Hikayat adalah jenis prosa lama yang isinya identik dengan cerita atau dongeng. Biasanya unsur cerita yang ditonjolkan dalam hikayat adalah kisah tentang kesaktian, keanehan, atau mukjizat. Jika kamu hendak membuat atau belajar lebih dalam perihal hikayat, simak struktur teks hikayat di bawah ini!
Daftar ISI
Sekilas Tentang Hikayat
Hikayat atau hikayah memiliki arti bercerita atau menceritakan. Prosa ini biasanya dibacakan dalam suatu acara dengan tujuan untuk membangkitkan semangat, mengingatkan, dan sebagai pelipur lara.
Keberadaan prosa lama ini banyak ditemukan dalam bahasa Melayu, sehingga memiliki karakteristik yang berbeda dari karya sastra jenis lainnya. Selain itu, struktur teks hikayat dan ciri-cirinya pun tidak sama dengan jenis karya yang serupa.
Seperti penjelasan sebelumnya, hikayat identik dengan cerita tentang keanehan, kesaktian, atau bahkan mukjizat yang diterima oleh para tokoh dalam cerita. Sehingga, banyak yang menganggap prosa ini sebagai cerita rakyat atau cerita dongeng belaka.
6 Struktur Teks Hikayat
Alur cerita di dalam hikayat sering dijadikan sebagai pembelajaran atau pesan moral bagi para pembaca dan pendengarnya. Agar bisa memahami jenis prosa lama satu ini, simak 6 struktur teks hikayat berikut:
1. Abstraksi
Struktur pertama ada abstraksi. Seperti namanya, struktur ini merupakan inti cerita di dalam teks hikayat. Inti cerita tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi berbagai macam peristiwa.
Abstraksi juga dikenal sebagai gambaran cerita di dalam teks hikayat. Misalnya, abstraksi dari hikayat Abu Nawas dan Lalat adalah kecerdikan Abu Nawas membalas perlakuan baginda raja melalui lalat.
Dalam proses penulisannya, penyusunan teks hikayat diperbolehkan untuk tidak menggunakan abstraksi atau inti cerita. Namun, keberadaan abstraksi menjadi sangat penting, karena menjadi bagian permulaan untuk membangun cerita hikayat yang lebih baik.
Maka dari itu, penyusunan teks hikayat akan jauh lebih sempurna jika menggunakan abstraksi atau inti cerita. Baik penulis atau pembaca akan memahami inti cerita dari teks hikayat lewat abstraksi atau penggambaran inti cerita tersebut.
2. Orientasi
Struktur teks hikayat kedua ada orientasi. Struktur kedua ini juga menjadi bagian penting di dalam teks hikayat, karena berisikan keterangan latar tempat, latar waktu, dan suasana di dalam cerita.
Penyusunan orientasi khususnya keterangan suasana dalam cerita disusun dengan dramatis. Tujuannya agar para pembaca bisa terbawa suasana dan merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita.
Contoh, Putri Kuning sedih melihat kesembilan kakaknya yang hanya bersenang-senang dan memerintah para pelayan dengan seenaknya. Suatu ketika, Putri Kuning membersihkan taman kesayangan raja, tapi ia justru mendapat respon yang tidak menyenangkan dari kesembilan kakaknya.
Contoh hikayat Putri Kemuning di atas mengandung orientasi berupa latar tempat, yaitu taman kesayangan raja dan suasana hati Putri Kuning yang sedih karena kelakuan kesembilan kakaknya.
Dengan adanya orientasi, seperti latar tempat, latar waktu, dan suasana cerita dalam sebuah cerita hikayat akan memudahkan pembaca untuk terlibat langsung dalam cerita tersebut, khususnya dalam emosional.
3. Komplikasi
Ketiga adalah komplikasi. Struktur teks hikayat ini berisi tentang urutan berbagai macam peristiwa yang saling terhubung satu sama lain. Hubungan tersebut biasanya dikarenakan oleh sebab dan akibat dalam cerita.
Di dalam komplikasi ini terdapat banyak konflik yang bermunculan, mulai dari bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Konflik-konflik tersebut akan dimunculkan secara terus-menerus hingga cerita hikayat tamat.
