5 Jenis Rumah Adat Riau Beserta Masing-Masing Keunikannya

Rumah adat Riau memiliki ciri khas sendiri dari segi bentuk bangunannya. Pada umumnya, rumah adat suku Melayu di Riau berupa panggung yang sesuai dengan keadaan wilayahnya. Bentuk rumah panggung bisa menghindari banjir bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan sungai. 

Meski memiliki bentuk yang sama, setiap rumah adat Melayu di Riau memiliki keunikannya masing-masing. Seperti apa? Simak rangkuman berikut!

5 Jenis Rumah Adat Riau Beserta Keunikannya

Riau terbagi menjadi 10 Kabupaten dan 2 Kota. Jadi, tidak heran jika provinsi ini memiliki rumah adat lebih dari satu. Meski bentuknya hampir sama, masing-masing rumah adat di provinsi ini memiliki keunikan yang berbeda. Berikut 5 jenis rumah adat Melayu di Riau beserta keunikannya:

1. Selaso Jatuh Kembar

Selaso Jatuh Kembar
Selaso Jatuh Kembar | Sumber: riauonline

Rumah adat Melayu pertama yang paling populer adalah Selaso Jatuh Kembar. Nama lain dari rumah adat Riau ini adalah Balai Selaso Jatuh. Seperti namanya, fungsi utama dari bangunan ini adalah sebagai tempat untuk bermusyawarah secara adat.

Bentuk Selaso Jatuh Kembar cukup unik, yaitu memiliki selasar keliling dengan posisi lantai yang lebih rendah daripada ruang tengah. Inilah yang membuat bangunan ini dinamakan sebagai “Selaso Jatuh”.

Bagian atap rumah ini dipenuhi oleh hiasan kayu yang bersilang dan mencuat ke atas. Keunikan lain dari bangunan ini adalah keberadaan selembayung, yaitu ornamen pada atapnya.

Selembayung atau sulo buyung memiliki makna yang menjunjung nilai keislaman, yaitu pengakuan terhadap Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.

Rumah Selaso Jatuh Kembar memiliki tiang utama bernama tiang tuo. Posisi pintu masuk harus berada di sebelah kiri dan kanan. Kemudian, dua tiang lainnya tidak boleh disambung, karena menjadi simbol penghormatan kepada orang yang lebih tua.

Bagian dalam bangunan ini terdapat beberapa ruangan yang ukurannya besar dan bisa dimanfaatkan untuk beristirahat atau berkumpul. Berbeda dari rumah pada umumnya, Selaso Jatuh Kembar tidak memiliki kamar. Rumah adat Riau ini hanya memiliki sekat-sekat sebagai pemisah antar ruangan.

Keunikan lainnya juga terdapat pada dinding yang menggunakan ukiran sekawanan itik. Ukiran tersebut sebagai nasehat, bahwa manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup saling berdampingan, kompak, selaras, dan damai.

Selain ukiran itik berjalan beriringan, ada juga ukiran lain berupa tulisan ayat Al-Qur’an, naga, layang-layang, kalok paku, semut beriring, hingga pucuk rebung.

Ukiran juga terdapat pada bagian tangga. Bedanya, ukiran ini berbentuk lebah bergantung, yang bermakna agar manusia hidup bermanfaat seperti lebah. Selain itu, ada juga ukiran yang berbentuk ombak, yang menggambarkan lingkungan tempat tinggal di pesisir pantai atau sungai.

2. Singgah Siak

Singgah Siak
Singgah Siak | Sumber: Kemdikbud

Provinsi Riau memiliki kerajaan yang cukup populer pada masanya, yaitu Kerajaan Siak Sri Indrapura. Salah satu peninggalan dari kerajaan ini adalah rumah Singgah Siak.

Menurut sejarah, rumah ini dibangun pada tahun 1895. Seperti namanya, rumah Singgah Siak merupakan rumah yang disinggahi pertama kali oleh Sultan Siak serta para pengawalnya ketika berada di Senapelan.

Wilayah Senapelan yang saat ini berubah nama menjadi Pekanbaru merupakan ibukota Kerajaan Siak setelah Menpura.

Terpilihnya Senapelan menggantikan Menpura sebagai ibukota bukan tanpa alasan. Karena, Sultan Siak menilai posisi Senapelan lebih strategis untuk jalur perdagangan. Selain itu, Senapelan juga terdapat perkampungan yang memiliki peran penting untuk daerah Tapung, Kampar, dan Minangkabau.

Lokasi rumah adat Riau satu ini tidak jauh dari Sungai Siak, yaitu hanya berjarak sekitar 20 meter. Lebih tepatnya berada di Jalan Panglima Undan, tepat di bawah Jembatan Siak III, Kampung Bandar, Kota Pekanbaru.

Bahan utama dari bangunan ini adalah kayu. Namun, khusus bagian tangga yang berada di sisi Timur terbuat dari bata berspesi. Uniknya, sekilas rumah Singgah Siak terbagi menjadi tiga bagian, jika dilihat dari atas.

Kini, rumah Singgah Siak menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Melayu atas peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik.

Meski hampir seluruh bangunannya menggunakan kayu, kondisi rumah ini masih berdiri kokoh dan terawat.

3. Rumah Adat Riau Atap Lontik

Atap Lontik
Atap Lontik | Sumber: Kompas

Berikutnya, ada rumah Atap Lontik atau Rumah Lancang maupun Pencalang. Rumah adat Riau ini memiliki atap yang sangat runcing dan tajam, lalu di bagian kaki-kaki rumahnya berbentuk seperti lancang atau perahu. Inilah kenapa rumah ini bernama Atap Lontik atau rumah Lancang.

