Arti Sentralisasi, Ciri-Ciri, Penerapan, Kelebihan dan Kelemahannya

Sentralisasi atau centralization merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sistem dalam sebuah organisasi, mulai dari perusahaan komersil hingga otoritas yang lebih tinggi seperti pemerintahan. Jadi, untuk mengetahui centralization secara lebih jelas, maka kamu bisa menyimak artikel di bawah ini!

Pengertian Sentralisasi

Sentralisasi atau centralization dalam bahasa Inggris, adalah memusatkan segala hak kepada satu orang atau lebih sebagai pemegang tertinggi yang berada di posisi puncak pada struktur organisasi. Dengan demikian, centralization sering digunakan pada pemerintahan, terutama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.

Di Indonesia sendiri, pemberlakuan centralization pada pemerintahan, membuat pemerintah pusat memiliki wewenang dan kekuasan untuk mengambil segala keputusan. Dalam hal ini, pemerintah pusat adalah orang yang berada pada puncak struktur pemerintahan, seperti presiden dan kabinetnya.

Dalam bidang politik, centralization diartikan sebagai seluruh kebijakan yang dibuat oleh pusat. Jadi, pada instansi yang lebih kecil, seperti di daerah, hanya menunggu saja instruksi dari pusat untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan menurut UU.

Centralization menjadi faktor penting untuk mengatasi beberapa masalah dalam suatu organisasi. Sebab, suatu organisasi atau lembaga yang tidak tersentralisasi (desentralisasi) memiliki beberapa risiko. Misalnya, bawahan bisa saja melakukan kesalahan dalam membuat keputusan yang baik, sehingga merugikan organisasi.

Selain itu, akan terjadi inkonsistensi pada organisasi. Jadi, apa yang diputuskan bawahan mungkin akan bertentangan dengan apa yang diinginkan manajer atau orang yang berada di posisi puncak suatu organisasi. Tanpa centralization, akan membuat organisasi tidak terarah, karena bawahan akan mengambil keputusannya sendiri.

Ciri-Ciri Sentralisasi

Di bawah ini adalah beberapa ciri yang ada pada centralization, antara lain:

  • Keputusan dan kebijakan umum akan lebih mudah diambil dan diterapkan kepada setiap cabang organisasi.
  • Proses pengambilan keputusan akan lebih efektif dan efisien, karena diambil oleh pusat secara mutlak.
  • Terjadi pemusatan seluruh kekuasaan kepada pemerintahan pusat.
  • Segala hal terkait politik dan masalah administrasi ditangani oleh pemerintah pusat.
  • Terdapat kesamaan manajemen, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, hingga evaluasi organisasi.
  • Proses koordinasi yang lebih mudah, karena rantai komando dimiliki oleh pemerinta pusat.
  • Karena dalam manajemen yang sama, maka setiap alur kerja pada suatu organisasi akan menjadi terpadu.

Penerapan Sentralisasi

Centralization menekankan pengambilan keputusan yang berfokus pada beberapa jabatan atau posisi yang ada pada suatu instansi atau organisasi. Otoritas tertinggi atau manajer puncak akan memiliki kekuatan pengambilan keputusan yang absolut. Pada penerapannya, centralization akan beragam.

Sebab, hal tersebut tergantung dari perusahaan itu sendiri. Misalnya, ketika manajer tertinggi menjadi pembuat keputusan. Sedangkan itu, seseorang di bawahnya atau manajer menengah hanya memiliki wewenang operasional. Pada posisi di bawahnya, ia akan menjalankan setiap arahan dari atas.

Selain itu, keputusan dari tingkat yang lebih rendah atau di bawah manajer menengah harus mendapatkan persetujuan dari orang yang memiliki posisi lebih tinggi. Karena penerapan tersebut sangat bergantung pada orang-orang untuk membuat keputusan, maka kualitas kepemimpinan mereka sangat penting.

Sebab, hal tersebut sangat menentukan seberapa efektif dan efisien suatu organisasi atau lembaga terkait. Sementara jika kualitasnya buruk, maka akan membuat organisasi atau lembaga tersebut menjadi kurang atau tidak efektif sama sekali.

