelinya dengan janji-janji marketing yang sering kita dengar.
Pernikahan dengan Khadijah
Setelah pulang berdagang, Maisarah langsung menceritakan semua yang dilihatnya kepada Khadijah. Dia juga menceritakan tentang kejujuran Nabi Muhammad SAW selama berdagang.
Khadijah pun mulai merasa tertarik dengan Nabi Muhammad SAW. Hingga waktu terus berlalu, Khadijah semakin tertarik dengan pribadi Rasulullah SAW, apalagi mereka juga sering terlibat pada kegiatan-kegiatan dagang tersebut.
Khadijah pun memutuskan untuk melamar Nabi Muhammad SAW. Dia mengutus sahabatnya yaitu Nafisah binti Umayyah. Dia meminta Nafisah untuk menyampaikan niat melamarnya tersebut. Tentu saja Nafisah langsung menyampaikan hal tersebut kepada Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW memberitahu berita baik tersebut kepada para paman-pamannya. Hamzah bin Abdul Muthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW langsung melamar Khadijah. Dia mendatangi rumah Khuwailid bin Asad untuk menyampaikan maksudnya tersebut. Hal ini karena Nabi Muhammad ingin melamar Khadijah terlebih dahulu.
Setelah proses lamaran tersebut, Nabi Muhammad akhirnya menikahi Khadijah di usianya yang masih cukup muda. Dengan demikian Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW di saat usianya 25 tahun.
Istri-Istri Rasulullah SAW
Setelah mengetahui kisah pertemuan dan pernikahan Rasul dengan Khadijah, perlu tahu juga bahwa Nabi Muhammad juga memiliki beberapa istri lain. Berikut ini 11 istri Nabi Muhammad SAW, termasuk Khadijah, yang penting untuk Anda ketahui.
1. Khadijah binti Khuwailid
Istri Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid yang beliau nikahi saat berumur 25 tahun. Khadijah adalah orang pertama yang membenarkan dan mendukung Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya.
2. Saudah binti Zam’ah
Wanita yang dinikahi Nabi Muhammad SAW selanjutnya adalah Saudah binti Zam’ah. Beliau menikahi Saudah saat sebelum hijrah ke Madinah.
Saudah sendiri adalah seorang istri yang diceraikan oleh suaminya. Suami sebelumnya yaitu Sakran bin Amr.
3. Aisyah binti Abu Bakar as Siddiq
Aisyah adalah anak dari Abu Bakar yang dinikahi oleh Rasulullah SAW di Makkah, tepatnya 2 tahun sebelum hijrah. Saat itu Aisyah berumur 6 tahun.
Aisyah menjadi salah satu istri yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW. Walaupun masih terbilang kecil, namun Aisyah banyak membantu dalam kegiatan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Setelah menikahi Aisyah, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menikahi gadis lain selain dirinya. Julukan Aisyah adalah Ummu Abdillah.
4. Hafshah binti Umar bin Khattab ra
Hafsah merupakan salah satu istri Nabi Muhammad SAW, yang awalnya adalah istri dari Hunais bin Hudzafah. Hunais adalah salah seorang sahabat yang gugur di Perang Badar yang kemudian istrinya dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW.
Menurut sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah bercerai dengan Hafsah. Namun rujuk kembali karena Malaikat Jibril datang. Jibril berkata “Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk rujuk kembali. Ini karena dia rajin puasa dan shalat malam. Dia akan menjadi istrimu di surga“.
5. Ummu Habibah binti Abu Sofyan
Istri Rasulullah SAW berikutnya adalah Ummu Habibah. Awalnya dia hijrah bersama dengan suaminya yaitu Ubaidullah bin Jahsy ke Habasyah. Namun suaminya berpindah agama menjadi Kristen, sedangkan Ummu Habibah tetap pada keislaman.
Nabi Muhammad SAW kemudian memutuskan untuk menikahinya saat ia masih di Habasyah. Raja Habasyah saat itu yaitu Negus memberikan mas kawin atas nama Nabi Muhammad SAW senilai 400 dinar kepada Ummu Habibah.
Pada saat pernikahannya dengan Ummu Habibah, Nabi Muhammad SAW mengutus Amr bin Umayyah ad Dhomari untuk mengurus semua pernikahannya tersebut ke Habasyah. Saat itu yang bertindak sebagai wali nikah adalah Utsman bin Affan. Adapun Ummu Habibah wafat tahun 44 H.
