Papua merupakan salah satu pulau di Indonesia dengan sejuta keunikan dan keindahannya. Selain pemandangan dan wisata alam, Papua juga memiliki rumah adat asli yang begitu menarik untuk dipelajari. Beberapa rumah adat Papua bahkan masih dipakai sampai sekarang.
Rumah adat Honai menjadi rumah adat yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, bukan itu saja, masih ada delapan rumah adat lain yang tak kalah unik dan menarik. Simak artikel ini untuk mengetahui lebih lengkap kesembilan rumah adat khas Papua!
Daftar ISI
Inilah 9 Rumah Adat Papua yang Perlu Anda Ketahui
Langsung saja, berikut ini rumah adat yang ada di Pulau Papua:
1. Rumah Honai
Jika berbicara tentang rumah adat Papua terpopuler, maka jawabannya adalah rumah Honai. Secara bahasa, Honai berasal dari kata “Hun” yang artinya laki-laki dewasa dan “Ai” yang artinya rumah. Jadi, rumah Honai adalah rumah untuk laki-laki dewasa.
Ciri khas rumah Honai yaitu menggunakan dinding kayu kokoh yang berbentuk melingkar. Tiangnya juga memakai kayu, sementara lantai dan atapnya memakai rumput atau jerami.
Tidak ada jendela sama sekali dan hanya memiliki satu pintu. Apabila Anda lihat dari jauh, rumah Honai tampak seperti jamur raksasa. Meskipun tampak kecil, namun rumah Honai mampu menampung 5 sampai 10 orang.
Masyarakat setempat memang sengaja membuat rumah terasa sempit untuk melindungi diri dari hawa dingin pegunungan. Supaya semakin hangat, bagian tengah rumah memiliki tempat pembakaran api unggun. Sekarang, rumah Honai masih digunakan oleh suku Dani.
2. Rumah Ebei atau Huma
Jika rumah Honai berarti rumah untuk laki-laki dewasa, maka rumah Ebei atau Huma adalah kebalikannya. Rumah adat Papua yang satu ini merupakan rumah yang dibuat khusus untuk wanita dewasa yang ada di suku Dani.
Meskipun begitu, anak laki-laki yang masih kecil boleh tinggal bersama para wanita. Namun setelah dewasa, para laki-laki harus pindah ke rumah Honai.
Ebei sendiri artinya adalah tubuh perempuan. Filosofi dari penamaan rumah Ebei yaitu tubuh kehidupan semua orang sebelum kelahirannya ke dunia.
Oleh sebab itu, rumah ini merupakan tempat belajar persiapan untuk menjadi istri atau ibu yang baik. Perempuan akan belajar berbagai hal mulai dari menjahit, membuat kerajinan tangan, hingga memasak.
Rumah Ebei dan Honai memiliki bentuk serta ciri khas yang mirip, yaitu berbentuk lingkaran seperti kubah jamur. Kedua rumah ini merupakan satu kesatuan yang menjadi simbol harkat dan martabat suku Dani.
3. Rumah Hunila
Suku Dani memang menjadi salah satu suku yang cukup mendominasi di Papua. Bukan hanya Honai dan Ebei, masyarakat suku ini juga memiliki rumah adat lainnya yang bernama rumah Hunila.
Ciri khas rumah Hunila adalah ukurannya yang sangat panjang dan luas. Bukan untuk tempat tinggal, rumah adat Papua ini merupakan tempat penyimpanan peralatan masak dan bahan makanan.
Selain itu, rumah Hunila juga berguna sebagai dapur umum bersama. Jadi, beberapa penghuni rumah Honai dan Ebei akan memakainya bersama-sama untuk memasak makanan.
Bahan makanan utama yang banyak dikonsumsi oleh suku Dani adalah ubi dan sagu. Setelah makanan matang, wanita suku Dani akan mengantarkan makanan ke keluarga dan Pilamo (laki-laki dewasa) untuk selanjutnya disantap bersama.
4. Rumah Adat Papua Wamai
Lagi-lagi rumah adat yang dibangun oleh suku Dani yaitu rumah Wamai. Suku Dani memang menjadi kelompok yang terstruktur sehingga banyak rumah adat yang dimilikinya.
Setiap rumah tradisional Papua memiliki fungsinya masing-masing, termasuk rumah Wamai ini. Adapun fungsi utama dari rumah Wamai yaitu sebagai kandang hewan ternak.
Masyarakat suku Dani memang terkenal sering memelihara hewan ternak. Contohnya yaitu babi, kambing, ayam, hingga anjing. Nah, rumah Wamai ini melindungi hewan ternak agar lebih aman.
Adapun bentuknya juga sama seperti rumah adat Papua lainnya. Namun, terkadang dinding dari rumah Wamai tidak melingkar sempurna. Kadang dindingnya berbentuk persegi panjang atau persegi.
Begitu pula dengan ukurannya, rumah Wamai satu dengan lainnya bisa memiliki ukuran yang berbeda-beda. Bentuk dan ukuran rumah disesuaikan dengan jenis serta jumlah hewan ternak.
5. Rumah Pohon
Sesuai dengan bayangan Anda, rumah pohon merupakan rumah adat Papua yang masyarakat bangun di atas sebuah pohon. Suku pedalaman asli Papua, tepatnya suku Korowai, masih menggunakan rumah adat satu ini.
Biasanya, rumah pohon suku Korowai berada di ketinggian 15 sampai 50 meter. Tujuan mendirikan rumah di atas pohon yaitu agar terhindar dari hewan buas dan roh jahat “Laleo”.
