Sistem Barter: Pengertian, Sejarah, Jenis, Syarat & Contohnya

Pernah mendengar istilah sistem barter? Ya, cara tersebut erat kaitannya dengan konsep pembayaran di masa lampau.

Dalam penerapannya, barter bahkan tidak hanya berlaku untuk kegiatan tukar menukar barang, tetapi juga tukar menukar jasa. Nah, seperti apa penjelasan lengkapnya? Simak ulasan berikut ini! 

Pengertian

Jauh sebelum mengenal uang, manusia menggunakan barter sebagai alat transaksi mereka. Selain itu, bentuk transaksi barter adalah dengan melakukan penukaran barang sebagai ganti alat pembayaran.

Ketika melakukan barter, mereka harus memiliki suatu barang terlebih dahulu untuk ditukarkan. Dalam teori ekonomi, sistem barter disebut dengan istilah double coincidence of wants, yang mana pertukaran mensyaratkan adanya keinginan dan kebutuhan yang sama pada waktu bersamaan.

Tak ayal, transaksi ini juga harus ada kesepakatan antar pihak sehingga nilai barang yang ditukarkan setidaknya harus setara.  Akibatnya, cukup sulit dalam menentukan nilai barang yang sesuai dalam sistem pertukaran ini.

Meski demikian, kesulitan itu ternyata mendorong mereka untuk menciptakan akses lain dengan menetapkan benda-benda yang bisa dijadikan sebagai alat tukar pengganti.

Sejarah

Dalam sejarahnya, bangsa Mesopotamia menggunakan cara barter sejak 6000 SM. Kala itu, masyarakat sadar bahwa hasil produksi mereka tidak mencukupi seluruh keperluannya sehingga berbagai barang pun dimanfaatkan, seperti makanan hingga senjata.

Kemudian, bangsa Fenisia mengadopsi sistem barter dengan masyarakat lain yang berada di seberang lautan untuk menukarkan barang komoditas mereka. Sistem ini mengalami perkembangan pesat hingga sampai Babilonia dengan komoditas utamanya yaitu garam.

Pada abad pertengahan, bangsa Eropa berkeliling dunia untuk melakukan barter kerajinan dan bulu untuk ditukar dengan sutra dan parfum. Sementara itu, orang Amerika pada masa kolonial menukar bola senapan, kulit rusa, dan gandum.

Ketika pada akhirnya uang ditemukan, nyatanya barter tidak sepenuhnya menghilang. Sekitar tahun 1930-an, perekonomian dunia mengalami krisis (great depression), khususnya di Amerika Serikat (AS).

Kejadian ini bermula ketika masyarakat sudah tidak percaya dengan bank lantaran likuiditas yang macet akibat pasar saham ambruk pada 1929. Alhasil, mereka yang panik ingin menarik uangnya dari bank yang ternyata sudah tidak ada.

Dari situlah, kemudian masyarakat memutuskan untuk bertransaksi dengan cara barter melalui kelompok atau orang-orang yang bertindak layaknya institusi perbankan. Apabila ada barang yang terjual, pemilik akan menerima kredit dan rekening pembeli akan didebet.

Selain itu, sistem barter juga pernah terjadi di AS ketika krisis ekonomi pada 2008 silam. Paling fenomenal adalah kisah dari salah satu warganya yang dibayar dengan barang sebagai imbalannya.

Mengutip laman ABC News, Ron Giesler harus terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat ia bekerja lantaran krisis yang dialami di negeri Paman Sam tersebut. 

Demi bertahan hidup, Giesler pun bekerja sebagai tukang listrik yang mana upahnya hanya dibayar dengan laptop, suku cadang komputer, dan barang bekas lainnya. Hal itu ia lakukan agar bisa tetap mendapatkan pelanggan yang juga ekonominya lagi sulit. 

Ya, sistem barter memang begitu menolong masyarakat ketika masa sulit. Meskipun merupakan salah satu jenis perdagangan tertua, sorotan penting dari skema ini yaitu terkait nilai barang dan jasa yang sesuai untuk dipertukarkan terhadap barang yang diinginkan. 

Jenis Barter

Barter sendiri nyatanya mempunyai beberapa jenis, yaitu:

1. Barter Langsung

Barter langsung terjadi ketika dua pihak menukarkan barang tanpa adanya perantara dan atas dasar kesepakatan bersama. Misal, beras ditukar dengan gandum.  

2. Barter Imbal Beli

Barter imbal beli merupakan kerja sama untuk saling membeli barang atau jasa yang dibutuhkan. Misal, seseorang yang membeli sebidang tanah, namun tetap ingin memakai tenaganya untuk menggarap. 

3. Barter Alih

Barter alih merupakan pertukaran antar dua belah pihak yang dialihkan. Sistem ini terjadi lantaran salah satu pihak tidak bisa memanfaatkan barang yang telah ditukarkan.

Misal, pedagang telur menukarkan barangnya kepada pedagang ayam. Tetapi, pedagang ayam tersebut ternyata telah mempunyai stok telur di gudangnya sehingga mengalihkannya ke toko lain.

