Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera dan Raja-Raja Pertamanya

Sejarah kerajaan Islam di Sumatera menggambarkan proses kilas balik terjadinya penyebaran Islam yang cukup intens dan bertahap. Kedatangan Islam ke Sumatera terjadi sekitar abad ke 7 Masehi. Nah, di saat melakukan berdagangan tersebut, para saudagar muslim juga menyebarkan agama Islam. Yuk, cari tahu lebih dalam!

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera

Berikut adalah sejarah dari beberapa kerajaan Islam Sumatera yang perlu untuk kamu ketahui:

1. Sejarah Kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak | Sumber Gambar: nasional.okezone

Kerajaan Perlak adalah kerajaan pertama dan tertua yang bercorak Islam di Nusantara. Wilayah tersebut telah menjadi pusat perdagangan antar bangsa jauh sebelum masuknya Islam. Lokasinya memang strategis, sehingga mayoritas pedagang akan singgah sebentar, baik pedagang dari Arab, Cina, Jawa, dan lainya.

Dulu, penduduk Perlak menganut agama Hindu-Buddha yang kemudian beralih menjadi agama Islam. Sebab, berdasarkan naskah Hikayat Aceh, awal berdirinya Kerajaan atau Kesultanan Perlak ini berasal dari kelompok dakwah asal Mekkah datang ke Perlak sekitar 506 Hijriah.

Lalu, berlabuhlah Nakhoda Khalifah dengan membawa 100 anggotanya dari berbagai daerah ke wilayah Perlak. Tujuannya adalah untuk berdagang sekaligus menyebarkan Islam ke wilayah tersebut. Selepas kedatangan Nahkoda Khalifah, penduduk secara sukarela memeluk Islam.

Selama proses Islamisasi, Nahkoda Khalifah bernama Sayyid Ali Al Muktabar menikah dengan putri Raja Perlak bernama Putri Tansyir Dewi. Pernikahan itu melahirkan seorang putra benama Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang nantinya menjadi raja pertama pendiri Kerajaan Perlak.

Pada 1 Muharam 225 H, Sayyid Abdul Aziz dilantik menjadi Raja pertama Perlak. Lalu, beliu mengubah Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Tujuannya untuk menghargai jasa Nakhoda Khalifah dan anggotanya yang sudah menyebarkan Islam ke Asia Tenggara, berawal dari Perlak.

Puncak Kejayaan

Puncak kejayaan berdasarkan sejarah kerajaan Islam di Sumatera ini terjadi melalui perkembangan perniagaan yang cukup signifikan. Pada abad ke-8 hingga abad ke-12, Perlak menjadi pusat perdagangan kayu untuk pembuatan kapal. Sehingga, banyak kapal-kapal besar dari Arab serta Persia sering singgah ke wilayah Perlak.

Selain perniagaan, perkembangan proses Islamisasi juga ikut meluaskan penyebaran melalui jalur laut. Itu membuat Kerajaan Perlak menjadi pusat penyebaran muslim. Mayoritas penduduk setempat juga melakukan perkawinan campuran dengan saudagar muslim.

Kemunduran Kerajaan Perlak

Seiring berjalannya waktu, kepemimpinan Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (1263-1292 M) menjadi masa kemunduran Kerajaan Perlak. Karena ketidakstabilan pemerintahan, para saudagar meninggalkan Perlak secara perlahan ke wilayah lain.

Kemudian, Kerajaan Perlak diambil alih oleh Sultan Muhammad Malik Az Zahir (Raja Pasai) dan wilayahnya bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai. Adapun beberapa peninggalan bersejarah dari Kerajaan Perlak yang unik meliputi:

  • Stempel Kerajaan

Adapun yang cukup menyita perhatian terkait stempel kerajaan, yakni terdapat pola tulisan Arab yang tertulis “Al Watsiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara  512”. Ini termasuk bagian dari Kesultanan Perlak yang menjadi penanda dokumen penting kerajaan.

  • Mata Uang Perlak

Perkembangan kerajaan Perlak cukup maju, sehingga punya alat transaksi berupa mata uang. Penemuan mata uang ini terbagi dalam tiga jenis, yakni uang dirham, uang perak, dan uang kuningan. Mata uang tersebut masing-masing punya keunikan dengan memiliki pola bertuliskan huruf Arab.

  • Makam Raja Benoa

Salah satu bukti bentuk peninggalan sejarah kerajaan Islam di Sumatera, ini adalah makam Raja Benoa. Makam ini terletak pada tepi Sungai Trenggulon. Keberadaannya semakin memperkuat eksistensi dari Kerajaan Perlak di Aceh. Di mana batu nisan itu bertuliskan huruf Arab.

2. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Monumen Samudera Pasai
Monumen Samudera Pasai | Sumber Gambar: Wikipedia

Kerajaan Samudera Pasai terletak kurang lebih 15 km dari sebelah timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh. Wilayah ini dekat dengan pesisir pantai utara Sumatera dan berada pada jalur lintas perdagangan dunia. Sehingga, kerajaan ini dapat berkembang sebagai kerajaan maritim.

Menurut Marcopolo, saat mendatangi wilayah ini ia menjumpai komunitas Muslim pada tahun 1292 M. Artinya, proses Islamisasi kemungkinan sudah berlangsung sejak lama. Dari data aktual, terdapat penemuan nisan dan jirat makam Islam raja pertama bernama Al Malik As Saleh. 

