Bali tidak hanya terkenal akan budayanya, tetapi juga bangunan atau rumah adatnya yang sangat khas. Ciri khas rumah adat Bali adalah terpisahnya antara bangunan satu dan bangunan lain yang dipengaruhi oleh aturan tentang arsitektur tradisional yang unik.
Penasaran kan seperti apa rumah adat Bali? Yuk , simak 10 rumah adat Bali beserta ciri khas dan keunikannya di artikel ini!
Daftar ISI
10 Bagian Rumah Adat Bali dan Keunikannya
Pembangunan rumah tradisional Bali umumnya dipengaruhi Asta Kosala Kosali atau atau tentang arsitektur rumah tradisional Bali. Aturan ini mengatur tentang tata letak bangunan dan ruangan sesuai landasan etis, filosofis, dan ritual. Ada 10 bagian rumah adat Bali. Berikut penjelasannya beserta ciri khas serta keunikannya, yaitu:
1. Sanggah atau Merajan
Tidak hanya rumah modern, rumah tradisional jika dihuni oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu pasti punya sanggah atau merajan.
Bagian rumah ini adalah bagian yang sangat disucikan oleh masyarakat Bali. Di tempat inilah, masyarakat Bali beribadah dan berdoa untuk Tuhan dan leluhurnya.
Biasanya, sanggah atau merajan akan dibuatkan upacara khusus untuk memperingati hari dibangunnya sanggah tersebut setiap 210 hari sekali atau satu tahun dalam kalender Bali.
2. Angkul-Angkul
Rumah tradisional Bali biasanya memiliki angkul-angkul atau Candi Bentar yang menjadi pintu masuk ke area pekarangan rumah.
Pada zaman dahulu angkul-angkul biasanya memiliki atap penghubung yang terbuat dari rumput kering ataupun terbuat dari daun kelapa kering yang dijalin membentuk atap.
Tapi di era modern seperti sekarang ini, angkul-angkul sudah banyak dibuat menggunakan genteng atau beton yang disemen dan dicetak dengan ukiran-ukiran unik khas Bali. Beberapa orang yang memasang angkul-angkul beton ini membuat rumah terlihat lebih megah.
3. Aling-Aling
Rumah Aling-aling dalam rumah adat Bali adalah pembatas antara angkul-angkul dan bagian halaman rumah.
Aling-aling merupakan simbol penolak bala yang menjadi filter atau menyaring energi negatif agar tidak masuk ke rumah, sehingga keharmonisan penghuninya tetap terjaga.
Biasanya, aling-aling berbentuk persegi panjang dan memiliki tinggi sekitar 150 cm. Para tamu yang datang ke rumah akan memasuki rumah melalui sisi kanan. Sedangkan, sisi kiri digunakan untuk keluar rumah.
4. Bale Manten
Bale Manten adalah bangunan yang ada di sisi utara pekarangan rumah yang biasanya digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah.
Adanya bangunan ini bertujuan agar orang tua dapat mengawasi dan menjaga kesucian anak gadisnya.
Biasanya, Bale Manten dibangun dengan tiang kayu berjumlah 8 atau berjumlah 12. Selain itu, bangunan ini juga dikelilingi oleh bale-bale lainnya.
5. Bale Dauh
Bale Dauh dalam rumah adat Bali merupakan bangunan yang berada di sisi barat rumah. Biasanya, Bale Dauh digunakan untuk menerima tamu sekaligus tempat tidur untuk anak remaja laki-laki.
Umumnya, ketinggian Bale Dauh lebih rendah dibandingkan dengan Bale Manten dan memiliki jumlah tiang antara enam, delapan, dan sembilan. Pemilihan tiang ini biasanya disesuaikan dengan energi orang yang akan tinggal di sana.
6. Bale SekepatÂ
Kalau dalam rumah modern kita mengenal ruang keluarga, maka dalam rumah tradisional Bali kita mengenal Bale Sekepat.
Biasanya, bangunan ini digunakan untuk tempat berkumpul dan bersantai keluarga. Tujuan dari adanya bangunan ini adalah menjaga keharmonisan antar keluarga.