Contohnya, pada bisnis UKM, kamu menjadi pemilik sekaligus mengisi posisi tertinggi dalam struktur organisasi. Kamu juga akan bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional bisnis yang dijalankan. Selain itu, kamu akan mengambil keputusan terkait bisnis UKM tersebut, mulai dari pemasaran hingga produksi.

Sementara itu, bawahan harus melapor kepada kamu saat ingin mengambil keputusan. Sebab, mereka tidak memiliki hak, kuasa, atau fleksibilitas untuk melakukannya. Jadi, mereka hanya bisa melakukannya jika mendapat arahan dan perintah dari kamu.

Kelebihan Sentralisasi

Centralization memiliki beberapa kelebihan untuk suatu organisasi, instansi, atau bisnis, antara lain:

1. Rantai Komando Menjadi Jelas

Kelebihan centralization terhadap suatu organisasi akan membuat rantai komando menjadi jelas. Suatu instansi atau organisasi yang terpusat akan memiliki rantai komando yang jelas. Sebab, setiap orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan mengetahui kepada siapa mereka harus melapor.

Selain itu, karyawan baru atau junior akan mengetahui siapa yang harus didekati, jika mereka memiliki pertanyaan mengenai pekerjaannya. Di sisi lain, orang-orang yang memiliki jabatan lebih tinggi bisa mengikuti perencanaan yang ditetapkan dengan jelas untuk mendelegasikan wewenang kepada karyawan yang ahli di bidangnya.

Selain itu, mereka memperoleh keyakinan bahwa ketika mendelegasikan tanggung jawab kepada posisi di bawahnya, seperti manajer tingkat menengah dan karyawan lain, maka tidak akan tumpang tindih. Bisa dibilang, rantai komando yang jelas bermanfaat ketika suatu instansi menjalankan keputusan dengan terpadu dan efisien.

2. Peningkatan Kualitas Kerja

Manfaat lainnya dari sentralisasi adalah dapat meningkatkan kualitas kerja. Sebab, organisasi dapat menerapkan standar yang konsisten. Hal ini membuat organisasi tersebut dapat memantau dan mengarahkan kualitas kerja yang sesuai. Dengan begitu, pengawas di setiap departemen bisa memastikan output seragam dan berkualitas.

Selain itu, centralization bisa memudahkan setiap tim dan departemen dalam organisasi untuk berkoordinasi dan berkolaborasi. Dengan mengumpulkan aktivitas dan SDM potensial ke pusatnya, maka organisasi atau instansi tersebut akan mudah untuk bertukar informasi, komunikasi yang lebih lancar, dan kolaborasi antar anggota dan tim.

Lebih lanjut lagi, dengan centralization, organisasi dapat mengalokasikan SDM dengan lebih baik. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan kualitas kerja melalui pelatihan dan pengembangan karyawan yang diadakan oleh pusat serta investasi infrastruktur dan teknologi yang canggih dan relevan.

3. Implementasi Keputusan akan Lebih Efisien

Sentralisasi juga dapat memudahkan penerapan atas keputusan yang diambil dengan lebih efisien. Dalam organisasi terpusat, keputusan dibuat oleh sekelompok kecil orang. Kemudian, keputusan tersebut dikomunikasikan kepada orang yang memegang posisi di bawahnya.

Jadi, dengan keterlibatan dari beberapa orang saja, akan membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih efisien. Hal ini karena mereka bisa mendiskusikan secara lebih baik mengenai detail dari setiap keputusan dalam satu pertemuan. 

Nantinya, keputusan tersebut dikomunikasikan ke tingkat organisasi yang lebih rendah untuk diterapkan.

Sedangkan jika manajer tingkat bawah terlibat dalam proses pengambilan keputusan, maka prosesnya akan memakan waktu yang lebih lama. Bahkan, hal tersebut akan memunculkan konflik yang membuat pengambilan keputusan jadi tidak efisien. Akibatnya, proses pengimplementasian menjadi panjang dan rumit.

4. Fokus pada Visi

Sentralisasi juga akan membuat suatu instansi atau organisasi lebih fokus pada visinya. Ketika suatu instansi atau organisasi mengikuti struktur manajemen terpusat, maka hal tersebut memungkinkan mereka untuk lebih mudah dalam memenuhi visi yang dibuat.

