Sejarah Sebagai Seni: Pengertian, Unsur, Fungsi, dan Contohnya

Meskipun zaman semakin maju, sejarah tidak pernah lengkang oleh waktu. Perpaduan sejarah dan seni menghasilkan produk penting bagi semua orang. Lantas, sebenarnya apa itu sejarah sebagai seni? Kenali unsur-unsurnya untuk memahami maksud istilah tersebut!

Apa Itu Sejarah Sebagai Seni?

Konsep sejarah sebagai seni merujuk tentang penulisan sejarah yang menyisipkan berbagai unsur estetika. 

Tentunya dengan melibatkan fungsi sejarah itu sendiri, yakni rekreatif dan inspiratif. Dengan demikian, cara penulisannya harus menarik perhatian pembaca.

Sejarah tidak hanya tentang kredibilitas karya, namun juga seberapa luas karya dapat diterima kalangan umum. Oleh sebab itu, sejarah harus memiliki dimensi seni agar menghasilkan catatan estetika.

Para sejarawan mempunyai daya tarik sendiri dalam seni, sehingga dapat memancing publik untuk merasakannya. Mulai dari peristiwa terjadi, konteks menyeluruh, maupun hanya sekedar ketertarikan saja.

Contohnya seperti George Macauly Travelyn (1876-1982), yakni sejarawan Inggris yang berbakat dalam bidang menulis. Ia menjadi seorang sejarawan yang karyanya sudah banyak dibaca oleh masyarakat Inggris.

Selain itu, aa pernah menyatakan karyanya tidak lepas dari bias. Namun, itu lebih baik dibanding tidak menulis sejarah.

Masyarakat Inggris menganggap Travelyn adalah orang yang membuat sejarawan dapat dipandang dari karya sejarah dengan unsur seni di dalamnya. Sebab, ia tidak hanya menyajikan fakta-fakta sejarah yang kredibel saja, namun juga menarik.

Unsur-Unsur Sejarah Sebagai Seni

Ketika ingin memasukkan seni ke dalam sejarah, maka sejarawan tidak hanya mengandalkan ilmu saja. Para sejarawan juga harus memperhatikan unsur-unsurnya sebagai berikut.

1. Intuisi

Sebelum menulis sejarah, biasanya para sejarawan akan melakukan penelitian terlebih dahulu. 

Secara umum, mereka tentunya akan menggunakan ilmunya saat penelitian berlangsung. Tujuannya untuk memahami informasi-informasi yang didapatkan dari penelitian tersebut.

Namun, tidak menutup kemungkinan sejarawan merasakan kesulitan. Dengan demikian, mereka akan membutuhkan intuisi untuk memahami informasinya. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa sejarawan hampir sama seperti seniman.

2. Imajinasi

Ternyata sejarah sebagai seni dapat menuliskannya dengan unsur imajinasi, mengapa bisa? Maksud dari imajinasi bukan fiksi atau tidak nyata, ya!

Sejarawan menggunakan imajinasi untuk membayangkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Jadi, para sejarawan menggunakan imajinasi namun berdasarkan fakta-fakta penemuannya.

Sebagai contoh, saat sejarawan mengisahkan seorang priyayi awal abad 20-an.  Maka dari itu, sejarawan tetap memerlukan imajinasi untuk menggambarkan kehidupan priyayi itu. 

Akan tetapi, penggambaran tokoh priyayi juga harus berdasarkan penemuan dan bersifat fakta.

3. Emosi

Pernahkah kamu membaca buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer atau menonton film “Habibie & Ainun”? Kedua karya sastra tersebut memiliki kaitan dengan emosi seni.

Buku, film, maupun karya sejarah biasanya memiliki unsur emosi di dalamnya. Ini bertujuan untuk menciptakan emosi objek yang penulis buat. Dengan demikian, pembaca bisa merasakan peristiwa dan emosi yang terjadi.

4. Gaya Bahasa

Setiap sejarawan harus menulis kejadian-kejadian sejarah dengan gaya bahasa yang jelas, tidak berbelit, tidak membosankan, mudah dipahami, dan komunikatif. Hal ini agar pembaca tidak bingung dalam membacanya, apalagi jika bahasanya rumit.

Fungsi Sejarah Sebagai Seni

Memahami fungsi dari sejarah juga penting, sebab penulisannya tidak apa adanya saja. Lantas mengapa harus ada seninya?

Kamu bisa membayangkan saat belajar tentang peristiwa sejarah, bagaimana aktivitas yang lebih enak? Apakah membaca buku dengan bahasa kaku dan baku, atau baca buku yang membuat terbawa perasaan?

Sebenarnya, kedua elemen tersebut tidak salah. Pada dasarnya sejarah sebagai seni berfungsi untuk membangun hasrat pembacanya. Maksudnya adalah hasrat pembaca dalam mempelajari sejarah melalui rasa.

Meskipun tidak menutup fakta masih ada beberapa bagian seni yang melebih-lebihkan. Akan  tetapi, balik lagi kepada fungsinya untuk menarik dan mengulik wawasan terkait peristiwa sejarah.

Oleh sebab itu, seni bisa menjadi medium dua arah. Sehingga sejarawan bisa menyampaikan pesannya kepada pembaca melalui seni. 

Lebih bagusnya lagi, pembaca menjadi tertarik dan paham tentang informasi sejarah yang sejarawan tuliskan.