Berdasarkan Kitab Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai, Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu yang berasal dari Persia. Dulu, beliau seorang Kepala Gampong Samudra. Kini bergelar sebagai Sultan Malik As Saleh seorang Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai (1285-1297 M). 

Dari sejarah kerajaan Islam di Sumatera, Sultan Malik As Saleh berusaha menjadikan Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan dan pusat agama Islam di Sumatera Utara. Kemudian, beliau menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan Perlak. Lalu, menikahi putri Raja Perlak bernama Putri Ganggang Sari.

Pada Tahun 1297, setelah Sultan Malik As Saleh wafat. Anak pertamanya, Sultan Muhammad, bergelar Sultan Malik Zahir mengambil alih tampuk kepemimpinan Kerajaan Samudra Pasai (1297-1326 M). Pada masa pemerintahanya, beliau mengambil gelar kebesaran raja-raja Mamluk Mesir. 

Sepeninggalnya Sultan Malik Zahir, anaknya yang bernama Sultan Ahmad menggantikan ayahnya sebagai Raja ketiga Kerajaan Samudera Pasai (1326-1348 M). Pada masa pemerintahannya, datang musafir dari Afrika Utara bernama Ibnu Batutah utusan dari Sultan Delhi. 

Menurut laporannya, Sultan Ahmad atau Sultan Malik Zahir II merupakan raja yang bermadzhab Syafi’i. Sepeninggalan Sultan Malik Zahir II akibat suksesi yang kacau. Maka, Zainal Abidin menjadi pemegang kepemimpinan Kerajaan Samudera Pasai.

Masa Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

Karena serangan suksesi yang kacau, Kerajaan Siam dari Utara menyerbu Kerajaan Samudra Pasai dan menawan raja Zainal Abidin. Setelah negosiasi,  Zainal Abidin boleh kembali asal memberikan tebusan yang nilainya tinggi. Selang beberapa saat, terjadi pergolakan invasi dari Majapahit.

Pada tahun 1405 M, kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Samudra Pasai menganjurkan Zainal Abidin mencari perlindungan pada Kaisar Tiongkok bernama Cheng Tsu dari serbuan Majapahit. Setelah berakhir, kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran yang cukup signifikan.

Sehingga, banyak dari putra daerah melarikan diri ke Jawa. Akibat jatuhnya Samudra Pasai, pusat perniagaan dan pendidikan pindah ke Malaka. Kini, Kerajaan Samudra Pasai menjadi sejarah kerajaan Islam di Sumatera yang hanya tinggal simbol tanpa kedaulatan.

3. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam | Sumber Gambar: Kompas.com

Pada akhir abad ke-15 hingga abad ke-16, Portugis menyerbu dan mengekspansi beberapa kerajaan, seperti Samudra Pasai, Pidie, dan lainnya. Hal tersebut menjadi pemicu Sultan Ali Mughayat Syah pendiri dan raja pertama Kerajaan Aceh (1514-1530 M) bertekad mengusir Portugis dari Sumatera Utara. 

Hingga akhirnya Portugis berhasil kalah telak. Pada masa Sultan Ali Mughayat Syah, beliau memfokuskan sistem pendidikan militer guna membangun kekuatan untuk menentang imperialisme bangsa Eropa. Sepeninggalannya, kepemimpinan beralih kepada penerusnya. 

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh

Pada era kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, terjadi banyak perkembangan yang cukup intens dan pesat. Khususnya dalam bidang perdagangan, bahkan menjadi pusat transit menghubungkan dengan saudagar Islam di Barat. Selain itu, beliau ingin meneruskan perjuangan Aceh untuk melawan Portugis dan Kerajaan Johor. 

Tujuannya agar bisa menguasai jalur perniagaan di Selat Malaka dan daerah-daerah penghasil lada. Menurut sejarah kerajaan Islam di Sumatera ini, Kerajaan Aceh juga berhasil menguasai, daerah Perlak, Indragiri, Pahang, Kedah dan Aru.

Masa Keruntuhan Kerajaan Aceh 

Pada tahun 1641, Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran tepat sepeninggal Sultan Iskandar Thani. Sebab, ada faktor perebutan kekuasaan antar pewaris tahta, kekuasaan Belanda di Sumatera dan Selat Malaka semakin kuat, serta terjadi serangan dari Belanda. Sehingga, Kerajaan Aceh jatuh ke Belanda.

Adapun peninggalan dari Kerajaan Aceh meliputi Masjid Raya Baiturrahman, Benteng Indra Patra, Meriam Kesultanan Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda, Taman Sari Gunongan, dan Uang emas Kerajaan Aceh.

Sudah Tahu Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera?

Itulah ulasan terkait sejarah Kerajaan Islam di Sumatera dan raja-raja pertamanya. Sebenarnya, masih ada banyak kerajaan Islam di Sumatra lainnya. Meliputi Kerajaan Jeumpa, Daya, Pedir, dan lain sebagainya. 

Meski hanya tinggal catatan dan peninggalan sejarah, mempelajari sejarah kerajaan Islam juga akan menambah wawasan. Terutama untuk menghargai perjalanan panjang bagaimana Islam bisa masuk ke nusantara dan menjadi agama mayoritas Indonesia. Semoga bermanfaat!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page