Keunikan dari rumah ini terletak pada keempat sisinya yang miring keluar. Selain itu, desain dari atap rumah seperti tanduk kerbau ini juga sangat unik dan menjadi ciri khas sendiri.

Sekilas, bentuk atap yang runcing dan tajam ini hampir mirip seperti bentuk atap dari Rumah Gadang, rumah adat kebanggaan masyarakat Minangkabau. Karena, ecara geografis, provinsi Riau memang berdekatan dengan provinsi Sumatera Barat, jadi tidak heran jika kedua provinsi ini memiliki sedikit persamaan.

Sama seperti rumah Selaso Jatuh Kembar, atap dari bangunan ini juga menyimbolkan penghormatan masyarakat Melayu Riau yang sangat tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan bentuk lengkungan atapnya melambangkan awal dan akhir hidup manusia yang akan kembali lagi kepada Tuhan. Nilai keislaman juga tergambar lewat anak tangga menuju rumah yang berjumlah lima. Jumlah ini melambangkan 5 rukun Islam.

Selain melambangkan nilai-nilai keislaman, rumah adat Atap Lontik juga melambangkan rasa sayang yang sangat tinggi kepada sesama manusia. Seperti rumah Melayu pada umumnya, bangunan ini berkonsepkan rumah panggung. Tujuannya untuk menghindari banjir atau serangan binatang buas.

Sebab, rumah ini biasanya dibangun berdekatan dengan sungai atau hutan. Masyarakat Melayu juga memanfaatkan bagian bawah rumah sebagai penyimpanan kayu atau kandang untuk hewan ternak.

Melansir dari halaman Kemdikbud, rumah Atap Lontik merupakan kebanggaan dari suku Melayu yang tinggal di daerah Lima Koto, Kabupaten Kampar atau juga suku Melayu di Rantau Kuantan, Kabupaten Indragiri Hulu, serta sebagian daerah di Rokan.

Dilansir dari laman Kemdikbud juga, Rumah Lontik digunakan oleh suku Melayu di daerah Lima Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, atau daerah Rantau Kuantan di Kabupaten Indragiri Hulu, dan sebagian dari daerah Rokan.

Baca Juga : 7 Rumah Adat Sumatera Barat, Ciri Khas, dan Keunikannya

4. Atap Lipat Kajang

Atap Lipat Kajang
Atap Lipat Kajang | Sumber: Kompas

Rumah adat Riau berikutnya ada Atap Lipat Kajang. Keunikan dari rumah ini terletak pada bentuk atapnya yang berbentuk bumbung. Tujuannya untuk memudahkan aliran air hujan ke bawah.

Seperti rumah Melayu pada umumnya, bangunan ini juga memiliki ornamen selembayung dan tanduk buang, yaitu hiasan yang menyilang di kedua ujung atapnya. Ornamen selembayung cukup bervariasi, mulai dari flora hingga fauna.

Di antara jenis rumah adat Melayu di Riau, keberadaan rumah Atap Lipat Kajang sudah jarang terlihat dan hampir punah. Dahulu, rumah Atap Lipat Kajang banyak ditemukan di kawasan pinggir sungai Rokan, Siak, Kampar, Pelalawan, hingga Indragiri.

Rumah ini terbuat dari bahan-bahan alami. Pada bagian atapnya menggunakan daun nipa atau alang-alang. Sedangkan bagian dinding dan lantainya terbuat dari anyaman bambu, sehingga rumah tidak panas. Agar anyaman merekat sempurna, masyarakat Melayu akan mengikat bambu dengan rotan dan ijuk.

Selain itu, pembangunan rumah Atap Lipat Kajang ini juga membutuhkan tiga balok pasak dengan posisi melintang. Tujuannya untuk mengikat tiang-tiang rumah.

5. Rumah Atap Limas Potong

Atap Limas Potong
Atap Limas Potong | Sumber: Kompasiana

Terakhir, ada rumah Atap Limas Potong yang juga mengusung konsep rumah panggung. Seperti namanya, rumah adat Riau ini memiliki atap berbentuk limas yang menjadi ciri khasnya. 

Keunikan rumah Atap Limas Potong tidak hanya terletak pada bentuk atapnya, tapi juga terletak pada posisinya di atas ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.

Keberadaan jenis rumah Melayu ini masih banyak terlihat. Sebab, rumah Atap Limas Potong menjadi tempat tinggal atau hunian utama masyarakat Melayu di Riau hingga sampai saat ini.

Ukuran rumah Atap Limas Potong bervariasi. Besar atau kecilnya bangunan bisa menunjukkan kemampuan ekonomi pemiliknya.

Baca Juga : 5 Pakaian Adat Khas Kepulauan Riau Baju Kurung dan Maknanya

Rumah Adat Jadi Salah Satu Warisan Budaya Melayu di Riau

Riau menjadi salah satu provinsi yang memiliki banyak warisan budaya Melayu, salah satunya rumah adat. Meski sekilas tampak sama, 5 rumah adat Riau memiliki keunikan masing-masing, seperti lembayung pada rumah Selaso Jatuh Kembar dan Atap Lontik yang penuh dengan nilai keislaman.

Bahkan, di antaranya merupakan peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura, yaitu rumah Singgah Siak yang saat ini masih terjaga dengan baik.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page