Hal tersebut karena ada jalur komunikasi yang jelas. Selain itu, para pemegang wewenang dapat mengkomunikasikan visi organisasi kepada setiap bawahan, mulai dari manajer tingkat menengah dan karyawannya serta membimbing mereka untuk mencapai visi tersebut.

Namun, jika tidak centralization, maka akan terjadi ketidakkonsistenan dalam penyampaian pesan kepada setiap bawahannya. Hal ini disebabkan oleh ketidak jelasan jalur wewenang dalam organisasi tersebut. Bisa dibilang, mengarahkan visi organisasi dari atas bisa membuat penerapan visi dan strategi menjadi lebih lancar.

5. Hemat Biaya

Sentralisasi dapat menghemat biaya suatu organisasi. Sebab, ada beberapa aspek dalam organisasi tersebut yang terbantu karena centralization. Misalnya, dengan pengukuhan fungsi dan proses ke pusat, maka organisasi tersebut dapat mencegah tumpah tindih dan adanya duplikasi tanggung jawab.

Jadi, hal tersebut dapat mengurangi biaya operasional, karena sumber daya yang digunakan cukup efisien. Selain itu, centralization juga memiliki prosedur dan metode standar yang teratur, sehingga membantu mengurangi biaya. Pengambil keputusan biasanya berada di kantor pusat.

Jadi, organisasi tersebut tidak perlu mengerahkan lebih banyak orang di berbagai departemen dan peralatan ke cabang lain. Lebih lanjut, organisasi juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa spesialis setiap cabanya, karena keputusan penting dibuat di kantor pusat dan dikomunikasikan ke sana.

6. Mengurangi Konflik Internal

Ketika hanya sebagian kecil orang yang ada di puncak dalam suatu instansi atau organisasi membuat keputusan penting, maka konflik dan perbedaan pendapat bisa dikurangi.

Jika banyak karyawan dan posisi lain dalam organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan, maka potensi perselisihan dan perbedaan implementasi akan lebih besar.

Oleh sebab itu, dengan orang-orang dengan posisi puncak yang mengambil tanggung jawab untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan penting. Maka, mereka bisa melindungi orang yang terlibat dari beban kebijakan yang beresiko atau tidak menguntungkan.

Hal tersebut sangat penting untuk menjaga hubungan antara manajer dan karyawannya.

7. Karyawan Memiliki Peran yang Sesuai

Dalam sentralisasi, suatu organisasi dengan kepemimpinan terpusat biasanya memiliki karyawan dengan peran kerja yang jelas dan sesuai. Ketika karyawan memahami tugas dan tanggung jawabnya, maka mereka akan lebih produktif dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan di ruang lingkung peran mereka.

Saat karyawan memiliki tanggung jawab yang jelas, maka akan lebih mudah bagi manajemen dan sumber daya manusia untuk menentukan apakah perlu membuat divisi dan peran baru. Orang–orang pemangku wewenang juga bisa menentukan apakah harus mempekerjakan lebih banyak karyawan atau tidak.

Jadi, mereka dapat membantu menekan biaya dengan menghindari perekrutan yang berlebihan atau sia-sia. Selain itu, ini dapat mempermudah perekrutan pekerja yang memenuhi syarat untuk ditempatkan di posisi yang diperlukan.

8. Koordinasi yang Baik

Gaya manajemen terpusat memfasilitasi koordinasi kegiatan lintas departemen yang berbeda dalam suatu organisasi. Jika tidak ada sentralisasi struktur organisasi, maka setiap departemen akan beroperasi berdasarkan kebijakan independennya sendiri.

Bila kebijakan tersebut diambil oleh setiap departemen, maka akan menyebabkan disintegrasi dan kurangnya kesatuan antar departemen. Oleh sebab itu, jika organisasi menggunakan struktur manajemen terpusat, maka setiap departemen akan bekerja untuk mencapai tujuan yang sama.

Selain itu, semua aktivitas mereka akan terkoordinasi dengan baik. Hal ini tentu karena pengambilan keputusan yang diambil akan diimplementasikan kepada setiap departemen, sehingga visi orang-orang didalamnya selaras.