6. Ummu Salamah
Ummu Salamah yang memiliki nama asli Hindun bin Abu Umayyah adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad SAW. Namun sebelum menjadi istri Nabi Muhammad SAW, Ummu Salamah merupakan istri dari Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad.
Abu Salamah adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Adapun pada tahun 62 Hijriah Ummu Salamah wafat dan dia dimakamkan di Madinah.
7. Zaenab binti Jahsy
Istri Nabi berikutnya adalah putri dari Jahsy bin Riab yaitu Zaenab. Zaenab sebelumnya adalah istri dari Zaid bin Harisah, mantan budak Nabi Muhammad SAW yang telah menceraikannya. Hal yang unik dari pernikahan Nabi Muhammad SAW dan Zaenab yaitu mereka dinikahkan langsung oleh Allah SWT.
Saat pernikahan mereka, tidak ada seorangpun yang mengakadkannya. Hal ini diperjelas dengan ucapan dari Zaenab kepada istri Nabi yang lain dalam sebuah riwayat sahih yaitu: “Kalian dinikahkan oleh ayah-ayah kalian. Sedangkan aku dinikahkan langsung oleh Allah SWT.“ Dia wafat di Madinah pada tahun 20 H.
8. Zainab binti Khuzaimah
Istri Nabi Muhammad SAW berikutnya adalah Zainab binti Khuzaimah. Dia dijuluki sebagai ibunya orang miskin karena kedermawannya.
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Zainab adalah istri dari Abdullah bin Jahsy. Adapun Zainab dinikahi Nabi Muhammad SAW pada tahun ke 3 H. Umur pernikahan mereka kurang lebih dua atau tiga bulan.
9. Juwairiyah binti al-Harits
Juwariyah binti al-Harits sebelumnya adalah tawanan perang dan menjadi milik Tsabit bin Qais bin Syimas. Dia menjadi tawanan perang pada Perang Bani Musthalik.
Nabi Muhammad SAW hendak membebaskannya. Namun Tsabit menawarkan syarat untuk pembebasannya yaitu dengan membayar sejumlah uang tebusan. Nabi Muhammad SAW pun membayar tebusannya dan menikahinya di tahun 6 H. Juwariyah binti al-Harits wafat pada tahun 56 H.
10. Shafiyyah binti Huyay
Shafiyyah binti Huyay adalah keturunan dari Nabi Harun bin Imran yang merupakan saudara Nabi Musa As. Saat itu, dia menjadi tawanan pada Perang Khaibar tepatnya tahun 7 H.
Shafiyyah awalnya adalah istri Kinanah bin Abi al-Huqaiq. Kinanah dulunya dibunuh atas perintah Rasulullah SAW saat perang. Adapun Nabi Muhammad SAW membebaskan Shafiyyah dan menikahinya kemudian menjadikan pembebasannya sebagai mas kawinnya.
11. Maimunah binti al-Harits
Maimunah binti al-Harits merupakan istri Nabi Muhammad SAW yang beliau nikahi di tempat yang bernama Sarif. Sarif merupakan suatu tempat mata air. Tempat ini berada 9 mil dari kota Makkah. Maimunah sendiri merupakan wanita terakhir yang dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW.
Wahyu Pertama Turun
Rasulullah SAW adalah nabi akhir zaman yang diberikan wahyu oleh Allah SWT dengan berbagai keistimewaan di dalamnya. Adapun wahyu pertama yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah Surah Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang berisi tentang seruan membaca.
Menurut beberapa riwayat, turunnya wahyu pertama ini terjadi pada bulan Ramadhan tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriah.
Saat itu Nabi Muhammad sedang berada di Gua Hira merenung sendiri memikirkan keruntuhan moral yang begitu mengkhawatirkan di kalangan masyarakat Makkah. Di dalam gua tersebut, Rasulullah berdoa kepada Allah SWT agar mendapatkan pencerahan. Hingga beliau dikejutkan dengan kedatangan Malaikat Jibril.
Malaikat Jibril berkata “Bacalah”. Rasulullah SAW menjawab “Aku tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril kemudian menarik Nabi Muhammad dan memeluknya erat hingga kesulitan bernafas, setelah itu melepaskannya lagi.
