Apa Itu Siklus Lisogenik? Konsep, Tahapan, dan Informasi Lainnya

Siklus lisogenik kerap dikenal sebagai cara berkembang biak dari mikroorganisme utamanya virus. Sebenarnya masih terdapat siklus lain yang bisa dilalui oleh virus untuk memperbanyak diri saat berada di tubuh inangnya. Namun, terdapat beberapa virus yang secara spesifik melakukan perkembangbiakan dengan siklus ini.

Lalu, apa itu siklus lisogenik? Bagaimana tahapan dari siklus tersebut? Adakah keunggulan dari daur hidup virus yang satu ini? Apa sajakah contoh virus yang menggunakan siklus ini sebagai daur hidupnya? Simak dan cari tahu melalui artikel ini.

Konsep Siklus Lisogenik

Daur hidup virus dengan siklus ini ditemukan pada tahun 1950 oleh Andre Lwoff. Siklus ini memiliki konsep yakni penyisipan diri virus pada sel inang tanpa menghancurkannya. Ketika terjadi pembelahan sel pada inang maka virus tersebut juga ikut membelah diri dan berkembang pada inang yang baru.

Sejatinya pada daur hidup virus ini terdapat peran dari integrase asam nukleat yang ada pada virus dalam genom sel inang. Dengan begitu tercipta profag tanpa harus menghancurkan sel inang dan mengalami daur hidup secara terus menerus.

Tahapan Siklus Lisogenik pada Virus

Secara garis besar, berikut tahapan pada daur hidup virus secara lisogenik:

1. Tahap Adsorpsi dan Penetrasi

Tahapan awal dari daur hidup virus ini adalah adanya proses penempelan virus pada bagian permukaan sel inang menggunakan reseptor protein yang bersifat spesifik. Pada tahap ini juga terjadi penghancuran membran sel menggunakan enzim lisozim.

Selanjutnya, virus secara otomatis akan berpenetrasi atau masuk melalui proses penyuntikan materi genetik pada asam nukleat menuju ke dalam sel.

2. Tahap Penggabungan

Tahap siklus lisogenik selanjutnya adalah penggabungan DNA bakteri dan virus setelah virus masuk dalam sel bakteri. DNA akan membentuk untaian dengan bentuk kalung tanpa ujung hingga nantinya bagian pangkal akan terputus. 

Lalu, ketika terjadi pemutusan DNA bakteri terjadi penyisipan DNA virus yang mengakibatkan terbentuknya DNA bakteri secara utuh dan telah tersisipi oleh DNA virus.

3. Tahap Pembelahan

Apabila DNA virus telah tergabung dalam DNA inang, dalam hal ini adalah bakteri, maka DNA virus tidak bisa lagi melakukan pergerakan secara bebas atau dinamakan sebagai profag. 

Namun, ketika DNA bakteri atau inang melakukan pembelahan atau melakukan replikasi, maka secara otomatis DNA virus pun mengalami pembelahan.

Dengan begitu, saat terdapat 2 sel inang atau bakteri, maka kedua sel tersebut telah mengandung DNA dari virus atau profag. Oleh karena itu, nantinya jumlah profag akan sama dengan jumlah sel inangnya.

4. Tahap Sintesis

Tahapan siklus lisogenik berikutnya adalah proses sintesis. Pada tahap ini, virus atau profag sewaktu-waktu akan aktif dan memiliki kemampuan untuk memisahkan diri dengan DNA sel inang atau bahkan membunuh DNA inang atau bakteri.

Kemudian, DNA virus atau profag akan melakukan sintesis protein dengan mengganti mekanisme kerja dari DNA sel inang atau bakteri. DNA virus akan melakukan sintesis tersebut hingga terbentuk kapsid yang berperan untuk virus baru serta replikasi DNA.

5. Tahap Perakitan

Pada tahap ini, dibentuk selubung virus yang berasal dari hasil kapsid virus melalui proses perakitan. Kemudian, DNA hasil replikasi akan mengisi hasil perakitan kapsid hingga tercipta virus baru. Tahapan ini juga seringkali disebut sebagai tahap pematangan.

6. Tahap Lisis

Pada tahap ini, diartikan sebagai proses pemecahan dinding bakteri atau sel inang sehingga virus dapat keluar secara bebas. Dengan begitu, virus-virus tersebut bisa melakukan penyerangan terhadap sel bakteri atau sel inang lain.