Bangunan ini biasanya berbentuk balai dengan atap berbentuk pelana. Di setiap sisi balai terdapat tiang penyangga sehingga total ada empat tiang penyangga.
7. Klumpu Jineng
Pada era modern, sudah tidak banyak orang yang memiliki Klumpu Jineng. Bagian ini adalah bagian rumah adat Bali yang berfungsi untuk menyimpan padi atau sebagai lumbung padi.
Adanya Klumpu Jineng dalam arsitektur tradisional dikarenakan pada zaman dahulu ada banyak masyarakat Bali yang berprofesi sebagai petani.
Klumpu Jineng memiliki bentuk yang unik, yaitu struktur bangunan seperti panggung dengan dinding dan atap luarnya terbuat dari jerami kering. Meski sudah sangat langka, beberapa rumah di Bali pedesaan biasanya tetap memiliki Klumpu Jineng.
Setiap Klumpu Jineng biasanya akan diupacarai dan menjadi simbolis Dewi Sri atau Dewi Padi yang dipercaya bisa membawa kemakmuran untuk penghuni rumah.
8. Bale Gede
Bale Gede atau biasanya disebut juga dengan Bale Dangin adalah bagian rumah tradisional Bali yang dikhususkan untuk upacara-upacara besar. Biasanya, upacara Manusa Yadnya, seperti upacara pernikahan atau upacara potong gigi (metatah atau mempandes).
Saat ada upacara adat, Bale Gede difungsikan sebagai tempat untuk menaruh sesajen.
Masyarakat Bali memang identik dengan berbagai upacara adat yang sangat banyak dan rumit. Tidak heran, Bale Gede biasanya punya ukuran paling besar di antara bagian rumah lainnya,
Bangunan ini memiliki bentuk persegi panjang atau segi empat dengan 12 tiang. Posisi Bale Gede juga biasanya lebih tinggi daripada Bale Manten ataupun Bale Dauh karena memang dikhususkan untuk upacara adat sehingga lebih disucikan dan disakralkan.
9. Pewaregan
Pewaregan atau dapur merupakan tempat khusus untuk memasak makanan seluruh penghuni rumah. Biasanya, pewaregan ada di sisi selatan atau sisi barat laut rumah utama.
Kalau kamu perhatikan, beberapa orang Bali memiliki dua jenis pewaregan yaitu untuk memasak, dan untuk menyimpan dan menyajikan makanan.
Orang Bali zaman dulu memasak menggunakan tungku yang dikenal dengan Cangkem Paon.
Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya, setiap orang Bali harus punya tungku karena dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Dewa Brahma dengan kekuatan apinya.
10. Lumbung
Bagian rumah adat Bali selanjutnya adalah lumbung atau tempat untuk menyimpan bahan pokok.
Lalu, apa bedanya dengan Klumpu Jineng? Jineng dikhususkan untuk menyimpan padi atau gabah dan disakralkan untuk memuja Dewi Padi yaitu Dewi Sri yang dipercaya bisa membawa kemakmuran.
Sedangkan, lumbung hanya dikhususkan untuk menyimpan bahan pokok seperti jagung, sayuran, daging, dan lain sebagainya. Bangunan lumbung ini luasnya tidak terlalu besar atau lebih kecil dari bangunan lainnya.Â
Baca Juga : Sejarah Singkat Tari Kecak Bali dan Keunikannya
Apakah Kamu Tertarik Tinggal di Rumah Adat Bali?
Rumah adat Bali memang terdiri dari bangunan-bangunan yang memiliki fungsi berbeda. Tidak heran, pembangunan rumah ini sangat membutuhkan lahan yang luas dan pastinya memakan biaya yang cukup besar. Kalau kamu ingin merasakan pengalaman tinggal di rumah tradisional Bali, tidak perlu membangunnya sendiri.
Kamu bisa lihat secara langsung rumah adat Bali dengan mengunjungi Desa Wisata Penglipuran yang berlokasi di Kabupaten Bangli. Masyarakat Penglipuran masih memegang teguh budaya Asta Kosala Kosali, sehingga Keaslian rumah Adat Bali mereka masih terjaga.