3 Contoh Sejarah Sebagai Seni

Produk-produk seni yang dapat ditulis berdasarkan sejarah itu sangat bervariatif. Karena mengusung tema sejarah, tentunya tidak jauh dari lingkungan sekitar. Adapun 3 contoh dari sejarah yang bisa dikatakan seni, berikut penjelasannya:

1. Pakaian Adat

Pakaian Adat
Pakaian Adat | Sumber gambar: Freepik.com

Pakaian adat memiliki unsur seni didalamnya, jadi bisa menjadi sejarah. Apalagi pakaian adat juga simbol dari suatu daerah. Biasanya, setiap daerah memiliki pakaian adat dan sejarahnya tersendiri.

Maksud dari sejarahnya, misalnya seperti suku yang menggunakan, asal muasal, kegunaan, dan sejenisnya. 

Pakaian adat merupakan salah satu warisan sejarah dari nenek moyang zaman dahulu. Oleh sebab itu, harus dilestarikan agar tidak terlupakan.

2. Tari Tradisional

Tari Tradisional
Tari Tradisional | Sumber gambar: Freepik.com

Berdasarkan estetika, tari tradisional juga bisa menjadi sejarah sebagai seni. Jika diamati dengan teliti, tarian tradisional atau adat memiliki kandungan nilai yang lebih dari hiburan kesenian.

Akan tetapi, tari tradisional juga memiliki unsur sejarah. Ketika menonton pertunjukkan tari tradisional, kamu bisa menilai berbagai unsur dalam gerakannya. Mulai dari intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa.

3. Seni Arsitektur

Seni Arsitektur
Seni Arsitektur | Sumber gambar: Freepik.com

Contoh terakhir bisa kamu lihat dari seni arsitektur berupa bangunan bersejarah. Adapun beberapa jenis arsitektur, yakni benteng, candi, rumah adat, keraton, dan lain sebagainya.

Berbagai bangunan itu memiliki nilai seni yang kental. Sejarawan membutuhkan imajinasi dan emosi dalam menelitinya. Dengan cara itu, fungsi dan kegunaan bangunan tersebut dapat dikenali.

Kelebihan dan Kekurangan Sejarah Sebagai Seni

Elemen ini memiliki kekuatannya tersendiri, yakni dapat membuat orang-orang tertarik dengan sejarah. 

Namun, itu terjadi jika sejarawan mampu menyajikan sejarah dengan bahasa menarik, animasi, dan membakar semangat pembacanya. Pasalnya, kreativitas akan menghidupkan fakta dan nilai sejarah.

Akan tetapi, sejarah yang dianggap seni juga memiliki kelemahan. Salah satunya adalah kehilangan ketepatan dan objektivitas. 

Kelemahan tersebut disebabkan bahwa seni adalah hasil imajinasi. Sementara itu, ketetapan dan objektivitas adalah dua hal yang wajib ada dalam penulisan sejarah.

2 Konstruksi Baru dalam Sejarah Sebagai Seni

Sejarah sebagai seni membutuhkan konstruksi di dalamnya. Dengan demikian, hasil produknya relevan dengan tema. Fungsinya sebagai tolak ukur pembuatan jenis sejarah. Adapun 3 sumber rekonstruksi sejarah seni, yaitu:

1. Sumber Visual Berupa Gambar Bergerak

Sumber visual merupakan bagian penting dalam penulisan objek kajian. Pasalnya, membangun sejarah seni biasanya menggunakan konstruk sejarah visual. Baik itu sumber visual berupa gambar bergerak maupun tidak bergerak.

Pada sumber visual gambar bergerak, kamu bisa menggunakan film dokumenter. Isinya bisa tentang aktivitas kesenian dan kehidupan pelakunya. Selain itu, dapat juga wawancara para tokoh seni.

Di sisi lain, peristiwa kesenian harus terekam dengan baik. Secara umum, terdapat juga berbagai media elektronik, baik itu televisi pemerintah maupun televisi swasta. 

Jadi, sumber visual ini bisa milik pribadi dan institusi. Tergantung kebutuhan dan tujuan pembuatannya.

2. Sumber Visual Berupa Gambar Tidak Bergerak

Sumber visual gambar tidak bergerak dalam sejarah seni lebih bervariasi. Pertama, berupa foto atau lukisan artefak. Misalnya, seperti ukiran, anting, busana, tata cahaya, patung, gelang, cincin, dan sejenisnya.

Pada peralatan kesenian, bisa menggunakan angklung, kecapi, gamelan, lodang, rebana, calung, gong, gitar, biola, dan tamborin. Ada juga foto dan lukisan yang menunjukkan kegiatan kesenian.

Sebagai contoh, seperti pentas musik, pentas wayang, teater, pertunjukkan tari, dan pentas drama. 

Selain itu, foto dan lukisan para pegiat kesenian juga bisa dibahas. Seperti  sastrawan, penari, pemain drama, pemain gamelan, pemain angklung, dan lain sebagainya.

Sudah Paham Tentang Sejarah Sebagai Seni?

Sejarah sebagai seni bukan hanya menceritakan kisah monoton, namun juga terdapat estetika yang menakjubkan. Oleh sebab itu, tidak heran penikmatnya akan merasa terpukau. Pasalnya, terdapat perpaduan unsur yang saling melengkapi. Mulai dari intuisi, imajinasi, emosi, hingga gaya bahasanya.

Sejarawan dan sastrawan bisa menyatu dalam satu bidang untuk menghasilkan produk kesenian yang bersifat sejarah. Selain melestarikan budaya seni, elemen ini juga mampu memberikan informasi tentang sejarahnya seperti asal muasal, awal berdiri, dan sejenisnya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page