Pada proses lisis atau pemecahan ini sama halnya dengan proses pelepasan virus dari sel inang. Namun terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa pelepasan virus baru ini dapat dilakukan melalui tunas.

Proses pelepasan ini terjadi karena adanya tunas sel inang. Virus yang melakukan pelepasan menggunakan cara ini biasa disebut dengan virus sitopatik seperti virus influenza. Dalam tahap ini, sel inang tetap hidup setelah virus baru melepaskan diri.

Perbedaan Siklus Lisogenik dengan Litik

Secara umum, siklus litik dan lisogenik memiliki tahapan yang sama. Namun, terdapat beberapa hal yang membedakan kedua daur hidup virus tersebut, di antaranya :

  1. Pada daur hidup secara lisogenik terdapat proses integrasi DNA virus pada DNA sel inang sedangkan pada daur hidup litik tidak terdapat integrasi DNA.
  2. Pada daur hidup lisogenik tidak terdapat proses hidrolisis namun pada daur hidup litik terdapat proses hidrolisis.
  3. Pada tahap lisogenik terdapat profag sedangkan pada litik tidak terdapat profag. Selain itu, siklus litik terjadi proses daur hidup yang independen sedangkan pada siklus lisogenik terjadi bersamaan dengan DNA sel inang.
  4. Waktu kerja dari daur hidup lisogenik terjadi lebih lama dibandingkan siklus litik.

Keunggulan dan Kekurangan Siklus Lisogenik

Pada prinsipnya, virus akan mati saat tidak melakukan kontak dengan sel inang. Oleh karena itu, sepanjang virus tidak berhubungan dengan sel inang baik itu bakteri atau organisme lainnya maka virus tersebut mati.

Pada siklus lisogenik virus dapat melakukan replikasi melalui sel inang tanpa harus merusak sel inang tersebut. Hal ini memungkinkan sel inang berada dalam keadaan utuh baik itu organ dan jaringannya.

Namun, kerugian dari siklus hidup lisogenik adalah virus tetap berada dalam sel inang dan tetap hidup hingga mampu mereplikasi diri secara terus-menerus. Apabila sel inang dari virus itu adalah manusia, hewan, atau tumbuhan maka hal ini dapat menyebabkan penyakit secara berkepanjangan akibat infeksi virus.

Sedangkan pada siklus litik, virus dapat melakukan proses replikasi dalam waktu yang singkat dan mampu memisahkan diri dengan sel inang untuk mencari target inang yang baru. Tentunya melalui cara ini virus dapat melakukan penyebaran dalam waktu yang cepat pada sel inang.

Contoh Virus dengan Siklus Lisogenik

Dalam melakukan replikasi, tidak semua virus memiliki daur hidup secara lisogenik. Untuk itu, contoh virus yang melakukan tahapan siklus ini adalah bakteriofag lambda yang memiliki bentuk hampir sama dengan bakteriofag T4. Namun, pada bakteriofag lambda terdapat serabut ekor yang lebih pendek daripada bakteriofag T4.

Selain bakteriofag lambda, terdapat pula virus yang memiliki daur hidup dengan siklus ini yaitu virus HIV yang merupakan virus penyebab AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrom

Adanya penginfeksian virus ini dalam tubuh yang terjadi secara terus menerus dan sukar dikendalikan juga berhubungan dengan daur hidupnya.

Siklus hidup yang memungkinkan virus berada dalam tubuh sel inang dalam waktu yang lama menjadikan infeksi terjadi secara berkepanjangan. Maka dari itu, diperlukan tindakan khusus baik itu sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan secara intensif untuk membunuh dan menghentikan pertumbuhan virus dalam sel inang.

Sudahkah Anda Memahami Siklus Lisogenik pada Virus?

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa siklus lisogenik merupakan daur hidup virus yang melibatkan proses integrasi DNA virus menuju ke DNA sel inang. 

Pada proses daur hidup virus ini juga tidak mengakibatkan kerusakan pada sel inang sehingga bagian organ dan jaringan pun kemungkinan berada dalam kondisi yang masih utuh.

Dalam hal ini, virus akan tetap hidup ketika berada di dalam sel inang. Namun, saat berada di luar sel inang maka virus akan mati. 

Sel inang yang dijadikan sebagai tempat hidup virus pun beraneka ragam mulai dari bakteri, hewan, tumbuhan, hingga manusia. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya pertumbuhan virus diperlukan pengetahuan dan pencegahan yang tepat mulai dari sekarang.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page