9. Hubungan dengan Pelanggan

Sentralisasi organisasi biasanya memiliki kebijakan tentang citra publik dan bagaimana cara mereka memasarkan produk atau layanannya. Hal tersebut membuat suatu organisasi untuk memiliki kendali penuh atas citra merek mereka.

Misalnya pada beberapa perusahaan tertentu, seperti industri fashion atau produk obat herbal yang mengkomunikasikan peluncuran baru mereka melalui tim humas atau hubungan masyarakat. Tim ini akan memastikan bahwa mereka menyampaikan pesan yang tepat di depan audiens target mereka sesuai dengan perintah dari atas.

Untuk keluhan pelanggan, suatu organisasi yang tersentralisasi akan memiliki tim layanan pelanggan internal. Atasan yang berwenang mengurusi tim ini bisa memberikan sentuhan pribadi, karena memiliki pengetahuan yang terperinci terkait produk dan layanan perusahaan.

Kelemahan Sentralisasi

Meski memiliki banyak kelebihan, centralization memiliki beberapa kelemahan untuk suatu organisasi, instansi, atau bisnis, antara lain:

1. Kurangnya Loyalitas Karyawan

Biasanya, karyawan cenderung memiliki loyalitas tinggi pada suatu organisasi ketika mereka diperbolehkan untuk berinisiatif dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Sebab, hal ini membuat mereka seperti tidak didikte, terkekang, dan memiliki kontribusi lebih saat mengerjakan tanggung jawabnya untuk suatu organisasi.

Selain itu, para karyawan diperbolehkan menciptakan kreativitas mereka dan menyarankan cara untuk melakukan tugas tertentu sesuai dengan kemampuannya. Namun, dalam centralization, tidak ada inisiatif dalam bekerja. Sebab, karyawan harus melakukan tugasnya dengan prosedur yang ada.

Tugas-tugas tersebut telah dikonseptualisasikan oleh orang yang berada pada posisi puncak. Akibatnya, kreativitas karyawan serasa dibatasi, sehingga loyalitas mereka pada organisasi berkurang, karena kekakuan pekerjaan.

2. Kepemimpinan Birokrasi

Bila dilihat lagi, sentralisasi suatu organisasi mirip dengan bentuk kepemimpinan dictator, di mana karyawan hanya diharapkan untuk memberikan hasil sesuai dengan apa yang diperintahkan atasan. Selain itu, para karyawan yang berada di tingkat paling bawah tidak dapat berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan organisasi.

Mereka hanya berperan menjadi pelaksana keputusan yang dibuat oleh posisi yang lebih tinggi. Dalam beberapa situasi, saat karyawan menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan beberapa keputusan, maka para eksekutif tidak akan mengerti. Sebab, mereka hanya menjadi pembuat keputusan dan tidak ikut melaksanakannya.

Jadi, meski dapat meningkatkan kualitas karyawan, tetapi hasil dan tindakan tersebut merupakan penurunan kinerja. Sebab, karyawan tidak memiliki motivasi untuk mengimplementasikan keputusan yang diambil oleh manajer tingkat atas tanpa adanya masukan dari karyawan.

3. Keterlambatan dalam Pekerjaan

Sentralisasi suatu organisasi akan menyebabkan keterlambatan pekerjaan. Hal ini karena kebijakan pasti akan dikirim dari kantor pusat dan disebarkan. Sedangkan catatan-catatan tanggung jawab akan dikirim sebaliknya, yakni ke kantor pusat.

Padahal, karyawan yang ada di tingkat paling bawah memiliki ketergantungan informasi yang dikomunikasikan kepada mereka dari atas. Jadi, akan ada kerugian dalam hal jam kerja ketika ada penundaan dalam penyampaian keputusan dan catatan.

Akibatnya, karyawan menjadi kurang produktif, jika harus menunggu lama untuk mendapatkan pengarahan untuk tindakan dan tanggung jawab selanjutnya. Misalnya pada kasus ketika kasir ingin membatalkan 1 barang yang telah diinput ke dalam aplikasi saat berbelanja ke minimarket.

Maka, harus dibutuhkan otorisasi dari pihak yang memiliki posisi lebih tinggi dari kasir, seperti store manager atau kepala toko untuk membatalkannya. Kasir harus memanggil orang dengan jabatan paling tinggi tersebut untuk membatalkannya.

