Tari Sajojo: Sejarah, Makna, Gerakan, Tujuan & Properti

Tari Sajojo merupakan salah satu tarian daerah yang berasal dari Papua. Tarian ini memiliki sejarah, makna, gerakan, tujuan, dan properti yang berbeda dengan tarian tradisional lainnya.

Sejarah Tari Sajojo

Tarian khas Papua ini diperkirakan muncul sejak tahun 1990. Berdasarkan sumber sejarah, nama dari tarian ini diambil dari lagu yang berjudul sama, yaitu Sajojo, yang kemudian menjadi lagu iringannya.

Tari ini begitu populer, karena melibatkan banyak Penari serta gerakan dan ekspresi yang kompak. Keceriaan dan semangat dari masyarakat setempat, tergambar lewat tarian daerah satu ini.

Makna dari Tarian Sajojo

Setiap tari tradisional daerah di Indonesia memiliki makna yang berbeda-beda, termasuk Tari Sajojo. Makna dari tarian asal Papua ini adalah semangat kebersamaan dan keceriaan masyarakat daerah Papua.

Hal tersebut tergambar lewat ekspresi para Penari dan gerakan tarian yang mengandung kekompakan dan seirama. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan gotong royong masyarakat Papua yang cukup erat.

Selain itu, tarian ini juga memiliki makna lain, jika dilihat dari lirik lagu pengiringnya. Lirik lagu Sajojo menceritakan tentang seorang gadis kembang desa berparas cantik yang disukai oleh banyak laki-laki.

Gerakan serta Pola Lantai Tarian Sajojo

Gerakan serta Pola Lantai Tarian Sajojo
Gerakan serta Pola Lantai Tarian Sajojo | Image source goodminds

Ciri khas dari tarian tradisional Papua ini adalah gerakan meloncat ke berbagai arah, mulai dari depan, belakang, kanan, dan kiri. Berikut langkah atau gerakan dalam tarian Sajojo yang berbeda dari gerakan tarian tradisional lainnya:

1. Gerakan Pertama

Dalam gerakan pertama Tari Sajojo, para Penari harus berdiri dengan posisi badan setengah duduk. Ini merupakan gerakan awal atau pembuka dari tarian Sajojo.

2. Gerakan Tari Kedua

Para Penari berdiri saat iringan lagu terdengar. Setelah itu, Penari melompat ke arah depan dan belakang. Dalam gerakan kedua ini, tangan para Penari harus terbuka di bagian muka, lalu melompat ke depan. Kemudian, tangan diturunkan saat Penari melompat ke arah belakang.

3. Pola Ketiga Tari Sajojo

Penari harus melakukan gerakan pertama dan gerakan kedua beberapa kali hingga bait pertama dari Lagu Sajojo berakhir. Jadi, gerakan dan irama lagu akan saling berkesinambungan hingga membentuk pola yang harmonis.

4. Pola atau Gerakan Keempat

Pola keempat atau gerakan keempat adalah Penari melompat ke arah kanan, kemudian kembali ke posisi awal. Ketika Penari kembali ke posisi awal, Penari harus bertepuk tangan sebanyak dua kali.

5. Gerakan Tarian Kelima

Pada gerakan berikutnya, Penari harus maju dan mundur sebanyak empat kali. Ketika melakukan gerakan kelima ini, Penari harus menggerakkan tangan ke arah kanan dan kiri. Penari harus melakukan gerakan kelima ini beberapa kali.

6. Pola atau Gerakan Terakhir

Gerakan terakhir pada tarian Sajojo adalah Penari membentuk lingkaran, lalu kompak menghentakan kaki beberapa kali. Kemudian, para Penari harus berputar mengelilingi Penari utama atau tamu yang berada di tengah lingkaran.

Pola atau gerakan tarian di atas dilakukan hingga lagu Sajojo selesai. Selama tarian berlangsung, para Penari juga akan memainkan properti hingga membuat suana semakin meriah dan menyenangkan.

Gerakan pada tarian ini cukup fleksibel, artinya tidak ada aturan bagi Penari untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan tarian tradisional lainnya.

Meskipun fleksibel, tarian ini memiliki patokan gerakan yang tidak boleh terlewatkan oleh para penarinya. Adapun pola lantai dari tarian ini adalah lurus dan formasi penari berbentuk zig-zag atau selang-seling.

Meski makna lagu dengan gerakan tarian tidak sama, akan tetapi Tari Sajojo memiliki daya tarik sendiri, sehingga menarik untuk disaksikan oleh para wisatawan.

Baca Juga : Tari Kuda Lumping: Sejarah, Makna, Gerakan & Propertinya

Tujuan Tarian Tradisional Sajojo

Tujuan Tarian Tradisional Sajojo
Tujuan Tarian Tradisional Sajojo | Image source goodminds

Di awal kemunculannya, setiap tarian tradisional memiliki fungsi atau tujuan tertentu, mulai dari ritual adat, pernikahan, persembahan, dan lainnya.

Tarian Sajojo sendiri memiliki tujuan penting dalam upacara adat masyarakat Papua. Seiring berkembangnya zaman dan tingginya jumlah wisatawan berkunjung ke daerah Timur Indonesia, tari ini bergeser menjadi tari persembahan untuk menyambut tamu penting atau terhormat, yang berkunjung ke Papua.