Malaikat Jibril berkata kembali “Bacalah!”. Nabi Muhammad berucap kembali “Aku tidak bisa membaca”. Lagi-lagi Malaikat Jibril memeluk erat Nabi Muhammad hingga kehabisan tenaga.
Selanjutnya, Malaikat Jibril kembali berkata “Bacalah!”. Nabi Muhammad kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Kemudian Malaikat Jibril menarik dan memeluk Nabi Muhammad sekuat-kuatnya, lalu melepaskannya dan melafadz isi Surat Al-Alaq ayat 1-5.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
(QS. al-Alaq, 96:1-5)
Dakwah Pertama Rasulullah SAW
Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW hampir sama dengan nabi-nabi sebelumnya yang mana mendapatkan banyak rintangan dari kaumnya. Adapun dakwah pertama Nabi Muhammad SAW dilakukan kepada keluarga terdekatnya, yaitu Bani Hasyim.
Orang yang mau beriman dan bertakwa kepada Allah SWT saat itu adalah Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Paman Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Thalib ikut melindungi beliau saat melakukan dakwah namun tidak masuk Islam.
Dakwah terus dilakukan hingga dilakukan secara terang-terangan kepada orang sekitar. Namun setiap dakwah yang Nabi Muhammad SAW lakukan selalu mendapatkan tentangan keras dari kaum Quraisy. Bahkan mereka menilai bahwa Nabi Muhammad sudah gila.
Tidak jarang juga mereka akan melempari Nabi Muhammad dengan batu dan kotoran ketika melihat beliau. Bahkan paman Nabi yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab ikut menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.
Mereka tidak hanya menentang, tetapi juga mengintimidasi para pengikut Nabi agar meninggalkannya. Lebih parahnya ada juga yang berniat untuk membunuh Nabi Muhammad. Mereka rata-rata menentang karena khawatir jika dakwah yang Nabi Muhammad SAW akan merusak agama nenek moyangnya.
Hijrah Nabi Muhammad SAW
Ancaman dari kafir Quraisy semakin parah setelah meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah. Para pemimpin Quraisy secara terang-terangan menentang Nabi Muhammad dan melakukan segala cara untuk menghancurkan Islam saat itu.
Hal inilah yang akhirnya membuat Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk melakukan hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW merasa ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan umatnya dari kaum Quraisy saat itu.
Adapun tujuan hijrah Nabi Muhammad SAW saat itu adalah Yatsrib. Hal ini karena daerah tersebut adalah tempat yang paling dekat dan Nabi Muhammad memiliki hubungan yang cukup baik dengan penduduk di kota tersebut berdasarkan garis keturunannya.
Selain itu, penduduk Yatsrib juga terkenal akan kelemah lembutannya, serta budi pekertinya yang luhur. Jadi Nabi Muhammad SAW merasa aman jika hijrah ke tempat tersebut.
Reaksi Kaum Quraisy terhadap Hijrahnya Rasulullah SAW
Mengetahui fakta bahwa Nabi Muhammad SAW akan hijrah ke Madinah, kaum Quraisy mulai murka. Apalagi setelah mengetahui bahwa Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan orang Yatsrib, mereka semakin menyiksa umat Islam pada saat itu.
Namun Nabi Muhammad tidak tinggal diam, beliau pun meminta beberapa umat Islam untuk hijrah diam-diam hingga hampir semua umat Islam saat itu hijrah ke Madinah. Tersisa hanya Ali, Abu Bakar, dan Nabi Muhammad SAW yang tetap tinggal di Makkah.
Tentu saja, kaum Quraisy mengetahui itu semua. Merasa hijrahnya kaum muslim ini sebagai sebuah ancaman, maka mereka berembuk satu sama lain. Hasilnya ada tiga pilihan keputusan yaitu:
- Membiarkan Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
- Memenjarakannya.
- Membunuhnya.
Awalnya mereka memutuskan pilihan yang pertama. Namun karena merasa pilihan tersebut tidak akan memecahkan masalah, mereka akhirnya memutuskan untuk membunuh Rasulullah SAW.
Para algojo dari berbagai suku pun mulai dipilih. Hingga akhirnya mereka menyerang rumah Nabi Muhammad SAW. Namun saat itu juga, malaikat turun dan membawa wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yang diabadikan dalam Qs. Al-Anfal [8]:30.
Setelah mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad SAW langsung hijrah dan keluar dari rumahnya secara diam-diam. Hingga akhirnya beliau berhasil sampai di Madinah dengan selamat.