Selain itu, di dalam struktur komplikasi juga akan dimunculkan karakter dengan berbagai keistimewaan. Misalnya, memiliki kekuatan ajaib, sehingga bisa menyelesaikan konflik yang muncul.
Contoh, semenjak Hang Tuah pergi meninggalkan istana, posisinya digantikan oleh sahabatnya bernama Hang Jebat. Karena pemabuk berat, raja tidak betah dengan sikap Hang Jebat. Baginda raja pun meminta Hang Tuah untuk mengalahkan Hang Jebat melalui sebuah pertarungan.
Hang Tuah memenangkan pertarungan tersebut. Hang Jebat akhirnya mati di pangkuan Hang Tuah. Karena menang, Hang Tuah kembali menjabat sebagai laksamana di istana.
Berdasarkan contoh hikayat Hang Tuah di atas, terdapat struktur komplikasi berupa konflik, kemunculan karakter yang memiliki kekuatan, dan penyelesaian konflik.
Konflik dari penggalan cerita teks hikayat di atas adalah ketidaksukaan raja dengan sikap Hang Jebat yang pemabuk. Lalu, munculah karakter Hang Tuah di dalam cerita yang memiliki kekuatan dan mengalahkan Hang Jebat dalam sebuah pertarungan.
4. Evaluasi
Keempat ada evaluasi. Di dalam bagian struktur teks ini terdapat berbagai jenis konflik yang kemudian akan diselesaikan oleh tokoh sentral atau memiliki peran penting dalam cerita.
Penyelesaian konflik tersebut dinamakan dengan evaluasi. Tujuan dari struktur teks ini adalah membuat alur cerita sudah mendekati akhir.
Struktur teks hikayat evaluasi memiliki peran penting, karena memberikan berbagai jenis pembelajaran lewat pesan-pesan yang disampaikan kepada para pembacanya. Isi dari pesan tersebut tidak jauh dari pesan moral atau pesan agama.
Contoh, Abu Nawas pun murka dan ingin balas dendam kepada raja, karena rumah dan tanahnya dirusak. Kemarahan Abu Nawas semakin memuncak saat raja tidak meminta maaf dan bertanggung jawab kepada Abu Nawas.
Keesokan harinya, Abu Nawas ke istana dan melaporkan perlakuan tamu tidak diundang kepada raja. Tamu tersebut adalah lalat-lalat yang jumlahnya sangat banyak. Abu Nawas pun meminta izin kepada raja untuk mengusir lalat-lalat tersebut keluar dari istana.
Raja pun langsung mengizinkan Abu Nawas untuk mengusir lalat tersebut. Abu Nawas pun mengejar dan memukuli lalat tersebut menggunakan tongkat besi hingga memecahkan vas bunga, patung hias, dan peralatan istana lainnya.
Berdasarkan contoh teks hikayat di atas, dapat diketahui bahwa konflik dalam cerita Abu Nawas dan Lalat adalah kemarahan Abu Nawas terhadap raja. Karena, telah merusak rumah dan tanahnya tanpa izin dan tidak mengucapkan kata maaf.
Evaluasi dari konflik tersebut muncul saat Abu Nawas memiliki ide untuk membalas perbuatan raja menggunakan lalat-lalat yang jumlahnya banyak. Setelah mendapatkan izin, Abu Nawas mengusir lalat tersebut menggunakan tongkat besi hingga merusak fasilitas di dalam istana.
Secara tidak langsung, evaluasi di atas memberikan pesan moral agar tidak bertindak sesuka hati. Meski memiliki jabatan tinggi, harus berani mengakui kesalahan serta mau bertanggung jawab.
5. Resolusi
Kelima ada struktur teks hikayat resolusi. Struktur ini berisikan tentang berbagai jenis solusi dari masalah atau konflik yang dihadapi oleh tokoh di dalam cerita hikayat.
Resolusi biasanya berasal dari pemikiran pribadi penulis cerita. Pada bagian ini, resolusi yang dihadirkan oleh penulis bisa dijadikan sebagai pembelajaran dan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh, suatu hari ketika baginda raja dan istri sedang berlayar, tiba-tiba mahkota raja terjatuh. Hang Tuah sudah berusaha cukup keras untuk mengambil mahkota tersebut, tapi gagal karena diserang oleh buaya putih.