Hingga sampai saat ini, tarian Sajojo sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Papua untuk menarik para wisatawan lokal atau mancanegara untuk berkunjung ke Papua.

Properti yang Digunakan Penari Sajojo

Properti Tari Sajojo
Properti yang Digunakan Penari Sajojo | Image source Kompas

Selain gerakan, hal lainnya yang menarik dari Tari Sajojo ini adalah properti yang digunakan oleh para penarinya. Properti-properti tersebut yang membuat tarian ini semakin berbeda, karena menunjukkan ciri khas dari budaya Papua. Properti tersebut, antara lain:

1. Penutup Kepala

Properti pertama adalah penutup kepala. Para Penari Sajojo akan memakai penutup kepala yang terbuat dari ijuk. 

Ijuk yang digunakan harus sudah dihaluskan lebih dulu, lalu dihiasi menggunakan bulu burung berwarna indah dan dilapisi menggunakan daun sagu. Penutup kepala ini menggambarkan bagaimana kekayaan alam di Papua.

Penari menggunakan penutup kepala secara melingkar. Biasanya, ukuran penutup kepala akan disesuaikan dengan ukuran kepala dari masing-masing penarinya. Properti ini digunakan oleh Penari laki-laki dan Penari perempuan.

Sedangkan hiasan pada penutup kepala ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan upacara atau pementasan tarian Sajojo.

2. Kalung

Properti kedua adalah kalung. Baik Penari laki-laki atau perempuan, harus memakai kalung yang terbuat dari bahan-bahan alam.

Adapun bahan-bahan alam tersebut meliputi tulang, gigi binatang, batu, hingga kerang. Bahan-bahan ini sangat mudah ditemukan di sekitar daerah Papua. Nantinya, kalung tersebut akan menyerupai beberapa ikon dari daerah Papua, seperti burung Cendrawasih, honai, dan patung Asmat.

Sama seperti penutup kepala, ukuran kalung juga bervariasi, sesuai dengan kebutuhan Penari, ada yang berukuran kecil, sedang, hingga berukuran besar.

3. Gelang dan Rok Rumbai

Berikutnya ada gelang dan rok rumbai. Properti ini memiliki peran penting, karena membuat tarian terlihat meriah. Aksesoris gelang biasanya terbuat dari daun sagu yang sudah kering ataupun ijuk. Namun, jika tidak ada bahan alami tersebut, masyarakat Papua akan menggantinya menggunakan tali rafia.

Gelang harus berbentuk rumbai dan diletakan pada bagian tangan atau kaki para Penari. Selain gelang, para Penari dalam Tari Sajojo juga akan memakai rok rumbai yang menjadi ciri khas dari masyarakat Papua. Rok ini terbuat dari daun sagu kering, ijuk, atau tali rafia sesuai dengan gelangnya.

Tidak hanya Penari perempuan, Penari laki-laki juga akan memakai rok rumbai saat menari Sajojo.

4. Lukisan Khas Papua

Properti berikutnya adalah lukisan khas Papua. Masing-masing Penari akan melukis badannya dengan lukisan flora atau fauna yang tersebar di Papua.

Biasanya, Penari laki-laki akan melukis gambar tersebut di bagian dada. Selain bagian dada, Penari laki-laki juga akan melukis bagian wajah, tangan, hingga kaki untuk memberikan kesan yang eksotis.

Sedangkan Penari perempuan hanya akan melukis gambar flora atau fauna di bagian wajah, tangan, hingga kaki saja. Lukisan khas Papua ini akan membuat tarian semakin menarik dan berbeda dengan tarian tradisional lainnya.

Warna lukisan biasanya dominan dengan warna putih. Tujuannya untuk mempertegas motif di badan para Penari. Riasan ini tentu berbeda dengan riasan wajah para Penari tradisional lainnya yang berfungsi untuk mempercantik, wajah agar menarik.

Sedangkan warna riasan wajah para Penari Sajojo untuk mempertegas para Penari, sehingga tidak menggunakan berbagai riasan, mulai dari bedak, blush on, eye shadow, lipstick, dan produk kosmetik lainnya.

Selain warna putih, para Penari juga akan menggunakan warna riasan lainnya, seperti hitam dan merah. Kedua warna ini semakin mempertegas karakter setiap penarinya.

5. Senjata

Terakhir, ada senjata. Properti ini bersifat tidak wajib, tapi keberadaannya bisa mempertegas setiap gerakan tarian.

Senjata yang digunakan merupakan senjata khas masyarakat Papua, seperti tombak dan busur panah. Selain mempertegas gerakan, senjata tajam ini juga menunjukkan bagaimana nilai dan budaya masyarakat setempat.

Tombak dan busur panah merupakan alat utama yang digunakan oleh masyarakat Papua untuk berburu. Tidak heran, jika senjata tajam ini akan membuat gerakan tarian terlihat berkesan.

Sudah Lebih Mengenal Tarian Sajojo?

Tari Sajojo merupakan tarian daerah Papua yang memiliki ciri khas sendiri, mulai dari lukisan di tubuh penari, busana dan aksesoris dari alam, hingga gerakan yang kompak. Inilah yang membuat Sajojo menjadi tarian daerah Papua yang populer dan menarik banyak wisatawan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page