Laleo sendiri merupakan makhluk atau iblis jahat yang suka berjalan di malam hari. Masyarakat mempercayai bahwa semakin tinggi rumah, maka akan semakin aman keluarga yang ada di dalam rumah dari roh jahat.
6. Rumah Adat Papua Kariwari
Nah, rumah adat Kariwari tampak lebih modern daripada lima rumah adat sebelumnya. Ciri khas rumah Kariwari yaitu atapnya berbentuk limas segi delapan. Sementara tingginya mencapai 20-30 meter yang terbagi menjadi tiga tingkat.
Penggunaan bentuk limas segi delapan ternyata memiliki makna, lho. Bagi masyarakat suku Tobati-Enggros, bentuk tersebut membuat rumah semakin kuat. Sehingga, bisa melindungi orang di dalamnya dari cuaca ekstrim, hawa dingin, maupun angin kencang.
Selain itu, ujung atap yang lancip menjadi simbol kedekatan antara manusia dengan Tuhan serta leluhur. Namun, sekarang rumah adat Papua ini hanya difungsikan sebagai tempat pendidikan dan ibadah, bukan lagi sebagai tempat tinggal masyarakat.
Oleh sebab itu, rumah Kariwari merupakan tempat yang sakral dan suci bagi masyarakat suku Tobati-Enggros. Anda bisa melihat rumah Kariwari di dekat Teluk Youtefa dan Danau Sentani, Jayapura.
7. Rumah Rumsram
Jika melihat rumah Rumsram, maka Anda mungkin akan teringat dengan rumah Gadang dari Sumatera Barat. Pasalnya, rumah Rumsram juga berbentuk persegi dan memiliki atap seperti perahu terbalik dengan ujung meruncing.
Perahu terbalik tersebut menggambarkan profesi mayoritas masyarakat suku Biak Numfor yaitu suku yang memakai rumah Rumsram. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelaut yang selalu berada di atas perahu.
Bagian lantai rumah adat Papua ini terbuat dari kulit kayu. Sementara dindingnya menggunakan bambu air atau pelepah sagu dan atapnya memakai daun sagu yang telah mengering. Tinggi rumah Rumsram yaitu antara 6 meter sampai 9 meter yang terbagi menjadi dua lantai.
Masyarakat suku Biak Numfor tidak menggunakan rumah Rumsram sebagai tempat tinggal. Sama seperti rumah Kariwari, masyarakat setempat memakainya untuk kegiatan mengajar khusus laki-laki.
8. Rumah Jew
Kemudian, rumah Jew merupakan rumah adat yang dimiliki oleh salah satu suku dengan anggota paling banyak, yaitu suku Asmat. Ciri khas rumah Jew yaitu rumah panggung berbentuk persegi panjang dengan luas sekitar 10 x 15 meter.
Uniknya, pembuatan rumah Jew tanpa memakai paku sama sekali. Masyarakat suku Asmat menggabungkan bahan kayu dengan akar rotan untuk membuat rumah yang kokoh.
Rumah adat Papua ini diperuntukkan bagi laki-laki yang belum menikah saja. Laki-laki di bawah sepuluh tahun dan perempuan tidak boleh masuk ke dalamnya. Oleh sebab itu, banyak yang menyebutnya sebagai rumah Bujang.
Para laki-laki bujang yang tinggal di dalamnya akan belajar banyak hal dari laki-laki yang sudah menikah. Misalnya mengembangkan keterampilan, mengelola sumber daya, pendidikan budaya, dan lain sebagainya.
Selain itu, banyak juga yang memakai rumah Jew untuk musyawarah. Contohnya mendamaikan perselisihan antar warga, rapat adat, merencanakan pesta adat, dan lain sebagainya.
9. Rumah Adat Papua Kaki Seribu
Terakhir, rumah Kaki Seribu adalah rumah adat unik dari suku Arfak yang tinggal di kawasan Manokwari. Rumah Kaki Seribu memiliki tiang penyangga yang sangat banyak. Dinamakan kaki seribu karena penyangganya mirip milik hewan kaki seribu.
Rumah Kaki Seribu memiliki luas 8 x 6 meter dan tinggi 1-1,5 meter dari permukaan tanah. Ketinggian tersebut sudah cukup aman untuk menghindari serangan hewan buas.
Sementara untuk mengurangi hawa dingin, suku Arfak memilih tidak menambahkan jendela. Anda bisa melihat corak Manokwari yang sangat khas dari rumah panggung ini.
Baca Juga : 6 Nama Pakaian Adat Papua, Jenis, Keunikan, dan Filosofinya
Yuk, Kenali 9 Rumah Adat Papua yang Unik dan Menarik!
Banyaknya rumah adat Papua menggambarkan kebudayaan Papua yang beragam. Indonesia memang memiliki keberagaman yang sangat tinggi. Bukan memecah belah, keberagaman malah dapat menyatukan bangsa dengan saling toleransi.
Mempelajari tradisi dan adat yang ada di Indonesia menjadi bentuk kecintaan diri pada tanah air. Jika berkunjung atau liburan ke Papua, maka tidak ada salahnya untuk mampir melihat rumah adatnya secara langsung.
Selain itu, Anda bisa datang ke tempat wisata seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk melihat replika atau miniaturnya. Ajak serta anak-anak untuk membantu menumbuhkan rasa cinta pada keberagaman tanah air!