Namun, biasanya mereka tidak berada ditempat atau berada di ruangan khusus yang berbeda dengan toko. Hal ini tentu akan memakan waktu yang lama untuk memanggilnya saja, terlebih jika antriannya  cukup ramai.

4. Sulit Dipantau

Ketika beberapa orang menjadi pemimpin puncak, mereka harus mengambil segala keputusan mengenai organisasi atau instansi yang dipegang. Terkadang, mereka berada di bawah tekanan, sehingga cukup sulit untuk merumuskan dan membuat keputusan yang tepat bagi organisasi.

Selain itu, mereka juga memiliki kendali atau kontrol terbatas atas bagaimana bawahan mengimplementasikan keputusan mereka. Maka, ketidakmampuan para pemimpin puncak untuk mendesentralisasikan proses pengambilan keputusan ini menambah beban kerja mereka

Mereka jadi tidak punya waktu untuk memantau pelaksanaan keputusan. Akibatnya, ada saja karyawan yang enggan-engganan dalam bekerja. Selain itu, pemimpin puncak bisa saja membuat banyak keputusan yang diimplementasikan dengan buruk atau tidak dilaksanakan dengan baik oleh karyawannya.

5. Pengambilan Keputusan Tidak Fleksibel

Untuk organisasi yang bergerak dalam industri jual-beli, seperti bisnis kecil, mereka dituntut untuk memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Namun, sentralisasi membuat karyawan dan posisi setingkat di atasnya harus meminta persetujuan dari kantor pusat terlebih dahulu, sebelum mengambil setiap keputusan.

Ini menciptakan kekakuan dalam organisasi tersebut, sehingga menghambat efisiensi operasional. Padahal, dalam rantai restoran skala kecil misalnya, jika seorang manajer restoran harus meminta persetujuan kepada kantor pusat sebelum membuat menu spesial harian, ia bisa kehilangan peluang untuk menghemat biaya.

Sebab, inisiatif tersebut dilakukan agar persediaan makanan yang tidak terpakai atau berlebih dimanfaatkan daripada dibuang. Jadi, ketika ia menunggu persetujuan dari pemimpin puncak, makanan bisa rusak dan restoran akan kehilangan kesempatan untuk menjual makanan tersebut kepada pelanggan lewat menu spesial harian.

6. Peningkatan Kompleksitas Pengelolaan

Dalam sentralisasi suatu organisasi, pemimpin puncak bertanggung jawab untuk mengumpulkan, menganalisis, mendiskusikan, dan mengambil keputusan berdasarkan informasi dari sistem.

Ketika beberapa pemimpin puncak mendapatkan informasi dengan kuantitas yang sangat banyak dari berbagai unit atau cabang yang terhubung, maka bisa terjadi overload. Akibatnya, pengambilan keputusan akan tertunda, kesalahan dalam menganalisa data, dan masalah komunikasi.

Dalam centralization, keputusan yang telah dibuat harus melewati jalan panjang dan kompleks, agar bisa sampai ke semua lini dan mungkin perlu persetujuan lain di berbagai tingkatan. Alhasil, akan terjadi penundaan dalam pengambilan keputusan dan respon lambat pada perubahan situasi.

Padahal, dunia bisnis sangat cepat dan dinamis, sehingga respon lambat karena kompleksitas pengelolaan bisa menghambat kemampuan suatu organisasi untuk beradaptasi.

Contoh-Contoh Sentralisasi

Adapun contoh dari centralization adalah sebagai berikut:

1. Bank Indonesia sebagai Pusat Kebijakan Moneter

Bank Indonesia (BI) merupakan otoritas yang bertanggung jawab sebagai pusat pengaturan kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan terhadap kontrol peredaran uang dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan kata lain, BI memiliki peran sentral dalam penataan dan pelaksanaan kebijakan moneter Indonesia.

Tugas prioritas dari Bank Indonesia yakni menjaga nilai mata uang rupiah tetap stabil. Mereka juga menjalankan kebijakan untuk mencapai tujuan ekonomi nasional. Selain itu, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menetapkan suku bunga acuan, mengatur jumlah peredaran, dan memantau sistem perbankkan di Nusantara.