Perintah Berzakat di Zaman Rasulullah SAW
Saat tahun pertama di Madinah, Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya serta kaum Muhajirin masih berusaha keras untuk tetap bertahan hidup. Hal ini karena tidak semua dari mereka merupakan orang mampu, kecuali Utsman bin Affan.
Di tahun kedua hijriah, kondisi kaum muslimin pun mulai membaik. Saat itulah baru muncul perintah zakat. Setelah perintah itu muncul, Nabi Muhammad SAW langsung mengutus Mu’adz bin Jabal untuk menjadi Qadhi di Yaman.
Perintah Kurban di Masa Rasulullah
Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW melaksanakan perintah kurban saat sedang melaksanakan haji Wada. Pada kesempatan itu, beliau menyembelih sekitar 100 ekor unta yang 63 ekornya beliau sembelih sendiri, sedangkan sisanya dilakukan oleh Ali Bin Abi Thalib.
Proses penyembelihan tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad setelah melaksanakan sholat Idul Adha. Untuk itulah, sampai saat ini kita melaksanakan penyembelihan hewan kurban setelah sholat Idul Adha.
Peperangan Rasulullah SAW
Semasa hidup Nabi Muhammad SAW, pernah terjadi beberapa kali peperangan untuk melawan para pemberontak terutama pemberontak yang melawan Islam.
Berdasarkan riwayat, Rasulullah SAW telah mengikuti sebanyak dua puluh lima peperangan secara langsung. Sementara itu, jumlah peperangan pada masa Nabi Muhammad SAW yang tidak diikutinya adalah sebanyak lima puluhan. Adapun beberapa peperangan tersebut yaitu Perang Badar, Uhud, Khandak, Fathu Makkah, Hunain Bani Quraizhah, Mushthaliq, Khaibar, dan Thaif.
Beberapa peperangan tersebut adalah saksi bisu semangat umat muslim dalam menyebarkan agama Islam dan melawan kaum kafir. Selain itu, peperangan tersebut juga menjadi saksi banyaknya kaum muslim yang tumbang di medan perang.
Wafatnya Nabi Muhammad
Wafatnya Nabi Muhammad SAW merupakan kesedihan yang mendalam bagi seluruh umat Islam pada masa itu terutama bagi para sahabat dan orang terdekat beliau. Adapun wafatnya Rasulullah bersamaan dengan turunnya wahyu terakhir yaitu:
“Sesungguhnya kamu akan mati. Dan sesungguhnya mereka akan mati pula” (QS. Az-Zumar Ayat 30).
Kematian Rasulullah SAW adalah karena sakit. Nabi Muhammad SAW sakit sejak bulan Shafar tahun 11 Hijriah. Sakit yang diderita beliau adalah sakit kepala dan demam berkepanjangan sampai lebih dari 2 minggu. Bahkan suhu tubuh beliau cukup tinggi saat itu.
Walau sakit, beliau tetap mengunjungi istri-istrinya. Hingga saat di rumah Aisyah, badan Nabi Muhammad SAW sudah sangat melemah dan akhirnya meninggal di kediaman Aisyah.
Nabi Muhammad SAW wafat saat berusia 63 tahun. Saat wafat beliau dalam posisi kepalanya bertumpu pada pangkuan Aisyah. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal, tepatnya tahun 632 Masehi.
Uniknya, tanggal wafat Nabi Muhammad SaW tersebut bertepatan dengan hari kelahirannya yaitu 12 Rabiul Awal 571 M. Adapun saat ini makam beliau berada di Masjid Nabawi tepatnya di bawah naungan Kubah Hijau.
Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, pemerintahan Islam dilanjutkan oleh empat Sahabatnya yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Pemerintahan pertama oleh Abu Bakar, kemudian Umar bin Khattab, Lalu Utsman bin Affan, dan yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib.
Sudah Tahu Sejarah Rasulullah SAW dari Lahir sampai Wafat?
Rasulullah SAW merupakan Nabi akhir zaman yang memiliki banyak kemuliaan dan sifat baik untuk diikuti, mulai dari kesabarannya, ketakwaannya, hingga kasih sayangnya. Sebagai umat muslim yang baik, kita sebaiknya bisa mencontoh perilaku beliau tersebut dalam kehidupan sehari-hari.