Selain mahkota milik raja, keris Taming Sari milik Hang Tuah juga ikut hilang. Tidak lama setelah kejadian tersebut, Hang Tuah dan baginda raja sering sakit-sakitan. Meski dalam keadaan sakit, Hang Tuah tetap melaksanakan perintah dari raja untuk memimpin perang saat melawan bangsa Portugis.
Berdasarkan contoh hikayat di atas, resolusi yang bisa dijadikan pelajaran adalah sikap Hang Tuah yang tetap mengikuti perintah raja meski dalam keadaan sakit. Kesetiaan dan sikap pantang menyerah dari Hang Tuah layak dijadikan sebagai panutan.
6. Koda
Struktur teks hikayat terakhir adalah koda. Struktur teks ini juga disebut sebagai kesimpulan dalam cerita. Di dalam struktur koda ada berbagai nilai dan hikmah yang bisa diambil oleh pembaca dari cerita di dalam teks hikayat.
Koda berbeda dengan abstraksi. Meski begitu, masih banyak yang keliru membedakan antara inti cerita dengan kesimpulan dari sebuah cerita di dalam teks hikayat.
Jika inti cerita terdiri dari alur cerita sebuah hikayat, maka kesimpulan atau koda terdiri dari alur, konflik, dan pesan moral yang bisa diambil oleh para pembaca. Sederhananya, struktur koda merangkum abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi.
Contoh Struktur Teks Hikayat Koda Berbentuk Kesimpulan
Diceritakan sebuah rumah di pelosok desa yang sangat terpencil hingga tidak ada seorang pun yang mengetahui lokasi tersebut, kecuali para penduduk setempat.
Desa tersebut memiliki 20 kepala keluarga dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang amat ramah bernama Rahmat. Seluruh warga sangat mencintai Pak Rahmat, karena sosoknya yang adil dan bijaksana.
Pada suatu malam terdengar keramaian di depan salah satu rumah warga. Satu persatu warga desa terbangun. Mereka bertemu di salah satu perempatan desa dan saling bertanya tentang apa yang sedang terjadi.
Pak Rahmat pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya, “Ada suara ledakan yang besar, lalu disusul asap dan api yang berkobar“.
Ternyata ada insiden kebakaran di salah satu rumah warga di desa tersebut. Hingga menimbulkan kepanikan dan kegaduhan.
Koda dari contoh cerita hikayat di atas adalah ketika Pak Rahmat menjelaskan tentang bunyi suara ledakan, kemunculan asap dan api merah yang berkobar di salah satu rumah warga.
Contoh Struktur Teks Hikayat Koda Berbentuk Amanat
Hiduplah seorang anak kecil dan ibunya yang tinggal di rumah sederhana berukuran kecil, di pinggir Pantai Sumatera.
Anak tersebut bernama Malin. Dia adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Suatu hari, Malin mendapat pekerjaan di kota besar. Karena ingin merubah nasib, Malin pun meminta izin kepada ibunya untuk merantau beberapa bulan.
“Pergilah nak, hiduplah dengan bahagia dan jangan lupa pulang menemui ibumu beberapa bulan lagi,” ucap sang ibu.
Sudah bertahun-tahun Malin tidak pulang dan ibu Malin tidak mendengar kabar dari anak satu-satunya. Pada suatu pagi, sebuah kapal yang berukuran sangat besar berlabuh di pantai yang tidak jauh dari ibu Malin tinggal.
Tiba-tiba munculah sepasang bangsawan tampan dan cantik. Keduanya menuruni kapal dengan pakaian yang berkilau.
“Malin, apakah itu kamu? Syukurlah kamu pulang nak,” teriak ibu Malin.
Istri Malin menatap suaminya dan bertanya, “Suamiku, siapa wanita dekil yang berteriak ini? Aku tidak sudi melihatnya!”
Malin pun memanggil para penjaga untuk mengusir ibunya supaya menjauh.