Jenis Barter berdasarkan Ruang Lingkupnya

Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis barter dibedakan menjadi empat bagian, yakni:

1. Barter antar Individu

Ketika dua individu atau pihak memiliki barang atau dapat memberikan layanan yang diinginkan pihak lain tanpa adanya pertukaran uang, maka kedua belah pihak akan memutuskan dan menentukan nilai barang yang mengarah ke pertukaran yang diputuskan.

2. Barter antar Perusahaan 

Ketika dua belah pihak tidak mampu menggunakan uang tunai atau bentuk uang apa pun untuk membeli barang atau jasa, mereka akan menukar barang dan jasa dengan barang atau jasa lain yang memiliki nilai setara.

Bentuk barter ini sedang tren pada perusahaan yang menggunakan sistem Business To Business (B2B). Misal, menukar produk untuk iklan.

3. Barter antar Negara 

Untuk mengelola utang, negara sering menukar barang dengan barang lain yang paling mereka butuhkan. Misalnya, menukar minyak dengan makanan. 

Hal tersebut membantu negara untuk mengelola defisit perdagangan agar meminimalkan utang sebanyak mungkin.

4. Barter Modern

Sistem barter mungkin berakar pada saat tidak ada uang, tetapi di masa sekarang sistem ini masih sangat populer. Usaha kecil dan Menengah (UMKM) menggunakan perdagangan barter online untuk memerangi krisis keuangan. 

Sistem ini membantu bisnis dengan memanfaatkan stok yang tidak terpakai dan menarik lebih banyak pelanggan ke produk mereka sehingga dapat menikmati pengembalian yang lebih baik di kemudian hari.

Syarat dalam Barter

Esensi sistem barter adalah melakukan penukaran barang atas dasar kesepakatan, dan tentunya terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah syarat-syarat yang setidaknya ada dalam barter, yaitu:

1. Pihak Bertukar

Pertama, syarat utama barter adalah adanya pihak yang dapat diajak bertukar barang. Tidak harus dilakukan sesama individu, namun juga bisa antara individu dan kelompok, atau antar kelompok.

2. Saling Membutuhkan

Syarat barter tentunya harus saling membutuhkan antara pihak satu dengan lainnya. Jadi, masing-masing pihak harus saling membutuhkan barang yang akan ditukarkan.

3. Nilai Barang Sama

Kesetaraan nilai barang merupakan syarat mutlak dalam barter demi menghindari ketimpangan yang dapat merugikan salah satu pihak. Oleh sebab itu, perlu adanya diskusi atau kesepakatan antara kedua belah pihak. 

4. Adanya Kesepakatan Bersama

Kedua belah pihak harus terlebih dahulu sepakat ketika melakukan skema ini sehingga tidak ada unsur paksaan dalam proses pertukaran barang ataupun jasa.

5. Ditukar pada Waktu Bersamaan

Terakhir, syarat barter harus ditukar pada waktu bersamaan. Tujuannya untuk meminimalisir adanya kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak.

Contoh Sistem Barter

Sistem barter memang identik dengan skema pembayaran tradisional, namun tidak sedikit yang masih menggunakan skema ini. Oleh sebab itu, orang menggunakan berbagai barang untuk melakukan kegiatan tawar-menawar dengan cara yang khas.

Contoh 1

John mempunyai sebidang ladang di desa asalnya untuk menanam padi. Suatu ketika, John ingin membuat pondok kayu di tengah-tengah ladang tersebut sebagai tempat singgah keluarganya sehingga ia menghubungi tukang kayu kenalannya untuk memulai proses barter. 

Tukang kayu itu kemudian menawarkan untuk membuat pondok dengan imbalan 1 ton karung beras. John pun setuju dengan perjanjian perdagangan dengan tukang kayu tersebut dengan imbalan 1 ton karung beras penuh di akhir pengerjaan.

Contoh 2

Dalam lingkup makro, kegiatan barter juga terjadi antara dua negara. Misalnya, situasi perang Ukraina-Rusia saat ini memungkinkan adanya kesepakatan barter.

Eropa dan Amerika telah menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena perang yang berkecamuk.  Akibatnya, Rusia menghadapi masalah dalam melakukan perdagangan rubel. Dengan demikian, mereka telah beralih ke sistem perdagangan tawar-menawar. 

Rusia akan membayar negara pembeli dengan barang bernilai sama yang dibutuhkannya. Rusia akan memberi pembeli gas senilai serupa sebagai ganti barang yang diterima. 

Sistem tawar-menawar tetap menjadi opsi potensial, tetapi ada opsi yang lebih baik dan satu-satunya untuk perdagangan, mengingat tingginya volume dan nilai perdagangan antar negara.

Sudah Mengerti Apa itu Sistem Barter?

Pada intinya, barter merupakan skema pertukaran barang atau jasa tanpa menggunakan perantara uang. Sistem ini dianggap sebagai bentuk perdagangan tertua di dunia sekaligus mempunyai peran krusial dalam sejarah dan evolusi ekonomi manusia. 

Selain itu, sistem barter juga tidak mengenal adanya inflasi. Meski begitu, efektivitasnya tentu tidak sama seperti halnya menggunakan mata uang.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page