Beberapa instrumen kebijakan moneter dari Bank Indonesia, yakni operasi pasar terbuka dan kebijakan suku bunga acuan. Hal tersebut untuk mengendalikan kenaikan suku bunga. Instrumen lainnya adalah menjaga nilai tukar mata uang tetap stabil dan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan  

2. Sistem pemerintahan Orde Baru

Sistem pemerintahan Indonesia di era Orde Baru (Orba) berlangsung dari tahun 1966 sampai dengan 1998. Dari sistem tersebut, terdapat sentralisasi kekuasaan di pemerintah pusat. Ketika itu, kekuasaan politik dan administratif tersentralisasi di tangan presiden dan pemerintah pusat.

Pemerintah Orba sangat menekankan kontrol politik dari pemerintah pusat, dengan Presiden sebagai pemimpin puncak yang paling berkuasa. Lebih lanjut lagi, pemerintah pusat memiliki kuasa dalam mengambil keputusan di berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

Selain itu, pemerintahan memegang kendali atas beberapa aspek, seperti keuangan, pembangunan, dan pemerintahan daerah.

3. Pemberian Visa

Pemberian visa kepada warga negara asing merupakan contoh sentralisasi lainnya. Dalam hal ini, pengambilan keputusan mengenai visa diambil oleh pemerintah pusat, meliputi proses aplikasi, persyaratan, dan durasi tanggal.

Jadi, mereka memiliki hak dan kontrol secara penuh untuk mengatur kebijakan visa nasional. Dengan demikian, pemberian visa tersebut tidak bisa diputuskan oleh pemerintah daerah.

4. TNI

Contoh centralization berikutnya adalah pada lembaga keamanan negara, yakni TNI atau Tentara Nasional Indonesia. Mereka menjalankan tugasnya untuk memberikan perlindungan kepada setiap wilayah yang ada di Indonesia.

Perlindungan wilayah tersebut terbagi menjadi 3 titik, mulai dari TNI AD (Angkatan Darat), TNI AL (Angkatan Laut), dan TNI AU (Angkatan Udara). Pengambilan keputusan dan pemimpin puncak dari TNI AD, AL, dan AU ini adalah seorang Panglima Tertinggi/Presiden.

5. McDonald’s

Restoran cepat saji McDonald menggunakan sentralisasi untuk melakukan standarisasi menu di setiap franchisenya. Hal tersebut karena manajemen puncak di perusahaan tersebut memiliki kontrol penuh atas kegiatan training dan produk yang ditawarkan.

Efeknya, dengan standarisasi produk dan bahan yang dilakukan, maka mempercepat persiapan dan pengadaan restoran ini. Selain itu, McDonald’s juga meletakkan jumlah acar yang sama persis di setiap burger pada setiap cabangnya, terutama Amerika Serikat.

6. Manajemen Terpusat Perusahaan Apple

Apple merupakan contoh bisnis dengan struktur manajemen terpusat. Di perusahaan Apple, sebagian besar tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Tim Cook. Ia mengambil peran kepemimpinan yang sebelumnya dipegang oleh Steve Jobs.

Sebagai salah satu yang terbesar di dunia, Apple telah dikenal sebagai organisasi yang mempertahankan kontrol terpusat tingkat tinggi atas inisiatif strategis perusahaan. Inisiatif strategis tersebut termasuk pengembangan produk baru, penentuan pasar untuk beroperasi, dan akuisisi perusahaan.

Selain itu, mereka memiliki kendali penuh terhadap platform dan ekosistem Apple yang ditawarkan, seperti sistem operasi iOS, layanan iCloud, dan aplikasi AppStore. Kebijakan dan pedoman bagi pengembangan aplikasi ini dibuat agar memastikan kualitas dan keamanan produk yang digunakan oleh pengguna dalam ekosistem Apple.

Sudah Paham Apa Itu Sentralisasi?

Itulah penjelasan mengenai centralization, mulai dari pengertian, ciri-ciri, kelebihan, dan kelemahannya. Istilah ini mengacu pada pengaturan, di mana hak pengambilan keputusan ada pada tingkat tertinggi (pemimpin puncak) dalam struktur organisasi. Keputusan yang dibuat di atas dikomunikasikan kepada bawahan untuk implementasi.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page