Ibu Malin pun sedih bercampur kecewa. Kesabarannya sudah habis, hingga akhirnya ibunya berteriak dan mengutuk Malin menjadi batu.
Seketika hujan turun deras disertai petir yang menyambar. Malin pun mulai takut, lalu bersujud tepat di kaki ibunya. Sayang, penyesalan Malin sudah terlambat. Perlahan tubuh Malin berubah menjadi batu dengan posisi sedang bersujud.
Koda dari cerita Malin Kundang di atas adalah sebagai anak tidak boleh durhaka kepada orang tua, terutama kepada ibu yang sudah melahirkan dan berjuang merawat anak-anaknya hingga sukses.
Karakteristik Teks Hikayat
Setelah mengetahui apa saja struktur teks hikayat, kurang lengkap rasanya jika tidak membahas karakteristik teks hikayat. Agar lebih mudah memahami prosa lama ini, berikut beberapa karakteristik di dalam teks hikayat menurut Kemdikbud:
1. Kemustahilan
Pertama, ada kemustahilan atau alur cerita yang tidak bisa diterima secara logis. Kemustahilan bisa muncul melalui bahasa dan adegan cerita.
Contoh dari karakteristik kemustahilan di dalam teks hikayat adalah sebagai berikut:
Tiba-tiba saja tiga daun terjatuh dari pohon besar dan berubah menjadi makanan. Ketiga pengembara langsung menyantap makanan tersebut. Porsi Aldi sudah habis, sedangkan Ifan dan Sigit masih banyak.
Keduanya tidak sanggup untuk menghabiskan makanan yang mereka inginkan. Tiba-tiba sisa makanan tersebut marah dan mengamuk kepada Ifan dan Sigit hingga keduanya tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Kemustahilan dalam teks hikayat tersebut terdapat pada kalimat “tiga daun berubah menjadi makanan” dan “sisa makanan yang mengamuk kepada dua pengembara”. Kejadian tersebut tentu tidak bisa diterima secara masuk akal, sehingga masuk ke dalam kategori kemustahilan.
2. Kesaktian
Berikutnya ada kesaktian. Hampir semua teks hikayat menceritakan tokoh yang memiliki kesaktian, sehingga mereka dijadikan sebagai ksatria.
Berikut contoh teks hikayat yang menampilkan kesaktian tokohnya:
Hang Tuah terkenal sebagai ksatria hebat di masa Kesultanan Malaka. Di saat umurnya menginjak angka 10 tahun, Hang Tuah dan empat orang sahabatnya berlayar ke Laut China.
Dalam perjalanan, Hang Tuah dan keempat sahabatnya diserang oleh gerombolan lanun. Meski begitu, Hang Tuah dan empat orang sahabatnya bisa memberikan perlawanan dan memenangkan pertarungan.
Selain Hang Tuah, ada pula tokoh lain yang juga digambarkan memiliki kesaktian, yaitu Gatot Kaca yang bisa terbang tanpa sayap dan memiliki tubuh yang sangat kuat.
3. Anonim
Karakteristik teks hikayat ketiga adalah anonim. Seperti namanya, karakteristik anonim tidak diketahui siapa yang menulis dan menceritakan hikayat. Sebab, prosa lama ini sudah diceritakan secara turun temurun.
Misalnya, cerita Mahabharata yang merupakan Vyasa Krishna Dwipayana dari India yang sudah ada sejak tahun 400 sebelum masehi.
4. Istana Sentris
Terakhir ada istana sentris, yaitu latar tempat kejadian dari cerita hikayat kebanyakan berada di istana kerajaan. Selain itu, juga ada tokoh raja dan tokoh lainnya yang memiliki peran penting di istana.
Berikut contoh teks hikayat yang menjadikan istana kerajaan sebagai latar belakang di dalam cerita:
Di suatu pagi hari yang begitu cerah, Sultan Harun Al-Rasyid memanggil Abu Nawas ke istana. Ternyata Sultan Harun hendak menguji kecerdasan Abu Nawas.
Sampainya Abu Nawas di istana, Sultan pun berucap, “Wahai Abu Nawas, aku menghendaki enam lembu dengan jenggot yang pandai bicara. Bisakah kau mendatangkannya dalam kurun waktu seminggu? Jika gagal, aku akan memenggal lehermu!”.
Abu Nawas pun menuruti kehendak Sultan Harun. Setelah itu, Abu Nawas pamit untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Abu Nawas duduk terdiam dan merenungkan kehendak Sultan Harun tadi yang menyuruhnya membawa enam lembu berjenggot yang pandai berbicara.
Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat
Teks hikayat juga memiliki kaidah kebahasaan. Ciri khasnya adalah memakai bahasa Melayu klasik dan kemudian ditandai dengan penggunaan banyak kata penghubung, bahkan kata yang sifatnya arkais. Supaya lebih memahaminya, simak kaidah kebahasaan teks hikayat berikut ini:
1. Menggunakan Konjungsi
Pertama adalah menggunakan konjungsi atau kata hubung di dalam kalimatnya. Konjungsi memang banyak digunakan dalam sebagian besar jenis teks, salah satunya adalah teks hikayat.
Dalam struktur teks hikayat, penggunaan konjungsi sendiri biasanya terletak di awal kalimat. Keberadaan kata penghubung ini bisa membuat suatu cerita hikayat jadi lebih menarik.
Semua jenis kata penghubung dapat digunakan untuk menyusun cerita hikayat. Namun, konjungsi yang paling banyak dan umum digunakan adalah kata penghubung seperti maka, dan, serta, dan lainnya.
Berikut contoh hikayat yang menggunakan kata penghubung yang dimaksud:
Maka, terjadilah pertarungan antara dua sahabat, yaitu Hang Tuah dan Hang Jebat. Pada pertarungan tersebut, Hang Tuah berhasil mengalahkan Hang Jebat sesuai dengan perintah raja.
Setelah Hang Jebat mati di pertarungan, Hang Tuah kembali menjabat sebagai laksamana di istana. Hang Tuah kembali melindungi raja serta anggota di dalam istana.
Berdasarkan contoh hikayat di atas, terdapat beberapa kata penghubung yang digunakan untuk memperjelas sebuah alur cerita. Selain menggunakan kata “maka, dan, serta”, teks hikayat berjudul Hang Tuah di atas juga menggunakan kata penghubung lain, seperti “dengan, di, setelah”.
Tanpa adanya tambahan konjungsi atau kata penghubung, maka isi cerita hikayat tidak akan mudah dipahami oleh para pembacanya.
2. Menggunakan Kata Arkais
Kaidah kebahasaan kedua adalah menggunakan kata arkais. Kata-kata ini banyak digunakan oleh penulis hikayat di zaman dahulu. Oleh karena itu, kebahasaan arkais sulit dimengerti di zaman sekarang.
Biasanya, penulis hikayat zaman dulu menggunakan arkais untuk awalan pada berbagai macam istilah di dalam cerita. Meski kebahasaannya sulit dipahami, keberadaan arkais bisa bantu pembaca mengetahui jenis-jenis kosakata baru yang populer di zaman dulu.
- Contoh teks hikayat yang menggunakan arkais “antah-berantah”
Di sebuah negeri antah-berantah, hiduplah seorang raja yang bijaksana dan memiliki 10 orang putri yang cantik. Semua putri raja memiliki nama berdasarkan warna, yaitu Putri Jambon, Nila, Jingga, Ungu, Hijau, Biru, Kelabu, Merah Merona, Oranye, dan Putri Kuning.
Arkais antah-berantah dapat dijelaskan sebagai negara atau tempat yang tidak diketahui nama atau lokasinya.
- Contoh teks hikayat yang menggunakan arkais “hulubalang”
Di kemudian hari, baginda raja ramai dihadapi oleh menteri, hulubalang, dan rakyat sekalian di singgasananya.
Hulubalang memiliki arti sebagai pemimpin pasukan, kepala laskar, prajurit pengawal, polisi desa, kepala negeri, dan dubalang. Kata arkais ini digunakan untuk cerita hikayat bertema kerajaan yang identik dengan pasukan-pasukan pengamanan.
- Contoh teks hikayat yang menggunakan arkais “melontari”
Dan maka apabila dilihat oleh orang-orang di pasar itu, perlahan Si Miskin berjalan datang, maka masing-masing pun datang untuk melontari ia dengan batu. Ada juga orang yang memalu dengan kayu.
Arkais melontari memiliki arti sebagai melempari. Jadi, di dalam teks hikayat zaman dulu yang terdapat kata “melempari” akan digantikan oleh “melontari”, seperti contoh teks hikayat di atas.
3. Gaya Bahasa yang Digunakan
Kaidah kebahasaan terakhir dalam struktur teks hikayat adalah gaya bahasa yang digunakan di dalam cerita. Tujuannya untuk memperkaya kosa kata dan memperluas sebuah karya sastra.
Dibanding teks lainnya, teks hikayat lebih banyak menggunakan gaya bahasa, sehingga mudah ditemui. Hal ini juga menjadikan teks hikayat berbeda dengan prosa lainnya. Sederhananya, gaya bahasa menjadi salah satu ciri khas dari teks hikayat.
Keberadaan gaya bahasa di dalam teks hikayat membuat ceritanya lebih menarik dan juga variatif. Para pembaca akan menjadi lebih tertarik dan tidak bosan berkat gaya bahasa yang ditulis di dalam cerita.
Contoh Teks Hikayat Menggunakan Gaya Bahasa (Hikayat Kerajaan Pasai)
Ada dua orang raja bersaudara. Paling tua bernama Raja Ahmad dan adiknya bernama Raja Muhammad.
Raja Muhammad beroleh seorang anak putri yang elok parasnya di dalam sebatang bambu di tengah hutan. Yang kemudian dia diberi nama Putri Betong. Demikian juga Raja Ahmad beroleh seorang anak laki-laki, yang dibawa oleh seekor gajah dan diberi nama Merah Gaja.
Contoh Teks Hikayat Menggunakan Gaya Bahasa (Hikayat Hang Tuah)
Adapun Sang Potala Dewa itu tahu dirinya akan memperoleh anak. Maka, anaknya itulah akan menjadi raja di Bukit Siguntang. Maka dari pada anak cucu baginda itu, menjadi raja besar-besar pada akhir zaman. Maka tersebutlah pula perkataan seorang raja, terlalu besar kerajaannya; maka permaisuri baginda itupun hamillah.
Setelah genaplah bulannya, maka permaisuri pun betanaklah seorang perempuan, rupanya terlalu amat elok begitupun kelakuannya.
Pada masa-masa jaya itu, seorang pun tiada menyamai rupanya anak raja itu. Maka dinamai oleh ayahanda bunda baginda tuan puteri Kemala Ratna Pelinggam. Maka dipeliharakan paduka ayahanda bunda baginda dengan sepertinya.
Hatta berapa lama, maka beberapa anak raja-raja datanglah hendak meminang tuan puteri. Akan tetapi tiada diberi oleh paduka bunda baginda raja, karena segala raja-raja yang hendak meminang itu tiada sama dengan bangsa baginda itu, karena bundanya raja keinderaan.
Berdasarkan contoh hikayat Hang Tuah di atas, gaya bahasa yang digunakan cukup banyak. Sebab, Hang Tuah merupakan salah satu karya sastra yang sudah ada sejak zaman dulu kala. Oleh karena itu, bahasanya banyak menggunakan arkais dan bahasa Melayu klasik.
Namun, cerita Hang Tuah sudah diartikan menggunakan bahasa Indonesia, agar mempermudah generasi sekarang untuk memahaminya.
Yuk, Buat Teks Hikayat dengan Struktur yang Runut!
Sebagai prosa lama, teks hikayat memiliki banyak perbedaan dengan teks lainnya. Perbedaan tersebut mencakup struktur teks hikayat, karakteristik, hingga kaidah kebahasaan yang digunakan oleh penulis. Tujuannya agar lebih menarik untuk dibaca.
Cerita hikayat juga menggunakan banyak kalimat arkais dan gaya bahasa yang beragam. Ini bisa menjadi kelebihan sekaligus kekurangan, karena sukar dipahami oleh pembaca di zaman sekarang. Oleh karena itu, cerita hikayat sudah diartikan menggunakan bahasa sekarang, agar mudah dipahami.